FAIR UNTUK TRISTAN
Fair menatap sekolah didepannya itu dengan raut wajah takjub. Sekolah itu adalah sekolah terburuk dari semua sekolah yang pernah dia lihat. Meski tergolong besar tapi sekolah ini sangat kotor, tak terawat dan terlihat angker. Berbeda jauh sekali dengan sekolahnya dulu, tepatnya sekolah yang masih menjadi sekolahnya dua hari yang lalu, sebelum ia memutuskan kabur dari rumah.
Gadis itu sudah dua hari ini kabur dari rumah karena ngambek. Dia tidak tahan melihat papanya yang terus belain perempuan penggoda sama putrinya itu. Padahal sudah berkali-kali ia mencoba meyakinkan papanya kalau mereka bukan perempuan baik-baik, mereka hanya sengaja mau mendekati papanya supaya bisa hidup layak. Tapi papanya malah marah-marah padanya dan menghukumnya.
Karena terlanjur kecewa, Fair kabur dari rumah. Biarin aja papanya hidup sama perempuan-perempuan nggak bener itu. Biar papanya tahu gimana liciknya mereka. Dan bagaimana rasanya hidup sendirian tanpa putri kesayangannya.
Fair menghembuskan nafas lelah lalu melangkah memasuki sekolah yang menurutnya jelek itu. Kepala sekolah sendiri yang mengantarnya ke kelas baru.
"Hai, gue Sasa." sapa sih cewek yang di sebelahnya, yang rambutnya di kuncir satu . Fair tersenyum membalas sapaan Sasa tak lupa menyalaminya. Cantik. Batinnya saat melihat Sasa. Berbeda dengan dirinya yang sekarang ini mungkin terlihat seperti gembel. Gimana nggak, dia kabur tanpa persiapan apa-apa. Akhirnya semua baju mahal yang dia bawah sudah dia jual untuk menghidupi kehidupannya sementara. Lumayanlah untuk satu sampai dua bulan ini.
"Lo pindahan darimana Fair?" tanya Sasa.
Fair memutar otaknya berpikir, nggak mungkin kan dia bilang pindahan dari Moon high school, sekolah paling terkenal di Jakarta. Sasa pasti tidak akan percaya. Masa anak Moon High pindah ke sekolah buangan kayak ini, udah gitu gembel pula, bisa-bisa dia dianggap halu lagi.
"Gue pindahan dari Bandung," jawab Fair berbohong. Sasa manggut-manggut mengerti.
"Ya udah, mulai sekarang kita temenan ya," seru Sasa lagi. Fair tersenyum senang. Lumayan buat nambah-nambah teman ceweknya. Selama ini kan temannya yang cewek cuman Dilla doang, nggak ada yang lain, udah gitu dia cuman bergaul sama temen-temennya kak Sam pula, yang genknya isinya cowok semua.
Tiba-tiba hpnya bergetar membuatnya tergelak, ia sadar ternyata dia belum ganti nomor, kalo gini kan bisa bahaya, keberadaannya bisa dilacak. Fair melirik hpnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan sebelum mutusin buat menonaktifkan nomornya.
30 pesan dari Dilla dan 80 panggilan dari kak Sam. Fair membuka isi pesan Dilla.
Dilla jelek
"Manis lo dimana?
"Lo kabur dari rumah?
"Kemaren kak Sam sama temen-temennya ke rumah gue nyariin elo.
"Katanya lo kabur dari rumah. Kak Sam keliatan khawatir banget sama lo, papa lo juga nyariin elo nih.
"Lo masih hidupkan?
"Kalo masih hidup kabarin gue dong,"
"Jangan bikin parno kayak gini. Cepet pulang, nggak usah ngambek-ngambek lagi."
Fair tertawa membaca isi pesan sahabatnya itu, tanpa pikir panjang ia mutusin buat nelpon sahabatnya itu.
"Halo, Maniss??"
Terdengar suara Dilla dari seberang.
"Lo dimana? Kok pake acara kabur-kaburan dan nggak pake ngomong-ngomong ke gue sih? Lo nggak kenapa-kenapa kan? Nggak di apa-apain sama penjahatkan?" seru cewek itu panjang lebar.
"Gue nggak papa Dil, entar gue ceritain ke lo, bilangin ke kak Sam nggak usah khawatirin gu ..."
"Manis, kamu dimana? Aku jemput sekarang."
Fair buru-buru menutup telpon dan mematikan hpnya. Itu suara kak Sam. Samudera, cowok tampan dengan sejuta pesona yang bisa membuat banyak gadis meleleh saat melihatnya. Hanya saja, aura dinginnya membentuk dinding kokoh yang membuat tidak sembarang orang bisa dekat dengannya. Samudera juga jarang sekali tersenyum, hanya Fairlah satu-satunya gadis yang mampu meluluhkan hati cowok dingin itu. Itu pun karena mereka sudah tumbuh bersama sejak kecil.
"Kak Sam maaf," lirih Fair bergumam pada dirinya sendiri.
***
Samudera mengerang kesal sambil mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia hampir melempar hp Dilla kalau gadis itu tidak cepat-cepat memintanya kembali meski dengan takut-takut. Beberapa sahabatnya yang melihat keadaannya juga tidak berani mendekat. Mereka tahu ketua genk mereka itu sangat sayang pada Fair, sudah dua hari ini ia terus mencari-cari gadis mungil itu bahkan sampai tidak tidur hanya karena takut gadis itu akan kenapa-napa.
Pandangan Samudera kembali ke Dilla dengan tatapan tajam dan menusuknya.
"Fair nggak bilang sama lo dia lagi dimana?" tanyanya penuh selidik. Mungkin saja Dilla akan berbohong padanya kan. Ia tidak akan segan-segan menonjok cewek itu kalau tuh cewek kedapatan berbohong.
Dilla menggeleng takut.
"Nggak kak, Fair cuma bilang entar dia ceritain semuanya setelah itu hpnya udah diambil sama kak Sam." jawab gadis itu jujur dan sangat berhati-hati. Suaranya sedikit bergetar. Ia takut berbohong sama cowok beringas seperti Samudera ini. Cowok itu bisa tidak pandang bulu buat nyakitin orang lain kalau hubungannya udah sama Fair. Duh, gara-gara sih Fair nih kak Sam jadi tambah nakutin kayak gini. Rungutnya dalam hati.
"Udah deh Sam, lagian Fair baik-baik aja kan. Dia pasti butuh waktu buat sendiri dulu." ucap Galang mencoba meyakinkan sahabatnya itu.
"Bener, lo tenangin diri lo dulu deh, nggak usah bikin anak orang takut. Kalo dia laporin ke Fair, lo juga yang repotkan." timpal Farrel sambil terkekeh menatap Dilla yang memucat saking takutnya. Gimana nggak, ia sudah dikerumuni para anggota genk beringas sekolah itu dan didepannya berdiri kakak kelasnya yang paling menakutkan yang sedang menatapnya tajam, siapa lagi kalo bukan Samudera. Ya Tuhan, semoga mereka cepat pergi dari kelas gue. Dilla berdoa dalam hati.
Gadis itu bernafas lega sambil menyapu-nyapu dadanya. Ia selamat, mereka akhirnya pergi. Beberapa teman sekelasnya yang tadi tidak berani mendekat, sekarang berkerumun mendekati gadis itu.
"Samudera dan temen-temennya ngomong apa sama lo? tanya salah satu cewek berambut pirang. Yang lain ikut menunggu jawaban Dilla karena penasaran.
"Nanyain Fair doang." balas Dilla malas.
"Oh Fair lagi. Heran deh sama tuh cewek lemot, apa bagusnya sih sampe-sampe udah pindah dari sekolah ini pun masih di cari sama Samudera."
Tunggu, tunggu. Pindah?
Dilla menatap sih cewek berambut pendek dengan wajah bingung.
"Pindah? Kapan Fair pindah sekolah? Kok gue nggak tahu?" tanyanya ke cewek itu.
"Gue denger dari wali kelas kemaren, katanya Fair ngambil surat pindah."
LOL
Tega banget sih Fair, masa pindah nggak bilang-bilang. Dilla memasang raut wajah kesal. Mereka kan sahabatan. Udah kabur dari rumah nggak bilang-bilang, sekarang pindah sekolah juga nggak pake bilang-bilang. Tuh anak sebenarnya kenapa sih? Pake kabur-kabur segala, pindah sekolah pula. Ngambek ke papanya kok sampe segitunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Bzaa
awal yg menarik
2024-07-25
0
Ajusani Dei Yanti
aku mampir lagi nih thorrrr kuh
2024-05-15
0
lenong
seru nih kek nya
2024-03-17
0