Hari ini Tristan, Kellen, Gino, Kiffly, Fair dan Sasa kelimanya dipanggil ke ruang Bk. Ada guru yang melihat mereka bolos sekolah.
"Sialan!" maki Gino kesal sampai-sampai Sasa dan Fair yang berdiri didekatnya ikut menatapnya kaget.
"Ngapain lo berdua liat-liat gue?" sentak cowok itu sarkas. Fair dan Sasa cepat-cepat mengalihkan pandangan mereka ke arah depan saking takutnya. Kak Gini ini bener-bener nakutin, apalagi kalo lagi marah-marah.
Disebelah kanan Fair berdiri Tristan dan Sasa berdiri di sebelah kirinya paling ujung. Enam makhluk itu berdiri berjejer. Fair sudah beberapa kali berbisik ke Sasa supaya mau bertukar tempat tapi Sasa mati-matian menolak. Alasannya sama. Ia juga nggak pengen berdiri di sebelah Tristan yang nggak ngomong aja udah bikin merinding.
"Sa please, gue baru sembuh nih. Lo mau gue kejang-kejang lagi karena ketakutan." bisik Fair untuk yang kesekian kalinya. Guru Bk belum muncul-muncul juga.
Meski berbisik, tapi Tristan yang berdiri tegak di sebelah gadis itu tetap bisa mendengar bisikannya. Cowok itu tersenyum miring dan sesekali melirik Fair dari sudut matanya. Penakut. Ucapnya dalam hati.
"Sa, please yaa." paksa Fair lagi, kali ini sambil menggoyang-goyangkan badan Sasa dengan raut wajah memelas.
"Sorry Fair, mending lo yang kejang-kejang masih hidup. Lo mau gue yang kejang-kejang trus langsung mati? Gimana?" balas Sasa.
Fair mencebik ke cewek itu lalu membanting kakinya di lantai menunjukkan sisi kekanakannya.
Tingkahnya itu tak luput dari dua cowok di sebelahnya, Tristan dan Kellen. Sama-sama cowok pendiam dan dingin. Tristan masih tetap dengan wajah datarnya seperti biasa sementara Kellen mengulum senyumnya karena merasa lucu dengan kelakuan aneh gadis yang baru dilihatnya kemarin itu.
"Lo berdua bisa nggak sih nggak ribut-ribut kayak cacing kepanasan." tegur Kiffly mulai merasa terganggu. Fair dan Sasa langsung terdiam, keadaan menjadi hening. Beberapa menit kemudian masuk seorang guru perempuan dengan wajah galaknya. Bukannya menatap guru itu, semua orang diruangan itu malah menatap Fair heran karena gadis itu tiba-tiba tertawa keras saat bu Vanda masuk.
"Kamu! Kenapa tertawa?" sentak bu Vanda galak.
"Wajah ibu mirip banget sama Sandy temennya spongbob."
"Pufftttt..."
semua orang di dalam ruangan tersebut berusaha menahan tawa tak terkecuali bu Vanda tentunya, wajahnya sudah merah padam karena marah. Bahkan Tristan yang bersikap cool sejak tadi tak bisa menahan wajahnya untuk tidak tersenyum, meski sangat tipis dan singkat.
"Kamu ngatain saya?" tukas bu Vanda sambil menatap Fair dengan wajah galaknya. Fair menggeleng cepat.
"Berdiri tegak! Jangan bikin kemarahan saya bertambah." sentak guru itu sarkas.
Fair kaget saat guru yang belum dia ketahui namanya itu berbicara kencang dan setengah berteriak. Mau tidak mau dia harus mendengar perintahnya.
Kali ini pandangan bu Vanda bergantian menatap keenam murid itu.
"Kalian tuh ya, nggak bosen-bosen masuk Bk terus karena bolos." ucap bu Vanda sambil menunjuk empat cowok yang berdiri sejajar di sebelah Fair. Mereka terlihat diam saja dengan gaya kakunya masing-masing.
"Kamu juga!"
kali ini Fair mengusap-usap dadanya. Jantungnya lumayan terpukul karena teriakan bu Vanda padanya. Tristan disebelahnya bisa merasakan kekagetan gadis itu.
"Kamu masih anak baru di sekolah ini tapi sudah berani bolos bahkan menghina guru, memangnya kamu tidak dididik sama orang tua kamu di rumah gimana berlaku sopan sama orang lain?" ujar guru itu panjang lebar. Fair malah bingung mendengarnya, memang dimananya dia menghina? Waduh, nih guru kayaknya harus belajar bahasa deh.
"Kenapa natap saya begitu? Nggak terima kamu?!" sentak bu Vanda lagi, Tristan dan yang lain mulai tidak tahan mendengar ocehan guru yang terlalu banyak ngomongnya itu. Bikin telinga mereka sakit.
"Sasa."
"I... iya bu?" sahut Sasa mengangkat kepalanya menatap bu Vanda.
"Jelasin kenapa kalian bolos."
Sasa melirik Fair dan empat cowok itu sebentar lalu mulai menjelaskan.
"Ke... kemaren tuh Fair kejang-kejang bu terus suhu badannya tinggi banget kak Tristan yang periksa, karena kita semua udah panik jadi Fair langsung dibawa ke rumah sakit. Gitu bu." Sasa menjelaskan yang sebenarnya. Bu Vanda menatapnya lekat mencari tahu apa gadis itu berbohong atau tidak, ia kemudian kembali melirik enam murid itu bergantian.
"Pokoknya saya nggak mau tahu apapun penjelasan kalian, yang saya tahu kalian semua bolos kemaren. Jadi hukuman kalian sekarang potong rumput belakang sekolah ini sampai jam istirahat."
Tristan dan tiga temannya terlihat biasa saja karena mereka sudah biasa di hukum cabut rumput. Sasa? Gadis itu sudah pasrah dan tidak mau membantah, tapi berbeda dengan Fair. Tuh cewek belum pernah bekerja begitu jadi dia langsung protes tanpa pikir panjang.
"Ya bu, kok potong rumput sih, yang lebih ringan hukumannya ada nggak?" perkataannya sukses membuat semua orang menatapnya takjub. Pasalnya potong rumput adalah hukuman yang paling ringan buat mereka dibanding lain-lain.
"Bersihin seluruh WC sekolah ini mau?" balas bu Vanda dengan nada tingginya dan mata melotot kebarah Fair.
"Hahhh??"
Fair langsung menjatuhkan dirinya ke lantai dan pura-pura pingsan, membuat semua penghuni diruangan itu menatapnya. Bu Vanda ikut kaget dan cukup takut. Ia teringat ucapan Sasa tadi kalau gadis itu kejang-kejang kemarin.
"Fair." Sasa membungkukan badannya dan mencoba membangunkan Fair. Tak lama kemudian ia merasa seseorang ikut membungkuk dan meletakan telapak tangannya di dahi gadis itu. Tristan, cowok itu yang melakukannya.
"Minggir." ucapnya ke Sasa dengan suara datar. Gadis itu cepat-cepat menyingkir tak mau berurusan dengan pria galak macam Tristan.
Tristan mengernyitkan dahi, ia pikir gadis ini pingsan karena pengaruh demam kemarin, tapi sepertinya bukan. Suhu tubuhnya normal. Tangan cowok itu berpindah memegangi tangan Fair dan memeriksa nadi gadis itu. Semuanya masih normal. Ia lalu menatap wajah gadis itu dan mendapati kelopak matanya bergerak-gerak. Pria itu mendengus pelan. Dasar penipu kecil. Gumamnya dalam hati.
"Bagaimana keadaannya?" tanya bu Vanda masih khawatir. Tristan tidak menjawab. Matanya tetap menatap lurus ke Fair, tak lama kemudian cowok itu membuka suara.
"Lo pilih, cabut rumput apa cuci WC?"
"Cabut rumput!"
Fair menjawab cepat dan langsung bangun. Ketika ia menatap ke atas, semua orang tengah menatapnya dengan ekspresi berbeda-beda. Gadis itu hanya menyengir lebar memperlihatkan barisan-barisan giginya yang rapi.
"Fair, kamu berani pura-pura pingsan?" sergah bu Vanda sambil berkacak pinggang. Fair malah mengerucutkan bibir dan menatap Tristan dengan wajah ngambek. Tristan tersenyum dalam hati, mulai merasa gadis itu lucu.
"Sekarang pergi kalian semua kebelakang sekolah dan cabut rumput. Jangan ada yang berani kabur karena saya akan periksa sebelum istirahat." tegas Bu Vanda lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
αℓҽყα🦋
weeeehh baru baca nihh thor cerita yg ini, aseli dibuat ngakak SM si fair 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-11-16
0
Bzaa
fair fair
2024-07-25
1
lenong
😄😄😄
2024-03-17
0