Chapter 5

"Gue balik sekarang." ucap cowok itu setelah berbicara ke mereka.

Fair melihat kepergian cowok itu dengan mata yang membulat besar lalu mendengus kesal. Cowok nyebelin, makinya dalam hati. Sesaat kemudian seorang suster datang dan menyerahkan resep obat Fair, Sasa yang mengambilnya karena Fair masih sibuk dengan pikirannya yang tak habis-habis kesal pada Gino kakak kelas mereka. Heran, kok ada orang kayak gitu.

"Yuk Fair gue anterin lo pulang."

kali ini pandangan Fair berpindah ke Sasa. Mereka lalu keluar dari rumah sakit itu dan naik taksi sampai di sebuah kos-kosan kecil milik Fair. Ia baru mengontraknya kemarin karena tidak punya uang untuk mengontrak tempat yang lebih bagus dari kos-kosan ini.

Sebenarnya bisa saja Fair memakai kartu kredit, tapi dia memutuskan untuk tidak pakai benda itu. Ia tidak berani memakai uang dari kartu kreditnya karena papanya bakal melacak dan bisa tahu dimana ia berada. Pokoknya dia harus sembunyi sebaik mungkin supaya teman-temannya dan keluarganya tidak bisa melacak keberadaannya. Menjadi miskin adalah jalan satu-satunya karena kemungkinan besar ia nggak bakal ketahuan.

"Lo tinggal sendirian?" tanya Sasa sambil melihat-lihat ukuran kosan Fair yang menurutnya sangat kecil dan kumuh itu. Ia terkadang mengeluh pada orangtuanya karena keluarganya tidak begitu kaya, tapi saat melihat keadaan Fair yang jauh lebih buruk dari hidupnya, Sasa jadi mensyukuri keadaannya sekarang. Ternyata masih ada orang yang hidupnya sangat kasihan, seperti Fair ini contohnya. Sasa menatap temannya itu dengan raut wajah kasihan.

"Fair, hidup lo kasian juga ya." ucapnya sambil menepuk bahu Fair. Fair malah menatap gadis itu bingung.

"Denger, walau lo miskin banget gue nggak bakalan jauhin lo kok. Mulai sekarang gue teman dekat lo ngerti? Bilang aja ke gue kalo lo butuh bantuan oke?" seru Sasa lagi, Fair tetap mengangguk meski masih bingung. Ia belum bisa mencerna maksud Sasa apa.

"Ya udah lo istirahat sekarang, gue balik dulu."

setelah berbicara panjang lebar, Sasa  pamit pergi dari kos-kosan kecil itu. Meninggalkan Fair dengan ekspresi bodoh yang terlihat jelas diwajahnya.

Gadis itu kembali mencoba mencerna semua perkataan Sasa tadi dan akhirnya menyimpulkan satu hal, Sasa merasa kasihan melihat kemiskinannya. Gadis itu tanpa sadar tertawa senang. Jadi dia terlihat semiskin itu? Berarti rencananya berhasil dong, yes. Gadis itu bersorak gembira. Keluarganya dan kak Sam nggak bakal menemukan dia sekarang, mereka nggak mungkin mencarinya sampai di daerah kumuh ini kan?

Tawa Fair tiba-tiba hilang. Kak Sam. Ia jadi ingat sama cowok itu. Ia memang kabur dari rumah karena ngambek sama papanya, tapi kak Sam kan nggak punya salah apa-apa, tapi kalo kak Sam tahu keberadaannya sekarang pasti bakalan dilaporin sama papanya. Cowok itu juga nggak bakalan ijinin dia tinggal di daerah kumuh begini, kalo gitu caranya sia-sia dong dia kabur, ujung-ujungnya balik lagi ke rumah, ketemu lagi sama dua perempuan sok baik itu. Fair memutar otaknya memikirkan cara supaya kak Sam nggak khawatir tentang keberadaannya lagi. Setelah berpikir keras, ia lalu menemukan sebuah cara.

                                   ***

Di rumah Samudera, cowok itu tidak berhenti menatap gambar Fair yang ada dalam bingkai foto yang kini sedang ia pegang. Baru tiga hari ia tidak melihat gadis itu tapi ia sudah sangat merindukannya. Fair belum pernah pergi jauh darinya selama ini.

"Kamu dimana sih Manis." gumam Sam tanpa mengalihkan pandangannya dari foto Fair, gadis itu dipanggilnya Manis karena Fair memang sangat manis, juga lemah. Fair juga gadis penakut.

Walau di luar keliatan kuat dan tegar, sebenarnya Fair hanyalah seorang gadis lemah dan penakut dan itu hanya ia tunjukkan sama orang-orang terdekatnya, termasuk Samudera. Itu sebabnya Samudera khawatir karena gadis itu sekarang berada jauh darinya, ia tidak bisa melihat dan melindunginya.

Pandangan Samudera berpindah ke bingkai foto yang lain. Dalam foto itu terpampang gambar tiga cowok tampan memakai seragam SMP, yang satunya gambar dirinya sendiri, duanya lagi adalah sahabatnya tapi yang sebelah kiri sudah meninggal dua tahun yang lalu.

Namanya Bion, kakak kandung Fair. Bion meninggal dalam kecelakaan mobil. Saat itu Bion masih kelas X SMA dan Fair masih SMP, mereka belum pernah sekalipun naik bus. Karena Fair penasaran seperti apa rasanya naik bus, maka Bion mengiyakan. Keduanya naik bus bersama dan berakhir dengan kecelakaan tragis.

Fair dan Bion keduanya sama-sama koma, tapi tak sampai sehari Bion meninggal meski ia sempat sadar sebentar. Sementara Fair, gadis itu terbangun setelah empat bulan koma. Ia sempat depresi karena kepergian kakaknya, tapi karena Samudera terus menerus menemani di sisinya, menghiburnya, menjaganya, menggantikan posisi kakaknya dan juga teman-teman cowok itu yang terus menghiburnya dengan kekonyolan mereka, Fair mulai ceria lagi. Perlahan-lahan ia mulai melupakan kejadian mengerikan yang pernah menimpanya.

Samudera tersenyum menatap lurus ke foto Bion yang tertawa lebar.

"Lo tahu, adek lo kabur dari rumah. Pinter banget sembunyinya sampe gue aja nggak tahu dimana dia sekarang."

Samudera tersenyum kecut. Merasa dirinya tidak becus menjaga Fair. Tiba-tiba suara ketukan dipintu kamarnya mengalihkan perhatiannya.

"Den, den Sam." terdengar suara bi Ina dari luar.

"Kenapa bi?" sahut Samudera.

"Nih ada surat buat den samudera, dari non Fair."

Mendengar nama Fair, Samudera cepat-cepat melompat dari kasurnya dan membuka pintu.

"Yang nganter siapa?" tanyanya ke bi Ina.

"Tukang pos."

Samudera mendesah pelan. Benar tukang pos, nggak mungkin kan Fair sendiri yang anter.

"Ya udah bi, makasih ya." ucap cowok itu lalu mengambil surat ditangan bi Ina dan kembali masuk.

Samudera menatap surat Fair sebelum membaca. Cowok itu tertawa kecil melihat tulisan gadis itu. Dari dulu nggak pernah berubah, tulisannya tetap jelek.

Buat kak Sam,

Manis minta maaf ya kak karena kabur dari rumah nggak bilang-bilang. Abisnya kalo bilang kak Sam nggak bakal ijinin, nggak bisa kabur dong nanti Manisnya.

Samudera tersenyum kecil membaca isi surat Fair.

Kak Sam nggak usah khawatir. Manis baik-baik aja sekarang. Manis belum siap aja balik ke rumah sekarang. Pokoknya kak Sam tenang aja, nggak usah cari Manis lagi. Nanti seminggu sekali Manis ngirimin kabar ke kak Sam. Untuk sekarang ini Manis mau nyobain hidup mandiri itu kayak gimana. Boleh ya kak Sam? Bye-bye.

Manis

Samudera menarik nafas panjang. Ada perasaan tidak setuju saat membaca isi surat Fair. Gadis itu tidak bisa hidup mandiri, menurutnya. Tapi apa boleh buat. Ia juga tidak bisa melarangnya, apalagi gadis itu tidak bisa dihubungi lagi. Nomornya sudah tidak terdaftar. 

Meski begitu perasaan Samudera menjadi sedikit lebih lega karena gadis itu tidak lupa mengabarinya, setidaknya ia baik-baik saja dan... Okey, ia akan membiarkan Fair sendiri dulu sekarang. Meski tidak janji.

                                 

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

Ooh pantesan trauma.. pernah kecelakaan yg bikin kakak nya meninggal

2024-07-25

0

lenong

lenong

pernah kecelakaan toh😢😢

2024-03-17

0

Amalia Khaer

Amalia Khaer

cowo yg 1 nya bernama Tristan.

2024-01-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!