Vanoztra
"Halo Bang?"
....
Elgara mematikan sambungan teleponnya. Di seberang sana hanya terdengar pukulan demi pukulan. Tanpa mendengar penjelasan, Elgara sudah paham apa yang sebenarnya terjadi.
Beruntung seluruh ponsel anggota Vanoztra sudah dipasangkan aplikasi pelacak lokasi. Jadi, mereka tak perlu menjelaskan di mana keberadaan mereka sekarang. Jaket yang tersampir di atas kursi diraih oleh Elgara, lalu dengan cepat ia memakainya.
"Ada apa, El?" tanya Anres yang langsung ikut memakai jaket disusul dengan yang lainnya.
Sebenarnya mereka sudah hafal. Jika salah satu dari mereka langsung memakai jaket resmi Vanoztra tanpa berbicara. Pasti keadaan sedang genting. Maka dari itu mereka ikut memakainya juga.
"Bang Edward butuh bantuan. Gak ada habisnya mereka cari masalah. Kita harus ke sana sekarang juga," ucap Elgara.
Mereka sudah melihat lokasi di mana Edward berada, lalu mereka semua segera bergegas menuju tempat tersebut. Deruman suara motor meramaikan sepinya suasana di malam hari.
Ratusan motor-motor besar pun mulai memadati jalanan. Anres, berada di paling depan membelah jalanan di kota Bandung disusul oleh anggota lainnya.
Pasti dari awal kalian mengira bahwa Elgara adalah ketua utama Vanoztra? Atau wakil ketua utama Vanoztra? Salah. Elgara hanya anggota inti.
Lalu, siapa ketua utama Vanoztra? Dia Edward dan wakil ketua utama Vanoztra ialah Anres Marvino. Setiap keadaan tengah genting Edward selalu mempercayakannya pada Elgara.
Anres tak mempersalahkan hal itu. Karena ia akui Elgara lebih sigap darinya dan Elgara sangat cepat berpikir soal strategi penyerangan.
"Vanoztra, yang kebanyakan orang bilang gangster terbaik yang selalu menebar senyum ramah, tapi nyatanya Vanoztra adalah tempat ajal seseorang!"
"Atas dasar apa lo habisi nyawa anggota gue?!" bentak Micholas, ketua utama gangster Alaskar.
Kini Edward berdiri seorang diri di hadapan ratusan pasukan Alaskar. Yang tak ada habisnya mencari masalah dan berniat untuk menjatuhkan Vanoztra terus menerus.
"Treat them as they treat us. Itu prinsip Vanoztra. Jangan salahkan Vanoztra jika anggota lo mati di tangan kita. Siapa suruh lo semua selalu mengusik Vanoztra!" ucap Edward penuh penekanan.
Micholas tersenyum miring, lalu sepersekian detik berikutnya Micholas menatap tajam sembari mengepal kuat kedua tangannya. Rahangnya mengeras hingga urat-urat nya tercetak jelas.
"Vanoztra sampah!"
Bugh!
Pukulan Micholas pada Edward menjadi awal perkelahian mereka. Dengan cepat Edward membalas pukulan Micholas bertubi-tubi. Satu pukulan yang diberikan Micholas pada Edward, Edward membalasnya berkali-kali.
Anggota Alaskar tak bisa tinggal diam, kini mereka langsung menyerang Edward dan melayangkan pukulan. Kehebatan Edward, ia mampu memberi perlawanan meskipun ia seorang diri dan lawannya ratusan orang.
Edward memukul kepala salah satu anggota Alaskar, lalu memelintir tangannya dan mendorong salah satu anggota Alaskar hingga ia bertubrukan dengan temannya.
Edward tersenyum tipis saat melihat ratusan anggota Vanoztra sudah tiba untuk membantu dirinya. Karena tenaga Edward hampir terkuras habis. Anres dan seluruh anggotanya berlari untuk memberikan perlawanan dan penyerangan pada anggota Alaskar, tapi ....
Dor!
Suara tembakan menghentikan langkahnya. Elgara membelalakkan mata saat peluru menghantam dada Edward. Kini Edward terjatuh ke permukaan tanah. Tangannya memegang dada kirinya yang sudah berlumuran darah.
"BANG EDWARD!"
Elgara berlari menghampiri Edward. Ia cemas sangat cemas hingga Elgara seperti orang kebingungan. Otaknya terus berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang. Seketika suasana menjadi hening. Beberapa detik kemudian suara pistol terjatuh mengalihkan pandangan semuanya.
Micholas, dia yang telah menembak Edward. Anres menggeram marah terdengar gemeletuk giginya. "SIALAN LO SEMUA!" teriak Anres sembari melayangkan pukulan pada Micholas.
Mereka semua saling melayangkan pukulan demi pukulan, sedangkan Elgara mencoba menghubungi ambulan, tapi sialnya baterai ponselnya lemah dan kini ponsel Elgara mati.
"Bangsat!"
Tangan Edward memegang pergelangan tangan Elgara. "Gak perlu El, sekarang waktunya—"
"Gak Bang! Bang Edward pasti kuat! Tahan sebentar," ucap Elgara sembari meraih ponsel milik Edward dan segera menghubungi ambulan—berhasil.
"El, gue harap—lo yang gantiin jabatan gue."
"Karena gue yakin. Lo bi-bisa me-mimpin Vanoztra dengan baik. Lo bisa—menjadikan Vanoztra terus berjaya," ucap Edward sembari sesekali meringis menahan rasa sakit.
"Enggak Bang. Gue gak akan gantiin jabatan Bang Edward. Karena jabatan Bang Edward belum selesai."
"Besok Bang Edward masih memegang jabatan sebagai ketua utama Vanoztra!" jelas Elgara.
"Gak bisa El, gue—gue gak bisa lama-lama. Be-besok gue udah gak bisa memimpin kalian lagi," ucap Edward.
Mata Elgara terasa memanas saat mendengar ucapan-ucapan Edward. Kini Elgara melihat Edward mulai kesusahan bernapas. Elgara mengumpat di dalam hati saat ambulan tak kunjung tiba.
"El, maafin gue—maaf kalo gue punya salah. Gue minta maaf sama se-semuanya."
"Tolong bilang—ke Bang Nando. Gue gak bisa pimpin—Vanoztra lama-lama," ucap Edward terbata-bata.
Edward semakin kesulitan bernapas. Elgara hanya terdiam saja menatap Edward, ia tak bisa berkata-kata lagi. Elgara berusaha menahan air mata, tapi sia-sia kini air matanya sudah terjatuh.
Terjatuh di saat mata Edward mulai tertutup. Elgara menghapus air matanya, ia memaksakan untuk tertawa sembari menggelengkan kepalanya. Tangan Elgara meraih tangan Edward.
"Lo cuma pingsan, kan, Bang? Lo pasti sadar lagi, kan? Lo gak tutup mata selamanya, kan?!" tanya Elgara dengan wajah yang memerah padam.
Hatinya terasa ditusuk seribu belati saat Elgara memeriksa nadi di tangan Edward tak berdetak lagi. Ia beralih menempelkan tangannya di leher Edward, tapi nadinya tetap tak berdetak, kemudian Elgara meletakkan tangannya di depan lubang hidung Edward—damn it! Hembusan napasnya tak terasa lagi di tangan Elgara.
"Jabatan lo sebagai ketua utama Vanoztra belum berakhir, Bang!"
"TUGAS LO BELUM SELESAI!" teriak Elgara, membuat seluruh anggota Vanoztra yang sedang memberikan perlawanan pada Alaskar berhenti.
"Bang Edward ..." ucap Anres dengan suara pelan.
Dalam hitungan detik mereka berlari menghampiri Edward. Saat itu pun ambulan baru tiba membuat amarah Elgara semakin memuncak. Ia menatap tajam pada petugas ambulan.
Elgara menarik kerah seragam salah satu petugas ambulan, lalu ia melayangkan pukulan. Emosi Elgara tak bisa dicegah. Rasanya ia ingin menghabisi petugas ambulan itu karena telat datang ke lokasi, tapi Brio menahan Elgara saat Elgara akan kembali melayangkan pukulannya.
"HARUSNYA DIA GAK MATI! KALO LO GAK TELAT DATANGNYA, BANGSAT!" bentak Elgara dengan napas yang memburu dan mata Elgara semakin memerah.
"El, tahan emosi lo, El. Ini semua tuh udah takdir mau ambulan datang cepet kalo emang udah takdir Bang Edward, sia-sia, El!" ucap Brio sembari menahan tubuh Elgara.
"Bang Edward, Bri!"
"DIA NINGGALIN KITA!" teriak Elgara histeris.
Elgara sangat dekat dengan Edward, ia sudah menganggap Edward sebagai Kakak kandungnya. Maka dari itu Elgara merasa benar-benar kehilangan.
Bukan hanya Elgara, seluruh anggota Vanoztra pun merasa kehilangan seseorang yang selalu mengajarkan hal positif dan selalu mengutamakan keadilan.
Malam ini adalah malam terakhir perjuangan Edward. Jalan ini pun akan menjadi bukti sejarah ketua utama Vanoztra batch 19 yang gugur karena kehebatannya dalam mempertahankan Vanoztra.
"Micholas!" gumam Anres dengan penuh kemurkaan. Ia menatap tajam saat Alaskar melenggang pergi begitu saja.
...🏴☠️🏴☠️🏴☠️...
Setelah pulang dari tempat peristirahatan terakhir Edward. Ratusan anggota Vanoztra bergegas menuju basecamp utama. Dipimpin oleh Fernando yang berada di paling depan.
Biasanya saat berkumpul bersama akan ada candaan atau obrolan konyol, tapi kali ini mereka semua menundukkan kepalanya. Wajah mereka tercetak sendu atas kepergian Edward.
Fernando menempelkan foto Edward pada sebuah buku. Di halaman foto-foto anggota lainnya yang telah gugur karena kehebatannya mempertahankan Vanoztra.
Fernando kembali terduduk, ia menatap satu persatu anggotanya. "Kita harus mengikhlaskan kepergian Edward. Karena dalam kebersamaan pasti ada perpisahan."
"Siap tidak siap. Seseorang yang berada di samping kita pasti suatu saat nanti akan pergi meninggalkan kita," ucap Fernando dengan tatapan lurus ke depan.
"Masa jabatan ketua utama Vanoztra batch 19 berakhir hari ini. Saya tidak punya banyak waktu, maka saya akan memilih hari ini juga ketua utama Vanoztra batch 20," jelas Fernando.
"Saya percayakan pada—Elgara Argantara."
Elgara tersentak saat namanya diucapkan oleh Fernando, ia mendongak menatap tak percaya bahwa ia dipilih untuk menjadi ketua utama Vanoztra batch 20.
"Tapi Bang—"
Elgara berniat menolak karena ia belum yakin bisa memimpin Vanoztra, tapi ucapan Elgara terhenti saat ia mengingat perkataan Edward semalam yang mengharapkan dirinya menggantikan posisi Edward.
Elgara pun tersenyum sembari menganggukkan kepalanya sopan. "Makasih Bang. Sudah percaya sama saya dan makasih juga buat kalian semua yang sudah mempercayai saya untuk memimpin."
"Saya berjanji akan menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan membawa Vanoztra lebih jaya lagi," ucap Elgara.
Mereka semua bertepuk tangan sembari tersenyum. Bukan hanya Fernando yang mempercayai Elgara, tapi mereka semua pun percaya bahwa Elgara sangat baik dalam hal memimpin.
Elgara berjalan ke arah Fernando. Tiba di hadapannya ia sedikit membungkukkan tubuh agar selaras dengan tinggi Fernando. Tujuannya agar Fernando mudah memasangkan jaket—jaket yang sudah dikhususkan hanya untuk ketua utama Vanoztra.
Setelah selesai Fernando menepuk pelan pundak Elgara sembari berkata, "Treat them as they treat us."
"Siap!"
...🏴☠️🏴☠️🏴☠️...
Beberapa bulan setelah Elgara menjadi ketua utama Vanoztra batch 20. Mereka merasa perkembangan Vanoztra menjadi semakin lebih baik. Ditambah Elgara berhasil merancang sendiri aplikasi otomatis apabila salah satu dari mereka sedang bahaya.
Aplikasi yang terpasang di ponsel masing-masing anggota Vanoztra bisa mendeteksi suara pukulan. Maka jika terdengar suara pukulan—otomatis komputer yang berada di basecamp utama yang sudah terhubung dengan aplikasi tersebut akan berbunyi.
Dan juga berbunyi di ponsel Elgara. Untuk berjaga-jaga jika tidak ada orang yang menjaga basecamp. Terutama saat mereka sekolah.
"Gue masih dendam sama si mie kocok bajingan itu," ucap Anres sembari membuka bungkus permen karet.
"Micholas setan!" bentak Anggara.
"Efek laper gini nih," sahut Brio.
Detik kemudian mereka semua mengangguk menyetujui perkataan Anres. Serentak berkata, "Gue juga."
Mario berhenti mengunyah permen karet, lalu ia berbicara, "El, prinsip Vanoztra, perlakukan mereka sebagaimana mereka memperlakukan kita."
"Micholas udah habisin Bang Edward dengan begitu kita pun harus—"
"Gue paham. Kita susun strategi sekarang," ucap Elgara.
"Cerdas!" sahut Anggara kagum sembari menjentikkan jarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments