Di depan cermin. Ayra sibuk mengaplikasikan bedak pada wajahnya, kemudian ia mengoleskan lipbalm ke area bibirnya agar tidak kering.
Bibir Ayra sudah berwarna pink alami. Jadi, ia tidak perlu memakai liptint atau jenis lipstik lainnya—cukup pelembab bibir saja.
Ayra menggeserkan layar ponselnya ke atas setelah melihat nama Nathan terpampang di layar ponsel. Setelah sambungan teleponnya terhubung Ayra tak memulai percakapan, ia terus sibuk mencatok rambutnya.
Ay, hari ini saatnya lo menjalankan misi. Misi pertama cari tau dulu siapa ketua utama Vanoztra. Jangan sampai misi pertama lo gagal.
"Oke, 100% misi gue pasti berhasil. Lo tenang aja. Gue udah susun baik-baik rencana yang bakal gue lakuin. Kalo gue udah dapat—balik sekolah langsung kumpul di basecamp."
"Gue kabarin lagi deh, Nat, nanti."
Kalo lo dapat informasi tentang Vanoztra hari ini. Gue langsung siapin sesajen buat lo di basecamp.
"Gue pegang omongan lo, awas aja kalo cuma ngomong doang!"
Sesajen yang dimaksud oleh Nathan yaitu makanan kesukaan Ayra—kiko dan yupi. Sudah menjadi kebiasaan Ayra menutup telepon tanpa izin.
Setelah merasa obrolannya cukup, ia akan menutupnya, meskipun orang yang di seberang sana masih ingin berbicara.
Setelah Ayra selesai bersiap-siap, ia langsung meraih tas yang sedari tadi ia letakkan di atas tempat tidur. Pandangan Ayra beralih ke arah pigura. Dimana pigura itu terdapat foto dirinya bersama Micholas, ia meraih foto tersebut, lalu mengusapnya pelan.
"Kak Micho, i really miss you," gumam Ayra sembari tersenyum kecut.
...🏴☠️🏴☠️🏴☠️...
Mobil yang dikendarai oleh Ayra mulai memasuki gerbang SMA Bintang Negara. Sekolah tersebut sudah cukup ramai oleh murid-murid yang baru berdatangan.
Perasaan Ayra, tadi dirinya berangkat sangat pagi tujuannya agar tidak menjadi pusat perhatian orang-orang, tapi setelah melirik jam tangannya waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi saja.
Ayra membuka perlahan pintu mobilnya, kemudian kaki kanannya menginjak permukaan tanah. Setelah turun dari mobil, Ayra mengedarkan pandangan ke sekeliling bangunan sekolah yang terlihat begitu megah.
Hembusan angin di pagi hari dengan bebas memainkan rambut Ayra. Saat Ayra melangkahkan kakinya, saat itu juga Ayra menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar. Ayra mempercepat langkahnya untuk segera tiba di ruangan kepala sekolah.
Brakkk!
"SETAN!"
Suara gebrakan meja membuat kedua gadis yang tengah asik menatap layar ponselnya terperanjat kaget. Bukan sekali, dua kali loh mereka kaget karena gebrakan meja. Hampir tiap hari!
"Shafira! Bisa gak sih lo, sehari aja gak gebrak meja!" bentak Maudy sembari memukul pelan lengan sahabatnya.
"Tau nih anak. Gak lagi sedih, gak lagi bahagia pasti aja mukul meja," ujar Nana sembari mendelik tajam.
"Udah skip-skip! Gengs! Lo berdua tau gak, gue udah lihat apa di pagi hari ini?" tanya Shafira begitu semangat.
"Pasti gak salah lagi. Anak Vanoztra yang lo lihat," tebak Nana.
"Ish! Bukan."
"Terus siapa? Lihat Raja lagi main basket?" tebak Maudy.
"Bukan!"
"Ya terus apa anjir! Ngomong dong gak usah tebak-tebakan. Masih pagi udah disuruh mikir," ketus Nana kelewat gemas. Karena Shafira tuh demen banget suruh teman-temannya tebak pikiran atau hatinya.
Bukannya langsung menjawab, Shafira malah mengeluarkan buku-buku pelajarannya, ia sengaja memancing temannya agar penasaran banget. Kalo udah penasaran baru dia jelasin.
"Sha, lama-lama gue guntingin usus lo! Gemes banget gue sama lo, buruan kenapa? Ada apa sih?" tanya Nana sembari menatap tajam.
"Tetangga gue sering banget bikin orang penasaran. Eh, besoknya meninggal keselek cilok," ucap Maudy.
Mendengar ucapan sahabatnya, Shafira terkekeh sembari menggaruk kepalanya tak gatal. "Jadi gengs, tadi gue lihat ada anak baru."
"Dan gue lihat dia setara sama kita-kita. So, wajib banget dong kita ajak dia untuk masuk ke dalam persahabatan kita! Biar Fourangels kembali lengkap!" jelas Shafira.
"Anak baru? Dia masuk kelas ini?" tanya Nana.
"Em, gak tau sih dia masuk kelas mana."
Sumpah! Nana ingin sekali melempar Shafira ke kandang harimau. Kalo gak tau—kenapa harus bilang! Jadinya, Nana sama Maudy berharap banget kalo anak baru itu masuk kelas ini.
"Serah lo deh, Sha," sahut Maudy malas.
"Besok-besok ya, Sha, lo gak usah ngom—"
Ucapan Nana terhenti setelah kepala sekolah, guru pengajar dan juga—anak baru masuk ke dalam kelas. Semua membungkam mulut tak ada satu orang pun yang bersuara. Mereka semua memasang mata ke arah Ayra.
'Damn it! Sepertinya anak Vanoztra gak ada di kelas ini. Gue gak menemukan ciri-ciri wajah anak gangster di sini'
"Selamat pagi!" sapa Pak Dandy, kepala sekolah SMA Bintang Negara.
"Pagiiii," sapa serentak semua murid yang berada di kelas.
"Kelas XII IPA B. Hari ini di kelas kalian kedatangan murid baru pindahan dari SMA 11. Silakan, perkenalkan diri kamu."
Ayra menghela napasnya sejenak, kemudian ia berjalan dua langkah ke depan. Awalnya Ayra menundukkan kepalanya, kini ia mulai mengangkat kepala—mengedarkan pandangan ke setiap orang yang tengah menatap dirinya.
"Good morning all. Kenalin—aku Ayra Claresta. You can call me as you like. Aku harap kita bisa berteman dengan baik," ujar Ayra di akhiri senyuman manisnya.
"Hai Ayra!"
"Panggil sayang boleh gak?"
"Welcome to XII IPA B, Ayra!"
"Selamat bergabung di kelas IPA B yang dipenuhi oleh buaya dan juga bidadari-bidadari surga."
Ayra hanya bisa memberikan senyuman ramah saja, ia bingung mau menjawab sapaan siapa. Karena hampir seluruh orang yang berada di kelas ini menyapanya, bahkan bukan sekali saja, tapi ada yang berkali-kali juga.
"Nah, dia gengs! Dia anak baru yang gue maksud! Pokoknya ajak dia buat jadi sahabat kita!" ujar Shafira heboh yang diangguki semangat oleh kedua sahabatnya.
"Sudah cukup perkenalannya Ayra. Sekarang silakan kamu pilih tempat duduk yang menurut kamu nyaman," ujar Bu Hanin, guru pengajar hari ini.
Gadis itu mengganggukkan kepalanya. Baru saja ia mengedarkan pandangannya untuk mencari kursi kosong. Tiba-tiba sudah banyak orang yang memanggil namanya untuk duduk bersama mereka.
"Ayra! Duduk sini sama gue!"
Ayra menoleh ke arah seseorang yang memanggil namanya sangat kencang, bahkan lebih kencang dari yang lainnya.
"Oke, thank you," ucap Ayra, kemudian ia berjalan ke arah meja tersebut.
"YES!" ucap Nana, Maudy dan Shafira serentak sembari bertos ria secara bergantian.
Ayra yang melihat tingkah mereka seketika tersenyum, walaupun ia tak mengerti kenapa mereka begitu senang saat Ayra duduk bersamanya. Kini Ayra duduk bersama Nana. Di depan mereka tempat duduk Shafira dan juga Maudy.
"Ayra, nanti istirahat bareng kita," ajak Nana yang di akhiri senyuman.
"Oke," jawab Ayra sembari tersenyum juga.
Sebelumnya Ayra mengira bahwa mendapatkan teman baru akan sulit, tapi nyatanya begitu mudah. Hari pertamanya di sekolah baru, ia sudah mendapatkan banyak teman. Ayra berharap mereka benar-benar teman bukan fake friends.
Semoga aja dengan adanya mereka kesepian yang gue rasakan setelah kepergian Kak Micho perlahan hilang -batin Ayra.
"Pembelajaran akan dimulai sekarang. Tolong perhatikan ke depan jangan ada yang mengobrol. Kalo mau kenalan dengan Ayra lebih baik di jam istirahat saja," jelas Bu Hanin.
"Siap Buuuu ...."
...🏴☠️🏴☠️🏴☠️...
Sekitar lima menit, bel istirahat sudah berbunyi dari tadi. Kini Ayra berjalan bersama ketiga teman barunya menuju kantin. Sepanjang koridor kelas sampai kini Ayra terduduk di kantin semua orang terus menatap dirinya. Ada juga yang berbicara mengenai mereka berempat.
"Gila! Fourangels makin perpect aja!"
"Kebayang deh kalo gue jalan bareng sama mereka. Gue bakal jadi pusat perhatian."
"Yang ada lo dikira babunya anjir! Ampas kopi gabung sama bubuk berlian."
Awal mula nama Fourangels—bukan Nana, Maudy atau Shafira yang menentukan, tapi anak SMA Bintang Negara yang menyebutnya.
Nama tersebut sangat pas untuk mereka yang memiliki body dan juga face seperti angel. Dulu mereka berempat, tapi karena salah satu dari mereka pindah sekolah jadi mereka bertiga. Dan kini kehadiran Ayra membuat Fourangels kembali lengkap.
"Huahhh, kenyang gini perut gue," ucap Maudy sembari menyenderkan tubuhnya, kemudian mengusap-usap pelan perutnya.
"Gue kagak kenyang," ujar Shafira.
"Gila lo, perut karet. Segitu baso habis dua porsi bilang kagak kenyang?" tanya Ayra setelah menyeruput sisa jus stroberi-nya.
"Gue gak akan kenyang Ra, kalo mata gue belum lihat anak Vanoztra," jawab Shafira sembari mencebikan bibirnya.
"Tumben-tumbenan mereka gak kumpul di kantin," lanjut Shafira.
Ayra yang sedang memotong baso dengan cepat ia mendongak menatap Shafira. Bentar-bentar, Ayra gak salah dengarkan tadi sahabatnya itu bilang anak Vanoztra?
"Kalian tau Vanoztra?" tanya Ayra yang langsung diangguki oleh ketiga temannya.
"Lagian siapa sih yang gak tau Vanoztra. Hampir seluruh orang Bandung tau mereka, Ra," jawab Nana.
"Emangnya kenapa? Pacar lo anak Vanoztra?" tanya Maudy, kemudian meniup-niup siomay nya yang masih panas.
"Bukan. Gue cuma pengen tau mereka aja soalnya gue pernah dengar nama Vanoztra, tapi orangnya gue gak ta—"
Brakkk!
"KAMPRET!" teriak Maudy bersamaan dengan Nana.
Mereka bertiga terperanjat kaget. Kalo ada orang yang memperhatikan pasti dia akan melihat tiga tubuh gadis ini seperti akan meloncat.
Sial! Rasanya jantung Ayra berpindah tempat. Dan lebih sialnya lagi siomay yang akan dimakan Maudy sampai terlempar ke atas.
"Babi lo mah, Sha! Kaget anjrit!" ketus Nana sembari menatap tajam Shafira.
"Siomay gue sampai fly, anjir," ucap Maudy.
Shafira menyengir lebar ke arah sahabatnya, lalu ke arah orang-orang yang berada di kantin karena mereka juga ikut terkejut. "Hehe, sorry, gengs," ucap Shafira.
"Ayra, sini deh gue kasih tau soal Vanoztra," ucap Shafira sembari memperlihatkan layar ponselnya yang sudah menampilkan foto beberapa anak Vanoztra.
Sebelum Shafira menjelaskan. Ayra memasang telinga dan memasang matanya baik-baik untuk mengingat wajah mereka satu persatu. Nana dan Maudy yang sudah tau, mereka tetap ikut mendengarkan sembari melihat fotonya.
"Ini yang ujung sebelah kiri namanya Mario. Terus sebelah Mario, ada Brio dan sebelah Brio, ada Anggara. Mereka semua adalah anggota inti Vanoztra," jelas Shafira.
"Terus-terus itu sebelah Anggara, siapa?" tanya Ayra yang semakin penasaran.
"Nah, ini dia pangeran SMA Bira, haluan para siswi SMA Bira, sekaligus idaman siswi SMA Bira juga. Namanya Elgara Argantara, dia– ketua utama Vanoztra," lanjut Shafira menjelaskan.
SMA Bira \= SMA Bintang Negara.
'Finally! Gue tau ketua utama Vanoztra. Elgara Argantara'
"Jadi mereka berlima tuh sekolah di sini, Ra. Tiga anggota inti, ketua utama dan wakil ketua utama," jelas Nana ikut menambahkan.
"Lima? Shafira tadi jelasin cuma empat. Satu lagi siapa?" tanya Ayra sembari mengernyit.
"Ah iya, satu lagi Anres, Anres gak ada di foto. Dia wakil ketua utamanya," jelas Maudy yang diangguki oleh Ayra.
'Complete! Orang-orang penting Vanoztra ada di sini semua. Memudahkan gue untuk menjalankan misi dan mendapatkan info lainnya'
Semua ini di luar dugaan Ayra. Dengan mudah, ia tau siapa ketua utama Vanoztra. Misi pertama berhasil Ayra lakukan. Dengan awal yang mudah pasti misi-misi selanjutnya pun akan lebih mudah lagi, pikir Ayra.
...🏴☠️🏴☠️🏴☠️...
"Nat, sore ini kumpulin semua anak-anak di basecamp."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments