Chapter 17

Sebenarnya maksud Tristan berdiri hanya buat ambil air mineral di dalam kulkas, eh Fair malah kabur, jadi refleks Tristan mengejarnya. Cowok itu bahkan tidak sadar maksud utamanya apa, yang dilakukannya apa. Tapi dia menikmati kejadian konyol ini.

Apalagi ketika Fair berbalik dengan wajah cemberutnya. Lucu. Gadis ini membuatnya tersenyum geli. Cowok itu mau tak mau membawa Fair duduk ditengah-tengah meja mereka.  Dia tidak tahu kenapa Kiffly memanggil Fair ke situ, tapi pasti mau ngomong sama tuh cewek. Ya sudah dia bawah saja cewek itu duduk bareng mereka dan kembali melangkah mengambil air mineral yang sempat tertunda tadi.

Pandangan Tristan berhenti sebentar ke Sasa yang duduk di meja dekat pintu keluar. Gadis itu tersenyum kikuk dan melambai padanya,

"Aku tunggu Fair di sini aja kak." ucapnya, padahal Tristan nggak ngomong apa-apa. Cowok itu tak menanggapi penjelasan Sasa, ia hanya berjalan melewati Sasa dan kembali duduk dibangkunya tadi, meninggalkan Sasa yang menunduk malu. Tahu gini dia nggak usah ikut Fair ke sini. Mereka kayak masuk kandang serigala.

"Ngapain lo bolos?" tanya Kiffly pada Fair. Mereka semua menatap gadis itu, seolah menunggu jawabannya. Fair sendiri menggeleng cepat.

"Nggak bolos kok. Sekarang masih jam istirahat," sahutnya.

"Jam istirahat ngapain ke sini? Kantin kan bisa." kali ini Gino yang bertanya. Seperti biasa, nadanya selalu ketus. Sampai Sasa yang mendengar merasa ngeri. Menurutnya yang paling mengerikan antara keempat cowok itu adalah kak Gino. Suka banget ngomong ketus dan nakutin orang. Persis preman. Tristan memang terkenal sangat dingin juga, tapi karena cowok itu jarang bicara, lebih banyak diam, Sasa lebih takut pada Gino. Sedang Kellen, cowok itu adalah tipe cowok pendiam yang lebih fokus dengan dunianya sendiri. Dia juga tidak menakutkan seperti teman-temannya. Dari antara mereka Sasa paling menyukai Kellen. Orangnya juga baik, walau terkesan cuek.

"Kantinnya udah full kak, makanya aku sama Sasa datang ke sini." sahut Fair.

"Ke sini lewat mana?" giliran Tristan yang bertanya. Tiga cowok lain ikut menatap Fair. Pasalnya mereka tahu memang sulit sekali keluar sekolah tersebut kalau masih jam sekolah. Nggak mungkin dua cewek itu lewat pagar depan. Sekolah mereka boleh terkenal sekolah jelek, tapi penjagaannya cukup ketat. Kecuali ada jalan tikus seperti jalan rahasia yang sengaja dibuat oleh keempat cowok itu. Atau lompat pagar belakang. Tapi melihat tampang Fair dan temannya itu, nggak mungkin mereka berani berbuat nekat kayak lompat pagar. Kecuali...

"Jangan-jangan lo lewat jalan rahasia kita!" seru Kiffly kencang hingga Fair kaget. Cewek itu mengusap-usap dadanya sebentar. Astaga, bisa kan nggak usah pake teriak-teriak segala.

"Lo bikin dia kaget," itu suara Kellen. Memang tampang kaget Fair sangat lucu dimatanya, tapi kasihan juga. Sudah beberapa kali ini Kellen perhatikan Fair sering banget kaget. Mungkin jantung gadis itu memang lemah. Kellen biasanya tidak peduli. Tapi entah kenapa pada Fair ia seperti tergerak tanpa diminta.

Begitupun dengan Tristan. Cowok itu sama dengan Kellen. Entah apa yang ada dalam diri Fair yang mampu menariknya ingin mendekat, ia jadi ingin tahu segala sesuatu tentang gadis itu. Dan ada hubungan apa dia dengan Samudera.

"Jawab pertanyaan gue bocah," ujar Kiffly lagi. Kali ini dengan nada biasa. Fair menyengir lebar padanya lalu mengangguk.

"Waktu itu aku nggak sengaja ngeliat kakak-kakak semua keluar lewat lubang di tembok belakang sekolah. Tapi tenang aja, cuma aku sama Sasa yang tahu kok. Nggak bakalan ketahuan." Fair menjelaskan. Tak lama setelah itu seseorang menjitak kepalanya.

"Awww..." ia meringis kesakitan sampai Sasa yang membelakangi mereka menoleh.

Fair mengusap-usap kepalanya lalu  mendelik tajam pada Tristan yang sengaja menjitaknya. Dasar cowok nyebelin, dipikir nggak sakit apa. Namun Fair hanya menunjukan raut wajah kesalnya, ia tidak berani membalas saat melihat tatapan mengintimidasi Tristan padanya.

"Lain kali jangan ke sini lagi kalo masih jam sekolah." ujar Tristan tegas. Perkataannya membuat Fair mengerucutkan bibirnya. Siapa juga yang bolos. Orang dia dan Sasa cuma pengen makan, nggak berniat bolos. Cewek itu mengangguk saja karena tidak berani melawan.

"Aku udah boleh pindah ke sana kan kak?" tanya Fair dengan dagu menunjuk ke Sasa. Yang lain mengikuti arah pandangnya. Sasa sendiri yang menyadari semua orang kini tengah menatapnya, melambai sambil tersenyum canggung ke mereka.

"Lo tuh ya, awas kalo sampe ada yang tahu jalan rahasia yang kita bikin." kata Gino dengan tampang galaknya seperti biasa. Fair sendiri hanya bisa membalas dengan cengiran lebar lalu berlari kecil ke meja tempat Sasa berada.

"Tuh bocah bener-bener jodoh sama kita kayaknya." ucap Kiffly sepeninggalnya Fair. Para cowok-cowok itu masih memperhatikan Fair yang sekarang posisinya duduk membelakangi mereka.

Bagaimana Kiffly nggak ngomong gitu coba. Karena selama gadis itu menjadi murid sekolah tersebut, mereka selalu bertemu. Bahkan kebanyakan pertemuan mereka terjadi dengan cara yang aneh. Juga walau Fair termasuk murid baru di sekolah ini, hanya dia pula satu-satunya cewek yang berinteraksi sedekat itu dengan mereka. Gino sendiri yang paling tidak suka dengan makhluk yang namanya perempuan, mulai terbiasa. Walau sifat galaknya kadang membuat Fair mungkin sangat takut padanya, tapi sebenarnya dalam hati cowok itu, ia tidak membenci Fair. Pembawaannya saja yang sudah begitu dari dulu.

"Sa, lo liat ke sana. Kayaknya ada guru yang datang." kata Fair. Tempatnya duduk berhadapan langsung dengan jalan jadi dirinya bisa melihat ada yang datang.

Sasa berbalik dan langsung terbelalak panik ketika melihat bu Nirwani, guru matematika yang terkenal killer berjalan ke warung ini. Sasa cepat-cepat berdiri dari kursi dan menarik Fair ikut berdiri juga, sontak Fair ikutan bingung.

"Itu bu Nirwani, bisa bahaya kalo dia liat kita di sini, lo sama gue bisa kena hukum." ujar Sasa. Fair jadi ikutan takut.

"Tapi kan kita nggak bolos, masih jam istirahat juga ini." katanya polos.

"Biar nggak bolos, yang namanya kita cari makan diluar sekolah, sama aja dianggap bolos."

"Terus gimana dong?" sebelum Sasa bicara lagi, tangannya sudah ditarik sama Gino. Begitu pula Fair yang ditarik oleh Tristan.

"Kalo lo berdua ngobrol terus, keburu diliat sama bu Nirwan." tekan Gino. Fair dan Sasa terdiam malu. Lalu mereka semua keluar lewat pintu belakang.

"Lebih baik berpencar, biar nggak ketahuan." seru Kiffly. Dia dan Kellen mengambil jalan lain. Gino mau nggak mau bareng Sasa dan Tristan tentu saja sama Fair.

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

seru

2024-07-29

0

Rita

Rita

tambah tegang Fair dkt Tristan atau bkln konyol

2023-05-31

2

Rita

Rita

😂😂😂😂supaya kaburnya cepet ya Sa deket pintu

2023-05-31

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!