19

Disisi lain Laila sedang gelisah menunggu ustadz Yusuf untuk memenuhi janjinya untuk menemui kedua orang tuanya. Ia mondar mandir melihat kearah luar melalui jendelanya, sampai saat ini pun ustadz Yusuf tidak datang.

"Apa ustadz Yusuf serius dengan perkataannya kemarin? atau hanya aku saja yang salah mengartikan omongannya? Ya Allah Laila kenapa kamu berlebihan banget ngarepnya." Laila mengetuk kepalanya bicara dalam hati.

Saat ada suara mobil memasuki pekarangan rumahnya Laila langsung melihat mengintip dari jendelanya berharap orang yang sangat ia tunggu telah datang. Tapi kenyataan bukan pria yang ia harapkan datang melainkan pemimpin pondok tempat ia mengajar yang datang.

Walau hatinya lagi gelisah memikirkan Yusuf saat ini namun Ia turun untuk menemui kyai Anwar dan umi Maryam. Ia juga senang kyai Anwar dan umi Maryam mengunjunginya.

"Ada apa yah umi dan kyai kemari?" tanya nya dalam hati.

"Assalamualaikum umi, kyai". Laila menyalami dan memeluk umi Maryam.

"Waalaikumsalam nak". Ucap mereka berdua.

"Laila tinggal kebelakang dulu ya umi,kyai". Ucap Laila santun dan beranjak pergi kedapur meninggalkan orang tuanya dan kyai Anwar serta umi Maryam.

Setelah bicara bicara singkat kyai ingin mengutarakan hajat kedatangan mereka.

"Maaf buk,pak kami bertamu malam begini juga gak ngasih kabar kalau mau kesini." Umi Maryam bicara sungkan.

"Ya Allah umi kyai, suatu kehormatan bagi kami umi dan kyai mau berkunjung kerumah kami."

"Maaf sebelumnya pak, buk. Kami kesini punya hajat menginginkan sesuatu dari bapak dan ibuk. " Kyai Anwar menimpali.

"Apa itu gerangan kyai? Insyaallah jika kami mampu akan kami berikan." Papa menjawab.

"Apa Laila sudah dikhitbah oleh seseorang?"

mama dan papa Laila tersenyum tahu dan mengerti arah pertanyaan kyai Anwar.

"Belum ada kyai. Putri kami belum ada dikhitbah oleh pria."

"Alhamdulillah kalau begitu. Karena tidak boleh melamar wanita yang sudah dikhitbah. Maka dari itu kedatangan kami kesini ingin melamar Laila putri bapak,ibuk untuk putra kami."

Deg...Laila yang berjalan membawa nampan berisikan gelas air teh merasa kaget mendengar ungkapan kyai Anwar namun ia terus berjalan dan menyajikan teh beserta cemilan untuk kyai Anwar dan umi Maryam.

Mama Laila menarik nya duduk didekat nya seraya tersenyum pada anak gadisnya.

"Sungguh beruntung kami jika kyai dan umi mau melamar putri kami. Tapi keputusan itu biarlah Laila yang putuskan, karena dia yang akan menjalaninya." tutur papa lembut.

Kyai Anwar dan umi Maryam mengangguk dan tersenyum memandang Laila.Sedangkan Laila menunduk tidak berani melihat kyai Anwar dan umi Maryam.

"Nak Laila. Umi serta Abi kesini bermaksud ingin melamar mu untuk putra pertama kami. Bagaimana menurut nak Laila? Apa Laila bersedia?" tanya umi Maryam lembut.

Laila saat ini sangat bingung apa yang akan ia jawab. Satu sisi ia punya pilihan sendiri dan orang itu sudah janji akan datang menemui orang tuanya malam ini, satu sisi ada kyai Anwar dan umi Maryam yang meminta nya menjadi istri dari putranya nya.

Ia benar benar bingung, sungkan jika menolak kyai Anwar dan umi Maryam. Tapi ia juga berharap Yusuf datang.

"Ya Allah, apa yang harus hamba jawab." Batinnya lirih.

"Bagaimana nak Laila?" Tanya umi Maryam lagi.

Mama mengelus punggung Laila memberi dukungan untuk putrinya. "Jawab lah sayang, kami akan mendukung apapun keputusan mu".

Laila menarik nafas dan menghembuskannya dan menatap kepada kyai Anwar dan umi Maryam.

"Maaf sebelumnya umi, kyai. Laila bukannya menolak, tapi ada seseorang yang berjanji akan menemui kedua orang tua Laila malam ini. Jadi Laila belum bisa memutuskan. Sekali lagi Laila minta maaf kyai, umi." Ucap Laila

"Gak papa nak. Jangan merasa sungkan seperti itu." Timpal umi Maryam.

"oh ya, siapa pria itu? apa kami mengenalnya" mamanya menimpali.

"Dia salah satu pengajar di pesantren kyai Anwar ma".

umi Maryam merasa penasaran ingin bertanya siapa pria itu. Setahunya pengajar pria disana semuanya sudah menikah,cuma putranya seorang yang belum menikah.

"Assalamualaikum" Suara salam dari luar menghentikan pembicaraan mereka. Bahkan Umi Maryam mengatupkan kembali bibirnya saat ingin bicara.

Laila yang tidak asing mendengar suara itu tersenyum bahagia, Ia tidak menyangka jika ustadz Yusuf benar benar datang kerumahnya.

"Maaf umi,kyai. Sepertinya seseorang yang Laila bicarakan tadi sudah datang." Ucapnya tersenyum lebar.

Kyai Anwar dan umi Maryam juga merasa suara tersebut tidak asing.Mereka mengerutkan kening nya saat seseorang yang mereka pikirkan ternyata benar .

"Assalamualaikum om, Tante, Laila. Yusuf memberi salam pada Laila dan mama,serta mecium tangan papa Laila menghormati orang tua.Ia juga menyalami kyai Anwar serta umi Maryam.

"Waalaikumsalam". Jawab mereka semuanya.

Yusuf ikut duduk dikursi sebelah papa Laila.

"Mama, papa,kyai,umi, perkenalkan ini ustadz Yusuf. beliau juga mengajar di ponpes kyai Anwar. Kyai serta umi pasti sangat mengenalnya." Laila memperkenalkan Yusuf pada keluarganya.

"Tentu saja umi sangat mengenalnya nak." Umi Maryam tersenyum melihat Laila dan Yusuf bergantian.

"Jadi pria ini yang nak Laila bicarakan tadi?" tanya umi Maryam .

"Apa Laila tidak tahu kalau orangtuanya akan datang melamar nak Laila." sambung umi Maryam namun Laila menggeleng.

Tawa kyai Anwar dan umi Maryam pecah melihat kepolosan Laila. Mama dan papa tidak paham dari perkataan mereka hanya diam bingung.

"Dasar anak bodoh. Kenapa kamu gak ngasih tau Laila kalau umi dan Abi yang datang." umi Maryam memukul lengan Yusuf tertawa kecil.Sedangkan kyai Anwar hanya menggeleng melihat kelakuan putranya yang ceroboh.

Laila membeliakkan matanya kaget dengan ungkapan umi Maryam.

"Umi? Abi? berarti...." tebaknya dalam hati.

"Tunggu dulu umi. Maaf, jadi pria yang Laila tunggu adalah putra umi dan kyai yang ditolak Laila?" Mama memperjelas.

"Iya buk, Yusuf ini putra pertama kami." jawab umi Maryam.

Sekali lagi Laila membeliakkan matanya kaget. Ia tidak menyangka ternyata ustadz Yusuf adalah putra kyai Anwar dan umi Maryam pimpinan ponpes tempat ia mengajar.

"A..apa? Saya ditolak?" tanya Yusuf ragu. Yusuf melirik Nafisah yang menunduk.

"Iya Yusuf. Kau pria yang ditolak dan ditunggu kedatangan nya." kyai Anwar tertawa menggoda Yusuf.

Semua yang ada diruangan itu tertawa kecuali Yusuf dan Laila.

"Maksudnya?" Yusuf bertanya tidak mengerti.

"Nak Laila. Apa kamu tidak tahu kalau Yusuf ini anak umi dan Abi?" tanya umi Maryam.

"Tidak umi".Jawab Laila menggeleng.

"begini nak. Laila menolak lamaran umi karena dia menunggu seorang yang akan melamar nya malam ini. Dan ternyata pria itu putra umi." Umi Maryam menjelaskan.

"Yusuf menyunggingkan bibirnya tersenyum. Iya, maaf umi Abi.Laila tidak tahu kalau Yusuf anak umi dan Abi. Yusuf lupa beri tahu Laila." Yusuf menggaruk tengkuknya yang tidak gatal malu.

Tawa mereka kembali pecah melihat anak anak mereka. Sedangkan yang ditertawakan hanya diam menunduk malu.

"Jadi bagaimana nak Laila? Apa lamaran Abi dan umi untuk putra kami diterima?" tanya umi Maryam kembali.

Yusuf melirik Laila ingi tahu apa jawaban Laila.

Laila hanya mengangguk malu sebagai jawaban ia menerima nya.

"Alhamdulillah". ucap semua yang ada diruangan itu.

.

.

bersambung

Terpopuler

Comments

Dian Soedarminto

Dian Soedarminto

ooo gitu to ceritanya
😆😆😆😆

2024-04-20

2

Badelan

Badelan

kok

2024-03-26

1

Uthie

Uthie

Lucu 😁

2023-11-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!