Chapter 4

Sepanjang perjalanan, Tristan terus memeriksa kondisi Fair. Pria itu meletakkan kepala gadis itu di pangkuannya. Suhu badan gadis itu sangat tinggi dan seluruh seragamnya sudah basah karena keringat. Sesekali gadis itu akan bergerak tidak tenang. Tristan menggenggam tangan Fair berharap gadis itu tenang. Cowok itu ikutan berkeringat.

"Dia masih baik-baik aja kan?" tanya Kiffly sambil menghadap kebelakang. Cowok itu duduk di sebelah Kellen yang tengah menyetir, cowok itu ikut-ikutan melirik dari balik kaca spion bagian tengah dengan sikap tenangnya seperti biasa.

"Badannya masih panas banget. Lo bisa lebih cepet nyetirnya?" balas Tristan mengangkat wajah melirik Kellen. Ia takut keadaan gadis yang belum ia ketahui namanya itu akan memburuk.

Kellen membalasnya dengan sebuah anggukan. Lalu menambah kecepatan menyetirnya. Sangat cepat bahkan, sampai Tristan harus menahan cewek di pangkuannya tersebut agar tidak terlempar.

Tristan cepat-cepat keluar dari mobil bersama Fair yang digendongnya. Mereka sudah sampai di area rumah sakit terdekat yang jaraknya tak jauh dari sekolah mereka.

Kellen dan Kiffly mengikuti dari belakang di susul Gino dan Sasa dari mobil yang lain.

Tristan membawa Fair ke UGD disambut seorang dokter bersama dua perawatnya yang membantu menyiapkan ranjang pasien buat gadis itu. Setelah Tristan menidurkan Fair ke ranjang barulah sih dokter memeriksa keadaannya.

"Dia habis kejang-kejang, suhu badannya sangat tinggi." jelas Tristan. Sang dokter mengangguk mengerti, sikapnya jauh lebih tenang dari Tristan. Setelah memeriksa keadaan Fair, dokter tersebut memiringkan kepalanya menghadap Tristan dan yang lain bergantian.

"Teman kalian baik-baik saja. Dia dibawah tepat waktu, kondisinya masih stabil." kata dokter itu. "Apa gadis ini pernah mengalami kecelakaan sebelumnya?" tanyanya kemudian.

Tristan berbalik kebelakang menatap Sasa yang berdiri di antara ketiga sahabatnya.

"Gue nggak tahu." ucap Sasa seolah tahu arti tatapan Tristan. Sasa memang tidak tahu karena baru hari ini ia kenal Fair. Tristan kembali menatap dokter ingin mendengar penjelasan selanjutnya.

"Gadis ini sepertinya punya cedera di kepalanya, kemungkinan dia ada trauma. Hal itulah yang memicu sampai dia kejang-kejang dan demam. Tapi jangan khawatir, dilihat dari kondisinya gadis ini hanya memiliki cedera kepala ringan. Saya akan membuat resep obatnya setelah itu dia bisa pulang." jelas dokter itu lagi membuat Sasa yang mendengarnya bernafas lega termasuk Gino. Ia jadi tenang mendengarnya. Ketakutannya mendadak hilang.

"Aman, gue pikir tuh cewek bakalan kenapa-napa bisa mampus gue nanti." gumamnya sambil menatap Fair yang masih tertidur.

"Lo sih becanda keterlaluan, tobat kan lu." timpal Kiffly, Gino malah menyengir lebar.

Tristan sendiri? Cowok itu masih mengamati gerak-gerik Fair. Entah apa yang ia pikirkan, beda lagi dengan sih pendiam Kellen yang tampak cuek, ia memilih menyandarkan diri di dinding dengan kedua tangan yang tetap setia dalam saku celananya. Seumur hidup, baru kali ini dia ke rumah sakit karena seorang gadis yang bahkan tidak dikenalnya.

"Kalian temannya pasien?"

tanya seorang suster yang datang entah dari mana. Tristan hanya menatap suster itu tanpa menjawab karena ia memang tidak kenal gadis ini.

"Iya sus." Sasa menjawab dari belakang.

"Kami butuh identitas pasien, siapa nama pasien?" tanya suster itu lagi.

"Fair."

Tristan mengernyit. Nama itu seperti tidak asing ditelinganya.

"Nama lengkapnya?"

"Nggak tahu."

jawaban Sasa sukses membuat suster dan empat cowok yang berada di ruangan itu sama-sama menatapnya aneh. Cewek itu tersenyum kikuk.

"Nama orangtuanya?"

"N..nggak tahu juga, heheh." jawab Sasa lagi. Nama lengkap aja dia nggak tahu, gimana tahu nama orangtuanya.

"Heh, lo itu kan temennya kok nggak tahu apa-apa tentang dia sih." sentak Kiffly. Aneh banget, sahabatan kok nama lengkapnya aja nggak tahu.

"F... Fair itu anak baru kak, baru masuk hari ini jadinya gue belum kenal-kenal amat." jelas Sasa ciut.

Oh jadi anak baru. Pantesan baru keliatan. Sasa sedikit terselamatkan karena jawabannya. Kalau memang seperti itu sih wajar saja dia tidak tahu.

"Jadi gimana nih, kita pake walinya siapa aja?" tanya sih suster lagi.

"Aku aja sus." sahut Sasa langsung karena ia yakin ke empat cowok itu nggak ada yang mau. Fair kan bukan siapa-siapanya mereka. Di tolongin bawa ke rumah sakit aja udah bersyukur banget.

Tak lama setelah itu Tristan seperti melihat pergerakan mata Fair yang mulai terbuka. Cowok itu bernafas lega. Setelah memastikan gadis itu benar-benar sadar ia lalu berbalik pergi di susul Kiffly dan Kellen. Gino ingin ikut pergi juga tapi karena masih merasa sedikit bersalah ia memutuskan untuk minta maaf dulu sebelum pergi. Biar nggak ada hutang maaf lagi pikirnya.

"Fair, gimana keadaan lo? Lo baik-baik ajakan?" tanya Sasa yang sekarang berada disamping Fair.

Fair meringis memegangi kepalanya yang sakit, matanya memandang sekeliling ruangan. Ruangan ini tampak asing di matanya. Ia menatap Sasa.

"G... gue dimana?" tanyanya bingung.

"Lo di RS. Tadi lo kejang-kejang sampe pingsan makanya kita bawa lo ke sini." jawab Sasa

"HAH, rumah sakit? Lo bawa gue ke rumah sakit? Trus bayarnya gimana, gue bener-bener udah nggak punya duit nih buat bayar gimana dong?" seru Fair mendadak lupa kalau ia masih lemah. Sasa bahkan sampai dibuatnya melongo akibat suaranya yang lumayan kencang.

"Biar gue aja yang bayar." pandangan Sasa dan Fair sama-sama beralih ke Gino yang berdiri di sisi kiri ranjang. Fair menatapnya heran, sesaat kemudian ia mengingat di mana pernah bertemu cowok itu, ketika ia mengingat cowok itu dan apa yang diperbuatnya tadi, gadis itu memasang raut kesal. Cowok itu adalah kakak kelas yang membuatnya jadi kayak sekarang, memang dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

"Nggak usah geer, gue bayar biaya rumah sakit lo cuman sebagai tanda permintaan maaf gue karena udah bikin lo kayak gini. Gue nggak tahu aja kalo lo selemah itu." kata Gino lagi berhasil membuat Fair dan Sasa saling menatap tidak percaya.

Udah salah, cara minta maafnya kayak gitu, masih ngatain orang lemah lagi. Kalau ada kak Sam di sini, Fair pasti sudah melapor, biar dikasih pelajaran tuh cowok. Kalo gadis itu sendiri ia takut ngelawan. Kakak kelasnya ini keliatan nakutin memang. Gimana kalau dia ngelawan dan ujung-ujungnya berakhir dengan dia masuk rumah sakit lagi? Hihh... Nggak, nggak mau dia.

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

semangat fair..

2024-07-25

0

Novano Asih

Novano Asih

apa mungkin Tristan dulu satu sekolah sama Fair

2024-01-12

0

ZUU

ZUU

wajarlah nggak tahu, kan baru kenal

2023-08-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!