Fair masih setia menunggu jawaban Tristan. Ia sangat berharap kakak kelasnya itu bisa membantunya menemukan tempat tinggalnya. Kan nggak lucu kalau ia harus tidur di jalanan karena lupa alamat rumahnya sendiri.
"Lo beneran lupa alamat rumah lo?" tanya Tristan memastikan. Ia heran karena gadis itu tidak ingat di mana ia tinggal. Aneh sekali. Apa dia punya penyakit amnesia? Atau jangan-jangan gadis ini cuma mau modus lagi.
Tristan mencoba menjernihkan pikirannya. Tampang gadis ini memang aneh dan terlihat agak bego. Gelagatnya juga tidak seperti gadis yang mau cari perhatian. Mungkin dia beneran lupa dimana rumahnya. Pria itu mencoba berpikir positif. Apalagi dia sendiri yang mau bantuin gadis itu tadi. Nggak adil bagi gadis itu mendapatkan prasangka buruk Tristan.
"Aku ingatnya rumah aku deket sekolah. Kemaren waktu dianterin Sasa aku masih ingat, kok sekarang malah lupa yah? Rumah aku di mana sih sebenarnya," gumam Fair sambil berpikir mengingat-ingat. Tristan yang mendengarnya menatap cewek itu cengo. Fix, nih cewek emang sebelas dua belas sama bego, batin Tristan.
"Ah iya!"seru Fair kemudian menepuk bahu Tristan kuat. Membuat pria itu menoleh kebelakang dan menatapnya tajam. Gadis itu malah cengengesan dengan tampang polosnya.
"Pak satpam tahu rumah aku. Dia yang cariin kos-kosannya kemaren." ucapnya senang sedang pria didepannya itu hanya menatap gadis itu takjub. Satpam? Yang benar saja. Dan tadi apa? Kos-kosan? Bukan rumah? Pantas saja cewek ini kebingungan cari tempat tinggalnya sendiri.
***
Tristan melempar kunci motornya di atas meja belajar lalu membanting dirinya di kasur besar miliknya. Matanya menatap langit-langit kamar dengan kedua tangan diletakkan dibelakang lehernya sebagai sandaran.
Ia ingat kejadian tadi bersama gadis bernama Fair itu. Mereka bahkan sampai cari rumah satpam sekolah cuma buat nanyain alamat gadis itu.
Tristan terkekeh. Selama ia hidup, ini pertama kalinya ia mengalami kejadian konyol dengan seorang gadis aneh. Gadis yang baru dikenalnya tapi entah kenapa ia merasa akrab dengan gadis itu. Ada kebahagiaan tersendiri dalam hatinya. Ia akui ini pertama kalinya dirinya tidak merasa risih berdekatan dengan seorang perempuan.
Senyum Tristan menghilang. Ia teringat kos-kosan Fair. Dimatanya tempat tinggal gadis itu sudah tidak layak dihuni lagi. Rumah itu amat kecil dan kumuh. Gadis itu bahkan cuma tinggal sendirian. Kenapa ia tinggal sendirian? Kemana orangtuanya? Lama pria itu termenung sebelum akhirnya menyadarkan dirinya sendiri. Kenapa ia jadi peduli? Tristan cepat-cepat membuang pikirannya tentang Fair.
Sementara itu di tempat lain, Samudera terus menerus merasa tidak tenang. Meski Fair sudah mengiriminya surat tapi ia tidak akan tenang sebelum melihat gadis itu langsung. Sialan. Ia mengusap rambutnya kesal.
"Sam, lo tenang dulu. Fair baik-baik aja kan." ucap Galang mencoba menenangkan Samudera. Ia tahu Fair sangat penting bagi sahabatnya. Hanya gadis itu yang mampu membuat pria seperti Samudera kehilangan akal sehatnya.
"Gue nggak bakal tenang sebelum gue liat dia." katanya tajam.
"Gue tahu." balas Galang.
"Tapi lo harus tenang. Kita bakal bantuin lo terus cari Fair." tambahnya meyakinkan.
"Dia nggak pernah hidup sendiri. Gadis manja itu ..., Gimana kalo dia tiba-tiba ketakutan? Gimana kalo ada yang celakain dia?" Samudera mulai memikirkan hal-hal buruk yang bisa menimpa Fair kapan saja. Semakin ia berpikir sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu, semakin ia jadi uring-uringan dan frustasi.
Farrel dan Galang saling menatap. Mereka tidak tahu bagaimana lagi membuat Samudera tenang. Hampir dua minggu ini pria itu tampak tidak semangat dan banyak pikiran. Mereka jelas tahu Fair adalah penyebab Samudera jadi aneh begitu.
Bagi kebanyakan orang pria itu sosok yang amat dingin dan tidak tersentuh oleh siapapun. Dimata mereka, Samudera itu sempurna, berkuasa dan tidak takut pada apapun. Tapi mereka tidak tahu kalau sosok pria kuat dan tak tersentuh itu punya kelemahan.
Fair adalah satu-satunya kelemahan Samudera. Galang dan Farrel awalnya merasa heran. Mereka heran kenapa gadis lemah, manja dan agak bodoh itu bisa membuat seorang Samudera tidak berkutik. Namun perlahan-lahan mereka mulai mengerti. Sosok gadis dengan latar belakang keluarga yang baik seperti Fair punya alasan untuk dilindungi.
***
Rabu pagi lagi-lagi Fair hampir telat. Untung nggak sampe telat, bisa-bisa ia kena hukum lagi sama guru. Gadis itu berjalan menunduk sambil memainkan jari-jarinya tangannya. Sesekali ia bersenandung biar tidak bosan.
"Fair!" Sasa berseru dari bangkunya. Tangannya melambai-lambai seakan menyuruh Fair cepat-cepat datang menghampirinya.
"Cepetan sini." seru gadis itu lagi karena melihat gadis yang dipanggilnya hanya berjalan santai.
"Apaan sih?" tanya Fair malas.
"Lo gue daftarin di ekskul yang sama kayak gue mau kan?" seru Sasa semangat. Fair menatapnya dengan alis terangkat bingung.
"Ekskul?" ekspresinya bingung
Sasa mengangguk antusias.
"Jadi di sekolah kita ini tuh wajib banget ikutan eskul. Yang nggak ikut bakalan disuruh-suruh jadi babu di sekolah, nggak bangetkan?" jelasnya.
Fair makin nggak ngerti.
"Kita kan murid, ngapain jadi babu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Bzaa
fair... lugu bangettt sihhh
2024-07-25
1
Santi Nuryanti
buahahhaa
ad2 aj si fair ni
2024-04-29
1
Zuli Lestary
ngakak kak
2024-02-10
0