Nana Gadis Yg Tangguh
Nana sedang duduk termenung di dalam kamarnya bayangan kenangan nya dengan sang papa tercinta bermunculan di pandangnya lukisan yg dia lukis bersama dengan sang papa tak terasa air mata mengalir laju di pipi mulusnya dia tidak sanggup jika harus kehilangan kenangan papanya
tok tok tok
Nana tersentak mendengar ketukan di pintu kamarnya
"sebentar"teriaknya dari dalam kamar lalu berdiri membukakan pintu
"ya bi ada apa"
"mama sudah menunggu Nana di meja makan"
"bilang sama mama Nana tidak lapar bi"
jawab Nana malas dia sedang malas bertemu dengan mamanya
"sayang Nana tidak boleh bicara seperti itu "
"BI Nana malas bila harus mendengar bujukan mama kenapa mama harus menikah lagi apa mama sudah melupakan papa apa mama sudah TDK sayang lagi sama papa" Nana menangis di pelukan BI Ijah
"mama pasti punya alasan kenapa dia harus menikah lagi Nana harus sabar dan menerima keinginan mama"
"tapi bi Nana TDK mau punya papa tiri" Nana menangis dalam pelukan
wanita yang telah bekerja dengan maria sejak Nana masih kecil dan menganggap Nana seperti anaknya sendiri itu membujuk Nana agar mau ikut sarapan dengan Maria sebelum berangkat kerja
Nana melangkah kakinya dengan malas setelah dia berhasil di bujuk oleh BI Ijah
"selamat pagi sayang" sapa sang mama
"pagi ma" jawab Nana sambil mencium pipi Maria kebiasaan yang TDK pernah di lupa
setiap pagi
Nana duduk di hadapan Maria dia hanya menatap makanan yang ada di depan nya Tampa berniat menyentuhnya
"Nana kenapa tidak makan apa Nana TDK
selera dengan makan yang di masak BI Ijah"
tanya maria saat melihat piring putri
sematawayangnya masih kosong Nana hanya menggeleng kan kepalanya
BI Ijah datang membawa susu dan meletakan di depan Nana dan langsung di sambar dengan cepat menghabis kan susunya lalu beranjak naik kekamarnya tampa permisi
"sepertinya Nana belum bisa menerima keputusan saya bi" sedih rasanya melihat anak nya yang selalu ceria dan riang berubah menjadi murung
"nana hanya takut kehilangan kasih sayang nyonya dia masih syok mendengar permintaan nyonya tapi seiring berjalannya waktu dia akan terbiasa dan mengerti bersabar lah nyonya"
"tapi bi apa dia bisa melewati semua ini sendiri"
"Nana sudah dewasa dia akan mengerti nanti"
di dalam kamar Nana menangis terseduh seduh sedih hatinya jika mengingat permintaan mamanya semalam saat mendatangi kamarnya
"mama mau bicara sama Nana boleh" tanya mama saat masuk kedalam kamarnya tadi malam
"mama mau bicara apa" tanya Nana tersenyum kepada mama
"sayang sekarang Nana sudah besar sudah dewasa mama harap Nana TDK akan akan menolak permintaan mama" mama bicara agak pelan Nana mengerut kan dahinya TDK biasanya mama bicara seperti itu
"mama ada apa cerita sama Nana"
"Nana ingat om Rahman yang waktu wisuda Nana mama kenal kan sma nana" tanya Maria pada putri semata wayangnya
Nana hanya mengangguk kan kepala
"dia melamar mama"
bagai Sambaran petir di telinga Nana mendengar Maria
"dan mama sudah menerima lamaran om Rahman" mata Nana sudah berembun siap akan tumpah
"apaaa,,,mama menerima lamaran om Rahman apa mama sudah lupa sama papa apa mama sudah TDK sayang lagi sama papa" Nana berteriak sambil menangis sakit hatinya mendengar permintaan mamanya
"sayang mama TDK pernah melupakan papa mama akan selalu mengenang papa selama 13 tahun mama hidup sendiri membesarkan Nana sendiri berjuang sendiri tapi kehadiran om Rahman mengubah hidup mama" Maria terisak mengingat perjuangannya sendiri pengelolah perusahaan peninggalan suaminya berjuang melewati semua sendiri hingga kehadiran Rahman dapat meruntuhkan hatinya
"mama sama sekali TDK pernah melupakan papa tapi mama juga berhak bahagia papa akan tetap berada di hati mama yg paling dalam mama mohon sama Nana jangan egois mama TDK akan membuat Nana sendiri Nana tetap anak mama,,mama hanya ingin punya sandaran di hari tua mama maaf kan mama tapi mama tetap akan menikah dengan om Rahman 3 bulan lagi"
Maria berdiri meninggal kn kamar Nana,,
sepanjang malam Nana TDK bisa tidur dia terus menangis mengingat kata kata mamanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments