1

"Alena kamu maukan mama Jodohkan"

Ucapan tersebut merebut seluruh atensi orang yang ada di dalam ruangan ini.

Semua menatap kepada seseorang yang berbicara. Sedangkan sang pemilik nama menghentikan sendok yang hampir mendarat di mulutnya, lalu menatap penuh tanya kepada orang tersebut.

"Mama sedang bercanda?" Ujar Alena bertanya kepada lawan bicaranya yang tak lain adalah sang Ibu.

"Apa mama terlihat bercanda?"

"Tapi mah, aku baru lulus sekolah. Lagian masa aku ngelangkahin empat kakak aku? Kenapa bukan kak Vania aja." Sanggahnya sedangkan yang namanya disebut melotot, belum sempat melontarkan protesnya pernyataan tak terbantahkan dari sang Ibu telah memasuki pendengaran semua orang di ruangan tersebut.

"Memangnya kenapa kalau ngelangkahin kakak kamu, mereka semua gak masalah. Mama sudah berjanji kepada Tante Sarah sebelum almarhumah meninggal setelah kecelakaan" "jadi kamu harus mau!" Lanjutnya tak terbantahkan.

Alena mendengus menoleh kepada sang Ayah berniat meminta bantuan tetapi hanya anggukan serta senyuman tipis yang ia dapat, lalu menoleh kepada sang kakek namun sayang hal yang sama diberikan olehnya.

Dengan kesal ia melepas sendoknya lalu beranjak dari meja makan setelah mengatakan

"Aku duluan ke kamar"

Sebenarnya Alena adalah tipe orang yang penurut namun entah kenapa ia sangat tidak suka dengan hal satu ini.

Baru saja ingin menapakkan kakinya di tangga ia mendengar suara sang Kakek dari arah ruang makan dibelakangnya, ia memutuskan mendengar terlebih dahulu.

Dengan bersandar di tembok pembatas ruangan makan dengan ruang keluarga yang luas itu, ia samar-samar mendengar percakapan yang terjadi di dapur.

"Apa harus Alena yang dijodohkan dengan anak Sarah? Dia baru saja lulus SMA" tanya Kevin kepada menantunya, ia merasa kasihan kepada cucunya itu sedari kecil ia selalu kesepian karena almarhumah Istrinya sangat mendidik ketat cucu pertama hingga ke empat, membuat cucu keenamnya itu kesepian. Ia dan Anak pertamanya Arya aka Ayah Alena sangat sibuk di kemiliteran karena pangkat mereka sebagai perwira tinggi sedangkan menantunya aka ibu Alena mengabdi sebagai Guru dan juga seorang pebisnis sekaligus.

"Papa tau sendiri kan mama melarang keras Antariksa, Vania, Langit dan Alaska terlibat perjodohan. Mereka pewaris utama bisnis keluarga. Aku juga sebenarnya gak tega maksa Alena tapi aku juga gak bisa batalin ini" entahlah Riana juga sudah pusing memikirkannya, disatu sisi ia tak tega dengan anaknya disisi lain ia tidak mungkin melanggar janjinya kepada sahabatnya yang menyuruhnya menjaga kedua anaknya serta menjodohkan anak pertama dari sahabatnya dengan anaknya yaitu Alena. Tak bisa dipungkiri Sarah sangat menyukai Alena sebab menurutnya gadis itu tidak manja dan juga cerdas.

Arya menghela nafas, ia tengah memikirkan putrinya itu sebenarnya ia juga ikut andil saat menyetujui perjodohan anaknya dengan sahabat sang istri yang merupakan sahabatnya juga. Ia menjadi merasa bersalah kepada anaknya itu, selama ini ia kurang memperhatikan putrinya karena kesibukannya. Ia berpikir sejenak lalu memutuskan untuk menemui anaknya itu setelah makan malam.

Diruangan tersebut Antariksa yang merupakan cucu tertua, Soraya Istri Antariksa, Alvaro anak Antariksa, Vania, Langit dan Alaska hanya menyimak walau dalam hati Antariksa ia ingin ibunya mempertimbangkan kembali keputusannya.

Sedangkan di sebrang ruangan itu Alena tengah tersenyum miris.

"Itu alasannya? Gak bisa terbantahkan tenyata" monolognya lalu beranjak menuju kamarnya.

Setiba di kamarnya dikamar Alena menyambar Gitar membawanya ke balkon yang ada di kamarnya, lalu mendudukkan bokongnya di salah satu kursi.

Malam ini ia hanya ingin mengistirahatkan hati dan pikirannya. Dengan memetik random Gitarnya ia membayangkan mimpinya yang harus ia relakan untuk menerima perjodohan ini. Dari dulu sudah seperti ini bukan, siap tidak siap ia akan selalu menjadi korban. Yah dia harusnya menyadari itu.

Hingga seketika pikirannya menangkap sebuah ide classic, yang mungkin membutuhkan keberanian besar untuk melakukannya.

" Mungkin gue harus lakuin ini, seenggaknya gue masih bisa mewujudkan salah satu mimpi gue. Toh gue gak bisa nolak jadi diundur bisa kan." Monolognya menatap langit.

Yah mungkin memang harus melakukan ini, dia hanya ingin mewujudkan mimpinya dan juga ....... menepati janjinya kepada seseorang, tidak ada salahnya bukan? Seketika lamunannya buyar saat seseorang mengetuk pintunya.

Tok tok tok

"MASUK GAK DIKUNCI KOK"

clekk

Seorang lelaki paruh baya itu masuk lalu menuju kebalkon untuk menemui putrinya.

"Papa ganggu?" Tanyanya pada sang anak

"Ngak kok pah, ada yang papa butuhin?"

"Papa cuma mau bicara sama kamu" setelah mengucapkan itu Arya duduk di kursi sebelah Alena.

"Kamu sudah besar Alena" ucapnya tersenyum. Hening sebelum Arya melanjutkan ucapannya.

"Papa minta maaf ya, papa belum bisa jadi papa yang terbaik buat kamu. Papa juga minta maaf karena selama ini papa jarang ada waktu buat kamu sampai kamu selalu sedih dan kesepian" Arya memegang tangan Alena setelah Alena meletakkan gitarnya ke lantai, lalu menatap mata sang anak Dalam menyalurkan rasa rindu dan penyesalan.

Alena menatap sang Ayah seduh, ia tak pernah menyalahkan sang ayah ia juga tak pernah menyalahkan siapapun.

Baginya ini semua adalah takdirnya dan Alena juga siap melakukan apapun untuk keluarganya. "Papa gak salah kok. Bagi aku papa itu papa yang terbaik dan terhebat" ucapnya seraya memeluk sang ayah.

Arya membalas pelukan anaknya itu,dalam hati Arya benar-benar bersyukur kepada Allah telah memberikan putri yang kuat dan tangguh seperti anaknya. Ia akan selalu berdoa agar putrinya diberi kebahagiaan.

"Wah acara peluk-peluk gak ngajak nih" celetuk Antariksa yang baru muncul di pintu Balkon, sangat menggangu untung ganteng.

Arya meregangkan pelukannya lalu terkekeh anak pertamanya ini sejak kapan jadi pengganggu padahal biasanya ia akan seperti bongkahan es.

"Sini ikutan" Arya merendahkan tangannya menyambut Antariksa, lalu Antariksa mendekat dan memeluk adik dan Ayahnya itu.

Jadilah malam ini mereka bertiga saling memeluk menyampaikan rasa sayang dan juga mungkin perpisahan mereka.

~~

Pukul 3 dini hari Alena telah bersiap siap, ia telah rapih dengan celana kain berwarna hitam dengan kaos hitam polos dilapisi jaket Boomber berwarna army, tidak lupa pula memakai topi dan snakers dengan warna senada dengan kaosnya.

Ia keluar dari walk in closet mengambil tas ransel dan memasukkan berkas-berkas tentang data diri, paspor serta ijasanya tak lupa pula ia masukkan MacBook dan laptop ROGnya.

Memakai ransel tersebut ke punggungnya lalu menyambar tas satu lagi yang sudah di isi dengan beberapa pakainya.

Ya semalam ia memutuskan untuk pergi sementara dari rumah, ia bertekad untuk mewujudkan mimpinya terlebih dahulu sebelum ia menerima perjodohan itu.

Ia akan keluar negeri untuk melanjutkan pendidikannya. Semalam ia juga telah menyembunyikan semua data diri dan keberangkatannya dengan kemampuan hackingnya.

Dia memang sangat cerdas karena sedari kecil ia selalu mengisi kesendiriannya dengan komputer juga dia tidak tidak biasa berinteraksi dengan orang. Bayangkan saja sedari kecil ia tidak memiliki teman apalagi sahabat.

Ia selalu mengurung dirinya di kamar dan memilih berteman dengan komputer, perangkat lunak dan juga beberapa robot-robot yang ia buat sendiri.

Ia tidak kutu buku seperti kakaknya Vania, tetapi ia sangat terobsesi dengan komputer dan teknologi jadi jangan heran jika ia sangat cerdas dalam bidang itu.

Sebenarnya jika tidak ada perjodohan ini ia ingin menjadi seorang programmer profesional dan membangun perusahaannya sendiri namun sepertinya ia harus melenyapkan mimpinya itu.

Jika dia memilih menjadi programmer dia harus berkuliah dan itu akan memudahkan keluarganya menemukannya. Walaupun tak selamanya menjadi programmer harus kuliah tetapi Alena membutuhkan itu.

Dan ia memilih mencari beasiswa untuk menjadi seorang pilot di luar negeri itu akan sedikit membuat keluarganya terkecoh untuk mencarinya. Toh menjadi seorang pilot juga cita-citanya sedari kecil.

Alena membuka pintu Balkon kamarnya dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan bunyi. Setelah menutup pintu balkon itu ia turun perlahan kebawah melewati dinding lalu kembali memanjat pagar tinggi agar dapat keluar dari rumah itu. Ia harus keluar sebelum azan Subuh berkumandang atau rencananya akan gagal.

Setibanya didepan gerbang perumahan azan Subuh berkumandang ia sedang menunggu satpam yang berjaga untuk sholat. Lalu menghentikan taxi setelahnya ia menuju ke bandara mungkin ia akan sholat di bandara sebelum ia berangkat.

Ditengah perjalanan ia mengeluarkan MacBooknya lalu mengimkan Email kepada Antariksa, ia menonaktifkan handphonenya agar tidak dapat dilacak oleh bawahan Ayahnya.

I'm sorry Bang aku gak sopan banget keluar dari rumah tanpa pamit ke kalian semua. Dan maaf juga karena aku main kabur-kaburan gini. Tenang aja aku bisa jaga diri kok aku akan baik-baik aja. Aku juga bakal pulang, bilang ke Mama aku nerima perjodohannya jadi mama gak perlu khawatir, maaf aku pergi dari rumah bukan karena nolak kok aku cuma nunda sebentar. Maafin aku banget banget yahhh. Aku bakal pulang kok tenang aja aku mau belajar dulu. Bang Atar jaga diri gak usah lembur mulu ingat makan. Untuk papa juga suruh istirahat kalau perlu pensiun aja kek kakek biar bisa nikmatin hari tuanya hehe. Jaga diri ya Kakek, Papa, Mama, Bang Atar, Mbak Soyaa, Kak Vania, Bang Langit, lo juga Alaska dan Alvaro. Bye see you next time. I will miss you love you ❤️

Send

"Maaf" ia tersenyum seduh ke laptop didepannya. Ah rasanya ia tidak tega meninggalkan keluarganya.

" Sudah sampai mbak" ucapan supir taksi itu menyadarkannya dari lamunannya.

"Ohya terimakasih pak" ucapnya lalu menyodorkan uang dan memasukkan laptopnya ke dalam tasnya, lantas berlalu ke mushola.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!