5. Olahraga

Dari semalam hingga kini pikiran Elgara terus berputar soal Ayra. Di kantin pun mata Elgara tak bisa lepas memperhatikan Ayra yang tengah asik mengobrol. Sesekali berpose dengan temannya.

Elgara tersenyum saat melihat Ayra berpose begitu menggemaskan. Tanpa disadari oleh Elgara, semua temannya sudah memperhatikan dirinya dari tadi.

'Bukan cewek biasa'

"El!" panggil Anggara sembari menepuk kencang pundak Elgara.

Sontak Elgara menepuk-nepuk dada berkali-kali. Tangan kanannya menunjuk pada sebotol air. Hal itu membuat keempat temannya mengerutkan kening tak mengerti.

"Uhuk-uhuk!"

Saat Elgara terbatuk barulah Anggara meraih botol yang berisi air, lalu menyerahkannya pada Elgara. Hanya beberapa hitungan saja air di dalam botol itu habis. Elgara pun kembali meraih air milik Anres, lalu meneguknya lagi.

Byur!

"ANJIM!" Anggara terkejut. Sontak ia memejamkan matanya saat Elgara menyemburkan air tepat pada wajahnya.

"Sialan lo, Gar! Gue hampir kehilangan nyawa gara-gara lo!" ucap Elgara sembari mendelik tajam.

"Gue salah apa? Main sembur-sembur aja, dukun lo?" tanya Anggara, kemudian mengelap wajahnya menggunakan tisu

"Gue keselek cilok tadi gara-gara lo, bangsat! Mana masih utuh belum gue kunyah," lanjut Elgara sembari minum kembali.

Laki-laki itu hanya menyengir sembari menggaruk tengkuknya tak gatal, kemudian Anggara menelan ludahnya sulit saat Elgara menatap tajam ke arahnya.

"Ya, sorry El. Gue gak tau kalo lo lagi makan cilok. Tadi lo, lagi senyum-senyum, gue kira lo kesambet," jelas Anggara.

"Tuh cewek siapa namanya?" tanya Elgara.

"Yang mana?" tanya Mario.

Soal cewek pasti Mario jagonya. Karena hampir seluruh siswi di SMA Bintang Negara Mario tau namanya beserta nama panjangnya.

"Member baru Fourangels," ucap Elgara.

"Oh, dia namanya Ayra Claresta," jawab Mario.

Anres dan Anggara serentak merangkul pundak Elgara. Mereka tersenyum mencoba menggoda laki-laki bermata elang ini.

"Ada apa gerangan kawan?" tanya Brio.

"Mau kita bantu, El?" tanya Anres.

Elgara menyurai rambut. Niatnya agar rapi, tapi jadinya malah tambah berantakan membuat kesan badboynya terlihat.

"No, gue bisa sendiri," ucap Elgara sembari tersenyum.

"Anjay ... srepet boy!" ujar Anggara di akhiri tawaan serentak.

Mereka semua kembali melanjutkan makan. Kini Elgara pun mulai fokus makan ciloknya karena ia takut tersedak lagi. Serius deh, keselek cilok itu hampir mau mati, apalagi cilok yang dimakan Elgara masih utuh berbentuk lingkaran.

"Nanti gue cetak ya, fotonya," ucap Nana yang diangguki ketiga temannya.

"Dari kemarin perasaan kita duduk di kursi ini mulu. Emang ada apa sama kursi yang lain?" tanya Ayra penasaran.

"Meja ini tuh udah kita booking. Gak boleh ada yang tempati meja ini selain—Fourangels!" jelas Maudy.

"Karena ini tuh tempat paling nyaman. Ya, gak?" tanya Nana.

Brak!

"Bener banget!" sahut Shafira tak lupa menggebrak meja terlebih dahulu.

Ketiga cewek itu mengusap dadanya perlahan. Ayra pun jadi sering mengusap dadanya, ia harus terbiasa dengan salah satu temannya ini.

"Kepala gue suka pusing tiba-tiba kenapa, ya?" tanya Nana.

"Periksa ke dokter deh. Bahaya, Na—" Shafira menelan kentang gorengnya, lalu ia kembali berbicara, "Soalnya kemarin tetangga gue juga gitu. Eh, langsung meninggal karena—ketabrak."

"LO—KAMPRET!" ketus Nana kelewat kesal.

"Sabar ..." ucap Ayra sembari mengusap pundak Nana bersamaan dengan Maudy.

...🏴‍☠️🏴‍☠️🏴‍☠️...

Waktu istirahat tinggal 5 menit lagi. Ayra dan ketiga temannya beranjak dari kursi serentak. Mereka segera ke kelas untuk mengganti pakaian dengan kaos olahraga.

"Gengs, katanya sekarang kita disatuin olahraganya sama kelas IPA D," ucap Maudy sembari menatap layar ponselnya.

Seketika langkah mereka terhenti di depan pintu kelas. "Seriously?" tanya Nana dengan mata yang berbinar-binar.

"Kata siapa, Mod?" tanya Shafira bersemangat.

"Kata Mario. Dia chat gue," jawab Maudy.

'Mario? Anggota inti Vanoztra. Itu artinya hari ini olahraga bareng sama mereka?'

"Yeaayy! Gue bisa berduaan sama Anggara!" teriak Shafira yang langsung didorong pelan oleh Maudy.

"Olahraga dongo! Bukan pacaran!" ketus Maudy.

Kebiasaan Shafira kalo olahraga disatuin sama anak IPA D. Dia bakalan terus berduaan sama Anggara sampai lupa kalo ini tuh lagi pelajaran olahraga, tapi bagi mereka seperti kencan berdua.

"Tau lo, Sha, tapi gue juga, sih. Bisa lihat Brio. Aaaaaa! Gue gak sabar pengen cepet-cepet ke lapang," teriak Nana sembari senyum-senyum gak jelas.

"Astaga, lo berdua tuh, ya," ucap Maudy sembari menggelengkan kepalanya.

"Walaupun gue gak tau ketika olahraga disatuin sama anak IPA D kayak gimana, tapi gue rasa bakalan seru," ujar Ayra sembari membayangkan—

Bukan, bukan membayangkan Elgara atau anak Vanoztra, ia membayangkan keadaan lapang yang begitu ramai diisi oleh dua kelas.

"Bukan seru lagi, Ra! Seru banget malahan! Tapi kalo misal ada pertandingan. Pas selesai olahraga kita gak akan akur pasti ribut sama mereka," jelas Maudy.

"Wah, gue jadi gak sabar pengen olahraga. Yuk, gengs! Kita ganti baju," ajak Ayra diangguki semangat oleh ketiga temannya.

Setelah selesai mengganti pakaian dengan kaos olahraga. Anak IPA B dan juga anak IPA D berkumpul di lapangan. Biasanya jika disatukan kayak gini gurunya sedang banyak urusan jadi biar cepat selesai.

Sebelum ke lapangan Anggara menyisir rambutnya agar rapi sembari berjalan bersama keempat temannya. Anggara harus terlihat rapi di hadapan Shafira. Mereka tuh tidak pacaran, mereka hanya dekat saja.

Dari tadi Elgara hanya terdiam sembari sesekali ia tersenyum. Entah apa yang membuat hatinya bahagia dan membuat bibirnya mengembang secara otomatis.

"Wagilaseh! Fourangels makin hari makin cakep aja," ucap Mario sembari menggelengkan kepalanya.

"Punya gue satu," ujar Elgara, kemudian melenggang pergi ke tengah lapangan.

"Main booking aja tuh si Elgara!" ketus Brio sembari berjalan menyusul Elgara, disusul oleh Anggara di belakangnya.

"Lo mau yang mana, Res?" tanya Mario pada Anres yang dari tadi hanya terdiam saja.

"Emak lo, gue booking." Anres melenggang pergi meninggalkan Mario yang sedang membelalakkan matanya.

"Setan!" ketus Mario.

Setelah semuanya berkumpul. Pak Doni berjalan ke tengah lapangan sembari membawa dus yang berisi beberapa bola basket.

"Tolong perhatikan semuanya! Lihat saya sini," ucap pak Doni.

"Gak mau ah, Pak. Nanti Bapak baper kalo saya lihatin," sahut Anggara.

Serentak mereka tertawa atas ucapan Anggara. Hal inilah yang membuat anak IPA B senang jika disatukan dengan IPA D. Lantaran anak Vanoztra selalu mengundang gelak tawa, ia tak segan-segan menjawab ucapan gurunya dengan jawaban lelucon.

Pak Doni pun sudah tak aneh dengan mereka. Bahkan guru-guru lain pun tau bahwa mereka senang sekali bercanda. Tak ada hari tanpa tawaan di kelas IPA D, kecuali ketika anak Vanoztra bolos tak ikut pelajaran di kelas.

"Kebiasaan kamu, Anggara. Sudah-sudah perhatikan saya," ujar Pak Doni.

"Kata Anggara emang bener, Pak. Nanti Bapak baper. Lagian gak boleh tatap-tatapan nanti zina mata," jelas Mario.

"Diam kamu Mario Bross! Kumis kamu kemana?" tanya Pak Doni membuat semuanya kembali tertawa.

"Ah, sudah perhatikan saya. Hari ini kalian akan bermain bola basket. Karena saya sedang banyak urusan jadi kalian bermain basketnya bebas. Mau bertanding antara IPA B dan IPA D atau latihan dribbling individu. Terserah kalian saja," jelas Pak Doni.

Serentak mereka bersorak dan bertepuk tangan gembira. Mereka akan senang jika olahraganya dibebaskan. Karena akan ada jam kosong sampai pulang.

"Sebelum bermain. Kalian pemanasan dulu karena itu penting. Pemanasan kali ini Brio yang pimpin," ujar Pak Doni.

"Saya, Pak?" tanya Brio sembari menunjuk diri.

"Iya, maju kamu sini," pinta Pak Doni.

"Ck! Malu Pak. Saya gak bisa nanti mereka pada ketawain saya," ucap Brio sembari berjalan ke depan.

"Kamu pakai baju, Brio. Ngapain malu?" tanya Pak Doni.

Brio langsung terkekeh sembari menggaruk kepalanya tak gatal. Setelah memerintahkan Brio memimpin pemanasan, Pak Doni langsung pergi untuk menyelesaikan urusannya.

"Perhatiin gue! Awas aja kalo gak perhatiin. Gue colok mata lo pada. Apalagi yang main-main, gue gorok leher lo satu-satu!" ketus Brio yang langsung ditertawakan oleh semuanya.

"Gak usah ketawa, monyet!"

Bukannya berhenti tertawa, mereka semua malah semakin terbahak-bahak. Mereka bingung ini mau pemanasan olahraga apa mau MOS, sih? Galak bener yang pimpinnya.

"Seriuslah bro, gue pengen cepet-cepet main basket nih," ucap Brio sembari memasang tampang lesu.

"Halah, bukan pengen main basket lo mah. Bilang aja pengen deket-deket sama Nana," sahut Mario yang langsung dilempari sepatu oleh Brio.

Serius, Brio itu galak. Katanya waktu Brio masih di dalem perut Mamanya ngidam ngelus macan makanya gak salah Brio kayak macan.

Setelah selesai melakukan pemanasan, mereka semua mulai bermain basket. Ada yang bermain basket secara kelompok dan ada yang hanya melakukan dribbling secara individu.

Tadinya IPA B dan IPA D akan bertanding, tapi setelah dipikir kembali karena pertandingan akan membuat mereka bertengkar. Akhirnya tidak jadi. Karena IPA B dan IPA D baru saja akur setelah keributan saat pertandingan sepak bola kemarin.

"Sha, oper bolanya ke gue!" teriak Ayra.

Shafira pun melempar bola basket ke arah Ayra. Dengan cepat, Ayra menangkap bola basketnya. Hampir saja bola tersebut diambil oleh tim Nana. Ayra mendribble bolanya, lalu ia meloncat sembari melambungkan bola basket ke arah ring—masuk!

"Woahh, keren, Ra!" teriak Shafira sembari mengacungkan jempolnya.

Ayra sudah pandai bermain basket. Karena dulu ia sering bermain dengan Micholas setiap libur sekolah. Ah, Ayra jadi teringat kembali soal Micholas. Seketika senyum kecut tercetak jelas di bibirnya.

Elgara membuka tutup botol mineral, lalu ia meneguknya hingga tersisa setengah, kemudian tangannya menyeka air yang berada di sudut bibirnya.

"Nih, El," ucap seorang perempuan sembari menyerahkan tisu pada Elgara.

"Thanks," ujar Elgara sembari tersenyum, kemudian ia meraih tisu tersebut. Saat akan menyeka keringat, tangannya dihentikan oleh perempuan yang ada di hadapannya.

"Sini sama gue." Perempuan itu mulai menyeka keringat Elgara.

"Tumben-tumbenan," ucap Elgara sembari tersenyum, lalu mengacak kasar rambut perempuan itu. Perempuan itu tak menjawab, ia hanya menghindar sambil memutar bola matanya malas.

Pandangan Elgara teralihkan ke arah Ayra yang tengah mendribble bola. Gadis bersurai indah dengan iris mata coklat itu berhasil membuat hati Elgara tergoda. Seketika Elgara tersenyum lebar saat Ayra berhasil memasukkan bola ke dalam ring.

"Alia, oper ke gue!" teriak Nana dengan tangan yang terangkat—siap menerima bola dari Alia.

Alia melempar bola basketnya ke arah Nana terlalu semangat. Hingga bola itu melambung terlalu jauh melewati Nana. Dan—

Duk!

"****!" ketus Elgara sembari memegang kepalanya yang baru saja terkena bola basket.

Mata elang Elgara menatap tajam ke arah kelompok perempuan yang tengah bermain basket. Ia menatap satu persatu agar ia mengetahui siapa pelakunya.

"Lo kalo gak becus gak usah main!" bentak Elgara pada Alia.

Elgara tau Alia pelakunya. Karena terlihat dari raut wajah Alia yang terkejut plus ketakutan. Kini Alia hanya menundukkan kepalanya, ia tak mau menatap mata tajam Elgara. Apalagi Alia adalah tipe cewek pendiam di kelas.

"Ma-maaf, aku gak sengaja," ucap Alia dengan suara pelan.

"YOU ARE A *****!" bentak Elgara.

Byur!

Elgara memejamkan matanya sejenak setelah seseorang menyiram wajahnya. Basah, deskripsi wajah Elgara beserta kaos olahraganya. Tangan Elgara mengusap wajah–menyingkirkan air yang ada di wajahnya.

"Lo—"

"APA?!" bentak Ayra menatap tajam ke arah Elgara.

"Ngapain lo ikut campur? Yang lempar bola ke gue, dia, bukan lo," ucap Elgara

"Telinga lo budeg, hah?! Orang minta maaf tuh dimaafin. Bukannya dikatain, setan!" bentak Ayra.

"Ra, udah. I-itu Elgara, lo taukan dia siapa?" bisik Maudy sembari menepuk pelan pundak Ayra.

"Gue tau dia Elgara, gue tau dia siapa. Gue kesal sama dia karena dia udah—"

'Sial!'

Hampir saja Ayra keceplosan. Satu alis Elgara terangkat sempurna seolah meminta penjelasan atas ucapan Ayra tadi. Ayra memutuskan pergi, tapi langkahnya terhenti saat Elgara berhasil menarik lengannya.

"Apalagi sih?!"

"Gue suka gaya lo, Ayra Claresta."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!