Chapter 13

Fair kaget bukan main karena ia tiba-tiba terlempar kurang lebih satu meter sampai terduduk di lantai. Ia menabrak sesuatu. Entah itu tembok atau manusia dia tidak tahu. Yang pasti bokongnya menjadi korban atas tabrakan itu. Salahnya juga sih karena jalan merem. Gadis itu meringis dan membuka matanya perlahan. Sangat perlahan. Ia penasaran benda apa yang sebenarnya ia tabrak tadi.

Ketika ia menatap ke atas matanya membelalak lebar. Gadis itu menelan ludah menatap tiga makhluk jangkung didepannya yang tengah menatapnya sambil berkacak pinggang dengan ekspresi berbeda-beda. Tak lama kemudian gadis itu tersenyum kikuk. Ingin rasanya ia melarikan diri dari tempat itu sekarang juga tapi keadaannya tidak mengijinkan. Bahkan berdiri sendiri saja sepertinya ia tidak bisa. Bokongnya sakit akibat terbentur lantai dan dia butuh bantuan. Matanya menengok kiri-kanan, muka belakang seperti pencuri. Ia lalu bernafas lega karena tak ada siswa lain di gang belakang itu selain mereka.

Pandangannya kembali ke arah tiga cowok yang masih terus menatapnya itu. Mereka kekurangan satu personil saat ini. Fair heran kenapa dirinya sial sekali. Bagaimana tidak, selama ini belum ada satu pun hal baik yang terjadi tiap kali bertemu dengan mereka.

"Hwaaa ...,"

Fair terkesiap saat salah seorang dari tiga cowok itu melangkah ke arahnya. Dia pikir cowok itu mau ngapa-ngapaian. Kalau tidak salah namanya Kellen, cowok yang paling jarang dilihatnya bicara. Yang paling normal di antara mereka semua menurut Fair, meski jarang sekali bicara.

Gadis itu yang awalnya takut akan dibentak atau apalah kini berubah bingung menatap bodoh cowok yang tengah mengulurkan tangan kepadanya itu.

"Mau berdiri nggak?" tiga kata yang keluar dari mulut cowok itu. Masih dengan nada datarnya seperti biasa, tanpa senyum pula.

Fair tersenyum kaku tapi tetap memberi sebelah tangannya agar Kellen bisa membantunya berdiri.

Pandangannya berpindah ke dua cowok lain yang sekarang melangkah mendekati mereka. Kak Tristan dan Kiffly. Ia sudah hafal nama mereka. Ia beruntung karena hari ini teman mereka yang paling galak menurutnya, sih Gino_ Gino itu tidak ada.

"Ckckck... Gue tuh heran sama lo. Ada aja hal konyol yang lo buat tiap hari." gerutu Kiffly panjang lebar. Tristan disebelahnya hanya diam tapi pandangannya lurus ke gadis itu. Matanya mencari-cari kalau-kalau ada bagian di tubuh gadis itu yang terluka atau tidak. Hal yang sama dilakukan oleh Kellen.

Fair malah cengengesan menatap kakak-kakak kelasnya tersebut.

"Lagian lu jalannya kenapa merem gitu?" Tambah Kiffly bertanya. Mereka sama-sama heran melihat cara Fair berjalan tadi.

"Ta..tadi banyak bus diparkiran." sahut gadis itu ambigu. Tiga cowok itu menatapnya bingung.

"Terus hubungannya bus sama lo yang jalan merem?" Kiffly rasanya ingin menjitak kepala cewek itu saking gemasnya. Lihat saja bagaimana ekspresi bodohnya gadis itu sekarang. Ia menatap mereka bergantian sambil tersenyum bodoh.

"Mm ... kak Tristan, kak Kellen, kak Kiffly ijinin aku pergi aja ya. Babay ..." bayangin aja dia sampai hafal nama mereka, saking terlalu kebetulannya ketemu.

Gadis itu buru-buru pergi sambil melambai-lambai pada mereka. Membuat ketiganya cengo.

"Gue penasaran otak tuh cewek isinya apa semua." ujar Kiffly keheranan. Kellen tersenyum tipis mendengarnya. Tidak bisa dipungkiri kalau ia juga mulai terbiasa dengan kehadiran sih adik kelas bernama Fair itu. Cewek yang lucu. Yang membuatnya merasa gemas.

                                  ***

Keadaan sekolah saat ini  hiruk pikuk dengan berbagai siswa-siswi yang sudah tercampur entah dari sekolah mana saja. Katanya sih hari ini ada pertandingan sepakbola.

Yah....meskipun dari luar sekolah itu terkesan sangat kumuh dan tidak layak, tapi sebenarnya ada beberapa tempat yang lumayan bisa dipakai untuk membuat perlombaan ataupun pertandingan. Seperti lapangan basket, lapangan sepakbola dan kolam renang. Tempat-tempat itu cukup baik buat dijadikan tempat andalan sekolah itu.

Tristan memilih memisahkan diri dari teman-temannya. Hari ini ia ingin sendiri. Ia berjalan ke arah belakang sekolah. Cowok itu menghentikan langkahnya sebentar dan menatap lurus ke depan. Ia melihat seseorang yang dikenalnya. Itu adalah Samudera, sahabat yang sudah lama tidak ditemuinya. Bukan karena mereka marahan lalu musuhan. Di masa lalu setelah salah satu sahabat mereka meninggal, Tristan pindah sekolah ke Perancis karena pekerjaan orangtuanya tapi dia balik lagi dua tahun kemudian. Ketika balik ke Indonesia, mereka belum pernah bertemu sampai sekarang.

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

wahhhhh udah Dateng samudra

2024-07-25

0

lenong

lenong

tuh bener temen nya abang Fair

2024-03-17

1

Nova Evita

Nova Evita

pantesan Tristan ngerasa seperti kenal dengan wajah fair. ternyata dia, bion abang nya fair dan samudra sahabatan dulu nya

2023-11-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!