Sebenarnya Tristan ingin menunjukkan diri pada Samudera, tapi ia mengurungkan niatnya dan memilih bersantai dibelakang sekolah. Masih banyak waktu lain untuk menemui sahabat yang sudah lama tak ketemu itu. Tatapannya lurus ke depan, dahinya berkerut samar. Pandangannya jatuh ke seseorang yang sekarang tengah mengendap-endap dibawah pohon sambil sesekali menyembulkan kepalanya dari balik pohon itu. Entah pada siapa gadis itu bersembunyi.
Tristan terkekeh. Dasar konyol. Pria itu mengikuti arah pandangan Fair. Gadis itu keliatannya sedang bersembunyi dari seseorang. Pandangannya mengikuti arah pandang gadis itu. Ingin tahu sih gadis konyol tersebut sebenarnya bersembunyi pada siapa.
Pria itu mengernyit bingung, ia baru sadar bahwa ternyata yang dilihat gadis itu adalah Samudera. Jelas sekali Fair bersembunyi dari pria itu. Mereka saling kenal? Apa hubungan mereka? Tristan terus bertanya-tanya dalam hatinya. Tidak, tidak. Pria itu lalu menggeleng-geleng. Bisa saja kan dia salah. Ia terus melihat gerak-gerik gadis itu yang sudah seperti cacing kepanasan saja. Dalam hati ia tetap penasaran. Ia akan menunggu untuk memastikan.
Sementara itu dari balik pohon, Fair terus menerus merasa gelisah. Ia sama sekali tidak menyangka kak Sam ada di sekolah ini. Kebetulan sekali. Kenapa ya? Apa kak Sam sudah tahu ia sekolah di sini? Tidak, tidak mungkin. Terus kenapa bisa datang ke sekolah ini? Kan sekolah ini dari luar jelek banget, di mata orang-orang yang lewat apalagi cowok sekelas kak Sam, tidak mungkin kan cowok itu tiba-tiba nongol di sekolah macam ini kalau ... Ahhh ... Fair mengerang frustasi. Kenapa bisa kebetulan banget sih ada kak Sam di sini. Dia kan jadi tidak bisa bergerak bebas.
Gadis itu cepat-cepat menyembunyikan kepalanya dibalik pohon saat Samudera dengan tiba-tiba melirik ke arah tempatnya berdiri. Huftt ..., Hampir saja. Fair menyapu-nyapu dadanya lega.
"Kak Sam melihat aku? Nggak? Aku ketahuan? Nggak mungkin kan? Pasti nggak. Iya, nggak mungkin. Masa matanya kak Sam setajam itu sih bisa sadar aku sembunyi di sini. Nggak mungkin pasti." gadis itu malah meracau sendiri. Tingkah tak luput dari perhatian Tristan di ujung sana yang menahan tawa. Cowok itu merasa sangat terhibur dengan kelakuan Fair.
Ketika ia mendongak untuk melihat keberadaan Samudera lagi, ia terbelalak seketika. Jantungnya hampir copot saat pandangannya bertemu dengan pria yang mati-matian dihindarinya itu.
Sial ...,
Dirinya tertangkap basah. Kak Sam memang melihatnya.
Samudera merasa kaget sekaligus senang. Awalnya ia merasa seperti ada yang membuntutinya tadi. karena penasaran, ia berjalan ke arah pohon itu untuk memastikan kalau benar ada orang atau tidak dibalik pohon itu. Ia sama sekali tidak menduga akan melihat gadis yang selama ini dicari-carinya. Tanpa pikir panjang pria itu langsung memeluk Fair erat membuat gadis itu kesusahan bernapas.
"K ... ka ..kak s ... Sam,"
Samudera melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah gadis itu penuh sayang, memeriksa setiap detile pemilik wajah nan imut itu dan beralih seragam yang dipakainya.
Ekspresi senang Samudera berubah. Ia kebingungan karena seragam yang dipakai gadis itu terlihat seperti gembel. Pria itu menggenggam tangan Fair lembut dan membawanya duduk di sebuah bangku dekat situ.
"Manis," gumamnya pelan memanggil Fair dengan panggilan sayangnya. Wajahnya terlihat serius.
"Jelasin kenapa kamu ada di sekolah ini, kenapa kamu pakai seragam sekolah ini?" tuntut Samudera tegas. Ia tidak suka melihat Fair terlihat seperti tidak terurus seperti sekarang ini. Seragam sekolahnya sangat kumuh, padahal Samudera liat siswi lain sekolah ini seragam mereka tidak sekumuh yang dipakai Fair. Samudera jadi merasa bersalah pada Bion karena tidak bisa mengurus adiknya dengan baik padahal dirinya sudah berjanji.
Fair menunduk. Ia harus memikirkan alasan yang kuat supaya kak Sam tetap memberinya ijin sekolah di sini dan tidak memaksanya pulang.
"Aku pengen coba hidup mandiri dan sederhana aja kak, hehe ...." gumam cewek itu santai sambil menyengir lebar. Kenyataannya ia memang lebih suka kehidupannya yang sekarang. Bukan berarti kehidupannya yang dulu tidak menarik. Tapi hidupnya yang sekarang menurutnya lebih menarik lagi. Karena nggak di atur-atur sama papanya mesti inilah mesti itulah. Atau kalo dia pengen ke mall, harus ada pengawal yang ikut. Nggak asik banget. Hidupnya yang sekarang lebih asyik, meski sangat sederhana.
Samudera mendes ah pelan. Tangannya tetap setia menggenggam Fair mengusap-ngusap punggung tangan yang halus itu.
"Kamu tahu kan semua orang sibuk nyariin kamu, papa kamu juga. Sekarang pulang bareng aku yah," pinta cowok itu lembut.
Fair mundur selangkah. Ia menggeleng cepat. Tidak mau. Dirinya sudah mulai merasa nyaman sekolah di sini, meski sering ketemu kakak kelas nyebelin dan nakutin kayak kelompoknya kak Tristan tapi sejujurnya ia mulai terbiasa. Ada juga Sasa yang kadang rese tapi baik hati. Pokoknya ia sudah mulai nyaman di sekolah ini dan kehidupannya yang sederhana, ia menikmatinya. Jujur. Nggak ada juga tuh murid-murid cewek yang sering julid ke dia kayak di sekolah sebelah.
"Manis," Samudera menatap Fair serius tanda ia tidak bisa dibantah lagi. Fair mengangkat wajahnya dan memasang wajah memelas seperti anak kecil.
"Pleassee ... kak Sam ijinin Manis sekolah di sini yah, Manis udah nyaman soalnya. Manis janji bakal balik ke rumah tapi nggak sekarang. Kabulin permintaan Manis kali iniii aja ya, ya, ya?" mohon Fair sambil menggoyang-goyangkan lengan Samudera dengan manjanya.
Samudera menghembuskan napas pelan menatap gadis itu. Kalau sudah begini, dia jadi tidak tega. Fair sepertinya memang senang sekolah di sini. Memang tak kelihatan tanda-tanda gadis itu menderita. Malah terlihat sangat nyaman. Hanya saja ...,
Pandangan cowok itu berpindah ke penampilan Fair. Seragam gembel itu membuat matanya sakit. Samudera menutup matanya dalam-dalam, menimbang-nimbang lalu menatap Fair lurus.
"Ya sudah," ucapnya dengan berat hati. Gadis didepannya itu langsung meloncat-loncat kegirangan bahkan menciumi pipi pria itu berkali-kali saking senangnya.
"Tapi...,"
satu kata itu membuat Fair menghentikan kegiatannya dan menatap Samudera dengan wajah polosnya.
"Tapi?" ulangnya polos.
Samudera tersenyum tipis. Tangannya terangkat mengusap lembut dahi Fair dengan jempolnya.
"Kita beli baju baru buat kamu, termasuk seragam kamu itu."
perkataan Samudera membuat Fair melihat penampilannya sendiri. Sejujurnya ia masih bingung apa yang salah dengan pakaian yang dia pakai. Padahal itu kan hanya seragam. Yah, walaupun seragam yang dia beli itu adalah seragam bekas murid lulusan tahun lalu. Meski masih bingung, ia mengangguk saja mengingat Samudera sudah menyetujui permintaannya.
Mereka sama sekali tidak sadar dari jarak cukup jauh tapi nggak jauh-jauh amat, ada Tristan yang terus mengamati keduanya dengan raut wajah yang sulit diartikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Bzaa
jgn2. Tristan jg suka fair
2024-07-25
0
Olive AR
Kek nama kucing 🤭🤣
2024-04-24
0
ZUU
😃😃😃😃
2023-08-07
0