Melbourne Victoria
8 Years Later....
Hari ini penerbangan terakhir yang akan dilakukan oleh Alena. Satu setengah tahun berlalu setelah ia naik pangkat menjadi captain ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta ia merasa bersalah kepada keluarganya karena telah pergi selama ini.
Alena tersenyum sekelibat bayangan muncul saat neneknya mewanti wanti agar dia harus menjadi orang yang sukses.
"Lena, nenek minta maaf jika kamu merasa kesepian selama ini. Nenek tidak memberi ruang untuk kamu bergabung dengan kakak kakak kamu. Tapi ingat walaupun kamu tidak di didik lebih seperti mereka kamu harus janji sama nenek kamu harus menjadi orang yang sukses. Jangan kecewakan nenek, nenek sayang sama kamu." Itu adalah kata kata yang selalu terngiang di ingatannya. Kata kata itu yang mampu membuatnya nekat meninggalkan keluarganya untuk menunda rencana perjodohan itu.
Yah dia telah berjanji kepada neneknya sebelum wanita tua itu meninggal.
Dua setengah tahun belakangan ia tidak menghubungi kakak dan keluarganya karena jam tebang yang terlalu padat.
Alena memang mengambil banyak jam terbang dan juga prestasinya tidak main-main makanya tidak genap 4 tahun ia sudah mendapat gelar captain.
Selama ini ia tinggal di Melbourne, baru dua Minggu ia tiba disini ia langsung diterima beasiswa penebangan oleh salah satu maskapai terkenal dan terbesar di Australia.
Selama pendidikannya ia tinggal di Asrama. Setelah lulus ia langsung bekerja di maskapai tersebut hingga sekarang. Dan sekarang ia akan melakukan penerbangan ke Jakarta sebagai penerbangan terakhir lalu mengambil cuti untuk pulang kerumahnya, ia sangat merindukan keluarganya.
Setelah 7 jam lebih 15 menit di udara akhirnya Alena melakukan landing di Bandara Internasional Soekarno Hatta pada pukul 13.15.
Keluar dari Bandara ia menuju ke Kantor Langit karena itu adalah tempat terdekat sekarang ini. Dari kabar yang ia ketahui Langit sudah memimpin salah satu cabang perusahaan keluarganya. Alena masih penasaran apa kelakuan abangnya ini sudah berubah atau malah semakin absurd.
Oh yah selain Langit, Alaska juga telah lulus dari akademi militer dan sekarang telah berpangkat letnan satu. Alena jadi merasa bersalah tidak pernah datang ke acara bahagia saudara kembarnya sendiri.
Setelah turun dari taksi, ia masuk ke gedung dengan 12 lantai tersebut, masih dengan baju seragam pilotnya dengan menyeret koper hitam khas pilot lalu melangkah kakinya ke meja resepsionis.
" Permisi apa saya bisa bertemu dengan bapak Langit?" Tanya
"Apakah anda sudah membuat janji sebelumnya?"
"Belum, harus janjian dulu ya?" Tanyanya
"Maaf jika belum membuat janji, kami tidak memperbolehkan masuk, jika ingin silahkan menunggu di sebelah sana" ucapnya sedikit sinis seraya menunjuk ruang tunggu.
Mengetahui orang yang ada di depannya ini tidak membuat janji khusus dengan sang Atasan ia resepsionis itu langsung menyimpulkan bahwa Alena tidaklah begitu penting dan mungkin saja tamu ini datang untuk menggoda bosnya pikirannya.
Alena menatap datar resepsionis itu, seandainya saja ia membawa uang cash lebih ia akan pergi ke kantor Antariksa saja.
Dengan menyeret kopernya ia menuju sofa yang ada diruang tunggu tersebut, ah dia baru sadar sedari tadi ia menjadi pusat perhatian.
Alena melirik jam dipergelangan tangannya, ternyata sudah hampir jam setengah tiga dan ia belum makan siang ia jadi lemas dan mengantuk lantas menyandarkan tubuhnya di sandaranSofa berharap abangnya itu datang menyelamatkannya dari kelaparan.
Di ruangannya tepat di lantai sebelas Langit terlihat bingung mau kemana. kerjaannya hari cepat selesai ia ingin pulang lebih awal kerumah tapi pasti akan sangat sepih dirumah jadi ia ingin istirahat di sini dulu, sore nanti baru pulang.
Baru ingin merebahkan dirinya ke sofa matanya tak sengaja menangkap Tv yang menayangkan cctv kearah ruang tunggu dan meja resepsionis.
Langit memang memasang cctv khusus untuk mengetahui tamu yang tak di undang ini semua saran dari Alaska, sebab dulu ia sering kedatangan orang yang mengaku pacar atau Istrinya.
Mata Langit menangkap seseorang dengan seragam Pilot terlentang di atas sofa ruang tunggu, ia menzoom wajah wanita, matanya membulat sempurna melihat orang yang ada di tempat itu. Walaupun buram tapi ia sangat mengenal orang itu.
Ia lantas berlari secepat kilat bahkan tanpa sadar membanting pintu, sekertarisnya yang berbeda didepannya terlonjak kanget karena itu lalu menyusul sang bos.
Langit terus berlari hingga masuk kedalam lift, memencet tombol dengan tidak sabaran astaga benarkah tadi adalah adiknya? Adiknya yang telah 8 tahun ia tidak lihat. Dia sangat merindukannya.
Setibanya di lantai satu ia berlari ke ruang tunggu sampai di sana ia berhenti terdiam sejenak ya yang tidur di sofa ini adalah adiknya benar-benar adiknya.
Karyawan yang sedang berlalu lalang sontak menghentikan langkahnya dan memilih berhenti bahkan Alaska yang baru memasuki pintu gedung itu menghentikan langkahnya melihat abangnya itu.
Langit maju beberapa langkah seraya tersenyum ia merasa senang bertemu kembali dengan adiknya ini saking senangnya ia meloncat keatas sofa lalu memeluk adiknya seperti anak kecil. "Astaga akhirnya Lo balik juga" pekiknya
Alena yang hampir mencapai mimpinya terlonjak kaget dan membulatkan matanya, demi apapun dengan kelakuan seperti ini bagaimana bisa Antariksa memberi tanggung jawab seorang pemimpin pada Langit. Alena refleks mendorong Langit hingga terjungkal kebelakang dan langsung berdiri.
Bugh
"Aw lo tuh baru juga pulang makin kasar aja, makan batu Lo delapan tahun ini" omelnya
Dasar drama king ucapnya dalam hati.
Hening Alena masih dengan mimik muka kesalnya sedangkan Langit Masih dengan mengelus bokongnya yang telah mencium lantai sambil menggerutu kesal hingga seseorang memeluk Alena.
Wangi platinum egoiste menyapa Indra penciumannya, ia tebak ini pasti adalah kembarannya Alena sangat mengenali aroma parfum ini. " Sayangku honey sudah balik? Masih ingat rumah ternyata, eh kamu masih hidup?"
"Ehm gini nih cara kalian nyambut aku? Wah parah sih dari tadi kelaparan belum makan siang padahal" ucapnya Alena melakoni.
"Ada perubahan ya cil " cibir Langit sedangkan Alaska terkekeh. "Yaudah Ayo makan" lanjutnya. Mereka tidak sadar bahwa semua karyawan yang ada di lantai tersebut kaget melihat bosnya yang biasanya berwibawa itu jadi seperti ini.
****
Setelah makan tadi mereka memutuskan untuk pergi ke kantor Antariksa sebelum pulang ke rumah. Mereka sekarang berjalan di koridor menuju ruangan direktur utama.
"Gila sih Lo pergi lama banget, pulang pulang bawa 4 bar dipunggung" celetuk Langit
"Iya bikin orang khawatir satu rumah pas pergi lagi"
Mendengar itu Alena tiba-tiba merasa bersalah, memang salahnya pergi tanpa pamit dulu "Maaf yah gue selalu bikin orang repot dan khawatir"
Langit dan Alaska menoleh melihat wajah adiknya "eh enggak ko duh gue salah ngomong maaf ya" ucap Alaska
"Udah gausah didengerin si udin mah mending kita kasih kejutan sama si Es" sela Langit.
"Oh ya Ka, tadi ngapain ke kantor bang Langit emang lo lagi cuti? "
"Yoi, kemarin habis tugas 3 bulan dari Lebanon jadi dikasih cuti, tadi gue kesana buat konsultasi bisnis. "
"Bisnis apaan, gegayaan lo"
"Tau tu ngerepotin gue aja"
"Ya gue mau punya investasi la, biar duit gue juga banyak yaelah"
Mereka tiba didepan ruangan Antariksa. Langit dan Alaska masuk kedalam sedangkan Alena menunggu dibelakang kedua saudaranya.
"Assalamualaikum sibuk amat" salam Langit ketika mendapati Antariksa tidak menyadari kedatangan mereka.
Antariksa menoleh lalu membuang nafas kasar.
"Aku lagi sibuk kalau kalian datang kesini buat ganggu mending pulang" ketusnya
"Yaelah bang gitu banget sama adik sendiri" tidak ada jawaban lebih lanjut. Langit dan Alaska menuju ke sofa diikuti Alena dari belakang, Antariksa masih belum menyadari keberadaannya.
"Duit bang Atar masih kurang banyak ya, sampai kerja mulu gitu" celetuk Alena
Antariksa merasa familiar dengan suara itu. menoleh ke sofa mendapati adiknya yang selama dua tahun terakhir ini tidak memberinya kabar.
Antariksa refleks berdiri dan berlari ke Alena dan langsung menerjangnya dengan pelukan.
"kemana aja kamu? Kenapa dua tahun ini kamu hilang kontak huh? Kamu bikin Abang uring-uringan nyari kamu tau" Omel Antariksa
"Maaf ya bang dua tahun belakangan ini aku padat jam terbang biar cepat naik pangkat" Alena membalas pelukan kakaknya sambil tersenyum tipis.
Antariksa meregangkan pelukannya "jadi selama ini kamu sekolah penerbangan? Tinggal dimana kamu selama ini heh?"
"Adalah bang, eh mama,papa sama Kakek dirumah kan? Aku pengen pulang" Alena memilih mengalihkan pembicaraan.
" Kalau jam segini kakek lagi main golf, trus papa lagi kunjungan ke Kalimantan sebentar magrib baru sampai rumah. kalau mama ada acara sama ibu ibu Persit katanya" kata Alaska
"Yaudah aku pulang deh, nanti aja ya lepas rindunya dirumah capek soalnya, oh ya bang Atar kak Soya Alvaro sama ponakan barunya dimana? " Tanya Alena, 3 tahun setelah Alena pergi Soraya melahirkan anak perempuan yang diberi nama Alvira gadis manis yang sangat mirip dengan Soraya. Tidak hanya itu Vania juga telah menikah dengan kekasihnya Satya dan memiliki seorang anak perempuan bernama Ailee.
"Alvaro ikut sama kakek kata mamanya, klau Soraya sama Alvira lagi kerumah neneknya pulang kerja baru abang jemput."
"Yaudah kalau gitu ayo pulang, ka besok aja konsultasinya" lalu setelah pamit mereka berlalu menuju kediaman Mahendra.
Setelah membuat gempar satu keluarga dengan kepulangannya selama delapan tahun lebih dan acara melepas kangen tadi ia diserbu Dengan banyak pertanyaan dan juga nasehat. Ia hanya mampu mengalihkan percakapan dan minta maaf karena telah merepotkan semua keluarganya.
Malam ini sehabis makan malam dengan keluarganya ia sedang duduk berdua dengan Riana dikamarnya. Ibunya ingin bicara berdua dengan anaknya ini.
"Mama minta maaf ya, kamu gak perlu lagi keluar dari rumah, mama bakal bicara sama anaknya Tante Sarah buat batalin perjodohannya kalau kamu gak mau" ucapnya lirih sambil memegang anak ketiganya itu. Terlihat wajah keputus asaan dari wajah wanita paru baya itu.
Alena memandang ibunya merasa bersalah, ia akan menerima perjodohan itu sesuai janjinya delapan tahun lalu.
Lagi pula mana mungkin ia membiarkan ibunya sedih dan mengingkari janjinya, Alena tidak akan melakukannya.
"Aku keluar dari rumah bukan karena nolak perjodohannya kok mah. Aku cuma mau ngewujutin mimpi aku. aku mau kok ma"
Riana mengangkat kepalanya dengan sedikit keterkejutan "jadi kamu bersedia?" Tanyanya
Alena tersenyum lalu mengangguk, semoga keputusan benar
"Wah mama seneng banget nanti mama kabarin ke anaknya Tante Sarah" serunya memeluk anaknya.
Saat ini di kantor Anderson Financial group tepatnya di ruangan direktur utama seseorang memijat pangkal hidungnya.
Tadi setelah dikabari oleh teman mamanya yang biasa ia panggil Mama itu menelfonnya mengatakan kalau anaknya telah pulang dan siap untuk dijodohkan dengannya ditambah banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan. Ia menjadi pusing apakah dia akan menikah secepat ini dia bahkan baru berusia 28 tahun. Dan bagaimana dengan hatinya yang masi saja mencintai orang yang sama sejak dibangku SMA.
Namun ia akan berusaha menjalani pernikahannya nanti demi sang Ibu. Demi janjinya pada wanita yang paling ia cintai.
Sekarang ia harus menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat agar bisa meluangkan waktunya untuk bertemu dengan 'calon istrinya' esok.
****
Alena tengah menunggu seseorang, setelah menyetujui perjodohan itu sang Ibu menyuruhnya untuk bertemu dan berkenalan dengan 'calon suaminya'.
Alena sengaja datang lebih awal dari perjanjian sebab kata ibunya pria yang akan menjadi suaminya itu sangat tidak suka dengan orang yang tidak tepat waktu.
Ia sedikit risih, bagaimana pun ini pertama kalinya ia datang ke tempat seperti ini sendiri. Bahkan ia hanya ke tempat ini jika dipaksa oleh kakaknya, dan jika menolak maka Langit akan merengek dan mengganggu ketenangannya sampai ia mau.
Mengingat itu membuatnya tersenyum tipis sangat tipis. Asik dengan lamunannya ia tidak menyadari jika orang yang ia tunggu telah masuk kedalam cafe itu.
Rean melangkahkan kakinya ke dalam sebuah cafe. Ia memutar kepalanya mencari seseorang yang akan ia temui.
Matanya menemukan sebuah meja yang hanya duduki oleh satu orang gadis yang memakai kemeja crem dengan rambut di gerai. "Alena" ucapnya dalam hati. Lalu melangkahkan kakinya untuk mendekat.
Saat ia telah sampai didepan meja ia berdehem. Lalu gadis itu mendongak menatap Rean. Rean tampak kagum dan terkejut dengan gadis didepannya itu namun dengan cepat ia menormalkan wajahnya.
"Reano Anderson" lelaki itu memperkenalkan namanya sambil mengulurkan tangannya. Sedangkan perempuan itu membalas uluran tangannya sebentar lalu menjawab dengan singkat.
"Alena"
Rean bergerak untuk duduk, setelahnya memanggil pelayan dan memesan minuman. Setelah minumannya datang ia berdehem lalu memulai pembicaraan.
"Jadi nona Alena apa yang anda inginkan dari saya sehingga mau menerima perjodohan ini" tanya Rean pada Alena. Sebenarnya bukan itu yang ingin dia katakan tapi entah mengapa itu yang ia ucapkan.
Alena mendelik tajam menatap Rean sepertinya pria didepannya ini salah paham dengannya. Enak saja ia disamakan dengan perempuan mata duitan diluar sana. Kencan tersenyum singkat lalu menjawab.
"Sepertinya anda salah paham tuan Anderson saya menerima perjodohan ini karena orang tua saya bukan karena mengharapkan sesuatu dari anda" ucapnya
Rean sedikit terenyuh namun tetap dengan tatapan datarnya. "Oke kalau begitu saya akan menyiapkan pernikahan itu dalam 3 bulan, saya juga akan bicara dengan Ibu kamu" ucapnya menyeringai sambil menatap Alena, setelahnya beranjak tanpa pamit kepada Alena.
Alena memejamkan matanya . Belum menikah saja orang itu sudah membuatnya bingung apalagi jika menikah. Membayangkannya saja membuatnya pusing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments