Alan mengeluarkan Elena dari reruntuhan. Walaupun terluka parah, tubuh Elena kini telah pulih kembali, semuanya berkat sel regenerasi nya. Sementara itu, tubuh Arachne kini tergeletak di kejauhan, penuh dengan luka fatal. Sekalipun Arachne terlihat sudah meninggal, ia sebenarnya masih hidup. Insting kaiju nya tidak akan membiarkan dirinya dikalahkan oleh musuhnya seperti itu. Arachne bahkan masih dapat bernafas dengan lancar.
“Night walker itu pasti akan mengincar mu. Ikut aku, Alan. Aku akan mengirim mu ke desa manusia. Semoga saja kamu bisa berevolusi di sana dan nantinya menjadi pahlawan mereka.” ucap Elena sambil berjalan diikuti oleh Alan. Mereka berdua berjalan dengan sangat santai melewati lorong lorong, terlepas dari banyaknya night walker yang menghadang mereka. Alan dengan mudahnya menghancurkan para night walker itu hanya dengan sekali serang. Beberapa saat kemudian, mereka memasuki sebuah ruangan besar dengan pencahayaan yang gelap. Elena dan Alan berjalan menuju sebuah kapsul evakuasi yang ada di ujung ruangan.
Elena tahu, bahwa perjalanan Alan setelah ini akan sangat panjang, dan mungkin juga tidak akan berakhir seperti yang diinginkannya. Kaiju di hadapannya ini belum terlahir sepenuhnya, ia sama seperti bayi prematur yang bahkan kesulitan untuk bernafas. Ia tidak tahu apa apa, dan hanya bertindak berdasarkan insting liar nya. Ia harus terus belajar, supaya ia tidak menjadi sama seperti kaiju yang lainnya, yang telah dibutakan oleh kebencian mereka terhadap para manusia.
Alan menoleh ke belakang dan mendapati beberapa night walker telah mencapai ambang ambang pintu. Ia sudah bersiap untuk menghancurkan tubuh para night walker itu. Namun tanpa ia sadari, Elena telah mengambil gunblade nya dan mengayunkannya ke arah perut belakang Alan. Gunblade itu dengan cepat menembus perut bagian belakang Alan, kemudian membekukan seluruh sistem sarafnya.
“Aku tahu kamu akan menyerang mereka hanya dengan insting, bukan strategi, dan aku tidak bisa membiarkan itu terus berlanjut.”
Alan pun jatuh pingsan dan tubuhnya tidak beregenerasi kembali karena sarafnya yang telah beku. Elena dengan cepat langsung menyeret tubuh Alan dan memasukkannya ke dalam kapsul tersebut, kemudian mengaktifkannya. Kapsul tersebut seketika terbang ke tempat yang telah ditujukan oleh Elena, forestiso timur, bagian forestiso yang dekat dengan desa manusia.
Sementara itu, Arachne membuka matanya kembali setelah pingsan cukup lama. Luka lukanya telah mengering, namun tetap saja menimbulkan rasa sakit saat digerakkan. Matanya mendapati seorang wanita kaiju dengan seekor laba laba raksasa berada di belakangnya.
“Kamu terlihat begitu menyedihkan, Arachne.”
“Kenapa kau lama sekali datang, Jorogumo ?”
...****************...
Seorang gadis sedang berlari lari di hutan sambil membawa sebuah tongkat sihir di tangan kanannya. Ia adalah Elaina, seorang manusia dengan bakat sihir penyembuhan. Walaupun seorang defect dan dikucilkan oleh para warga desa, ia adalah seorang yang ceria dan juga baik hati, tidak peduli hinaan apa pun yang diucapkan oleh para warga desa.
Saat ini, Elaina sedang berlari menuju rumah kayu miliknya. Ia selama ini menjalani hidup yang damai, tidak ada gangguan sama sekali kecuali dari serangan hewan buas. Ia selalu menikmati suasana di hutan, namun tidak untuk hari ini. Ia dibuat heran oleh banyaknya bekas cakaran di berbagai batang pohon. Bangkai hewan pun bersebaran di mana mana, membuat hidungnya dipenuhi oleh bau amis darah. Pemandangan mengerikan seperti ini tidak pernah ia lihat sebelumnya. Bahkan warga desa yang membencinya pun tidak akan pernah melakukan hal segila ini.
“Pasti ini ulah kaiju !” gumamnya.
Elaina memutuskan untuk tidak kembali ke rumahnya, dan lebih memilih untuk mencari pelaku dari pembantaian hewan hewan liar ini. Ia menyusuri seluruh area hutan sambil berjaga jaga menggunakan tongkat sihirnya. Hutan sunyi, bahkan suara burung pun tidak terdengar. Berjam jam telah berlalu, dan ia sudah melewati terlalu banyak bangkai hewan dengan keadaan yang cukup mengenaskan. Baik mata yang dihancurkan, perut yang dirobek secara paksa, hingga mutilasi di berbagai bagian tubuh. Elaina berusaha untuk tidak muntah karena kekejian yang ia lihat dengan matanya sendiri. Ia terus berjalan melewati genangan darah yang ada di sekitarnya. Hingga akhirnya, ia mendapati sebuah kapsul yang telah menghancurkan tanah di sekitarnya. Kapsul itu telah terbuka, dan tidak ada siapa pun yang berada di dalamnya. Elaina berjalan mendekati kapsul yang berasap itu dengan penuh waspada. Sebuah tulisan kasar terukir di bagian kanan kapsul tersebut. Tulisan tersebut terlihat seperti di ukir dengan asal asalan, dan hurufnya tidak berbentuk sama sekali. Elaina harus menyipitkan matanya untuk dapat membaca tulisan tersebut.
“Apa apaan ini ? Alan ?”
Sebuah pergerakan cepat secara tiba tiba menggerakkan semak semak di belakang Elaina. Ia menoleh ke belakang, namun tidak ada apa apa.
“Siapa di sana !?”
Elaina berteriak sambil mengawasi area sekitar dengan panik. Melihat bagaimana para hewan hewan tersebut mati, ia sudah tahu bahwa sang pembunuh juga akan memperlakukannya dengan sama. Raungan mulai terdengar dari kejauhan, membuatnya semakin waspada dan menggenggam tongkat sihirnya dengan lebih erat lagi. Beberapa saat kemudian, Alan melompat ke arah Elaina dan bersiap untuk menyerangnya dengan kedua tangan yang sudah terangkat ke atas. Elaina dengan cepat berlari untuk menghindari serangan Alan. Kakinya kemudian tersandung dan membuatnya terjatuh ke tanah, membuat Alan sempat untuk berjalan mendekatinya. Elaina yang hanya seorang gadis berumur 15 tahun tentu saja ketakutan saat melihat tampang Alan yang menurutnya sangat mengerikan, terutama di bagian mulutnya yang telah sobek dan meneteskan darah secara terus menerus. Elaina berusaha untuk menjauhi Alan. Namun, saat ia melihat Alan yang justru duduk berlutut di hadapannya sambil menatapnya dengan kebingungan, ia tahu bahwa Alan terlihat seperti mendapati wajah yang familiar di mata merahnya.
“Apa kau mengenalku ?”
Alan kemudian mendekatkan wajahnya kepada Elaina, membuatnya menjadi lebih ketakutan. Alan meraung kecil, sementara tangan kirinya menulis sesuatu di tanah. Elaina menyadari hal itu dan perlahan memperhatikan Alan yang menuliskan sesuatu di tanah.
“Alan ? Itu kah nama mu ?”
Alan mengangguk sebagai jawabannya. Ia kemudian berdiri dan berjalan beberapa langkah ke belakang untuk memberitahu Elaina bahwa ia tidak ingin menyakitinya. Elaina menghela nafasnya lega saat mengetahui bahwa Alan, makhluk yang ada di depannya itu tidak berbahaya.
“Apa yang kamu inginkan ?”
Alan menunjuk Elaina dengan jari telunjuknya, membuatnya sedikit kebingungan.
“Huh ? Apa ? Kamu mau jadi teman ku ?”
Alan mengangguk, membuat Elaina sedikit terkejut saat itu.
“Ba - baiklah.” jawab Elaina dengan ragu.
Beberapa hari kemudian, Alan telah menghabiskan waktunya bersama dengan Elaina tinggal di dalam rumah kayu kecil milik Elaina. Elaina mengajari Alan beberapa hal, seperti makan layaknya manusia, berbicara bahasa isyarat, hingga sihir penyembuhan yang sangat ia kuasai. Selama hari hari itu, Alan terlihat menjadi lebih jinak dan mulai lebih menggunakan akalnya saat bertarung melawan hewan buas, serta tidak membunuh mereka dengan cara yang keji. Semuanya berjalan dengan sangat lancar, Elaina mendapatkan satu teman di rumah kecilnya, sedangkan Alan mulai menjadi lebih manusia daripada saat ia baru dibangkitkan oleh para dhampir. Mereka saling membantu satu sama lain. Alan akan memburu hewan liar, dan Elaina akan membuat makanan dari hewan tersebut. Kendati demikian, tidak ada kebahagiaan yang berlangsung untuk selama nya di dunia yang kacau ini. Suatu hari, beberapa warga desa mulai mendatangi rumahnya dan meminta Elaina untuk menyembuhkan warga lainnya yang terkena penyakit misterius. Mereka mengatakan bahwa seorang kaiju bernama Nezhit lah yang membawa wabah penyakit tersebut. Tentu saja Elaina menolak, karena ia takut kalau keberadaan Alan akan diketahui oleh warga desa dan membuatnya menjadi binatang buas kembali. Namun semakin lama, semakin banyak warga desa yang memohon kepadanya untuk menghentikan wabah penyakit yang dibawa oleh Nezhit tersebut. Elaina pun mulai tersentuh hatinya saat sang kepala desa kini datang dengan sendirinya dan mengatakan bahwa istrinya yang sedang hamil juga sedang terkena oleh wabah tersebut. Bukan hanya itu saja, kini Nezhit juga membawa kaiju yang lainnya, yaitu Aerico dan Poludnitsa.
“Baiklah, tapi aku harus mempersiapkan semuanya terlebih dahulu.” ucap Elaina terhadap sang kepala desa. Kepala desa tersebut terlihat sangat senang, sampai sampai ia akan berjanji menerima Elaina sebagai warga desa nya kembali dengan tangan terbuka, dan ia akan melindungi nya dari segala hinaan yang dilontarkan oleh warga desa yang lainnya. Walau terdengar seperti sebuah tipuan dan omong kosong belaka, Elaina tetap memutuskan untuk membantu desa tersebut dari teror tiga kaiju yang mengacau di sana.
Sore harinya, Alan terbangun dari tempat tidurnya dan mendapati Elaina yang sudah tidak ada di rumahnya. Ia mencari Elaina dengan panik ke sekeliling rumah, hingga akhirnya ia menemukan sebuah surat yang bertuliskan ‘Dari Elaina’.
Alan, maafkan aku karena tidak sempat mengucapkan kalimat perpisahan, namun jika kamu tidak dapat menemukan ku di sekitar rumah, itu artinya aku telah berada di desa sekarang. Desa ini sedang penuh dengan kekacauan, dan para kaiju yang melakukannya. Aku tidak tahu kenapa, yang pasti, kaiju adalah hal terburuk yang dimiliki oleh dunia ini, bahkan melebihi defect sepertiku. Aku sudah tahu kalau kamu juga seorang kaiju, namun aku tidak membencimu, tidak pernah sama sekali. Semenjak kehadiran mu bersama ku, aku akhirnya dapat merasakan apa artinya menjadi manusia dan hidup sebagai manusia. Berkat mu, aku bukan lagi seorang defect, melainkan seorang gadis biasa berumur 15 tahunan dengan kekuatan penyembuhan yang luar biasa ! Semenjak aku bertemu denganmu, aku sudah tahu kalau kamu dikirim oleh seseorang untuk menjadi pahlawan bagi dunia ini, dan itu juga yang sedang kulakukan saat ini. Aku ingin agar dunia ini jadi lebih baik, aku ingin mengubahnya ! Dan apa kamu tahu apa kabar baiknya ? Tentu saja, kita bisa melakukan itu bersama sama ! Kita akan membuat seluruh kaiju yang mengerikan itu berhenti menyakiti manusia, dan itu harus di mulai oleh ku dengan menyelamatkan desa ini terlebih dahulu. Ini adalah langkah pertama ku, dan kamu, untuk menjadi pahlawan bagi dunia ini. Jadi, tunggulah dengan tenang di sana, dan aku akan kembali lagi setelah beberapa hari, atau mungkin 1 minggu, 1 bulan, atau lebih ? Aku tidak tahu. Yang pasti, tunggulah dengan tenang di sana, dan aku akan kembali kepadamu. Dari Elaina, dan untuk dunia yang baru.
Alan menaruh kembali surat itu ke atas meja kemudian duduk merenung di atas lantai kayu yang sudah lapuk di rumah Elaina itu. Ia tidak sedang bersedih, ia hanya sedang menunggu, menunggu perjalanan yang dijanjikan oleh gadis manusia itu. Elaina, ia telah mengajarkan banyak hal kepada Alan apa artinya menjadi seorang manusia dan juga seorang pahlawan. Ia juga mengajarinya cara membaca dan menulis. Walaupun Alan bisu, setidaknya ia masih bisa berkomunikasi lewat tulisan dan juga bahasa isyarat. Apapun yang Elaina pernah katakan tentang manusia adalah hal baik yang dimiliki oleh mereka saja, sementara para kaiju adalah makhluk paling iblis di antara iblis yang lainnya. Walaupun pada kenyataannya, segala hal buruk yang dialami oleh gadis itu bukanlah berasal dari para kaiju, melainkan dari manusia. Namun, ia masih saja berharap pada manusia, seakan seluruh dunia ini hanyalah desa kecil dan rumahnya yang berada dalam forestiso yang penuh dengan teror mematikan, baik dari serangan hewan liar maupun para kaiju. Memang sebuah pemikiran yang sempit, namun apa yang bisa diharapkan oleh seorang defect berumur 15 tahun ? Ia tidak pernah bisa bepergian ke dunia luar karena kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan itu, dan ia harus bertahan hidup di lingkungan yang selalu sama sepanjang umurnya.
Berhari hari, hingga berbulan bulan telah berlalu, namun Elaina tak kunjung kembali ke rumahnya pula. Alan setiap harinya hanya menunggu, menunggu dan terus menunggu kedatangan kembali Elaina. Ia selalu bersiap siap untuk menyambut kedatangan kembali teman manusia nya itu dengan makanan hangat yang telah diajarkan oleh Elaina sebelum kepergiannya. Awalnya sangatlah buruk, namun kian hari kian membaik. Hingga kini, Alan sudah tidak bisa dibedakan lagi dengan chef profesional yang lainnya. Bagi seorang kaiju sepertinya, makanan bukanlah hal yang penting sama sekali, ia bahkan tidak menjadi lebih lemah setelah tidak makan lebih dari 3 bulan secara berturut turut. Seluruh hewan yang diburunya hanyalah untuk menyambut Elaina, hingga itu bertumpuk menjadi tumpukan makanan busuk di rumah sederhana Elaina saat ini. Apakah Elaina telah meninggalkannya saat ini ? Itulah yang dirasakan oleh Alan. Atau mungkin Elaina sudah menjadi orang yang terhormat ? Membasmi para kaiju dengan tongkat sihirnya ? Itulah yang diharapkan olehnya saat ini. Namun ia tidak bisa hanya terus menunggu dalam diam, ia harus bergerak untuk melakukan sesuatu juga. Keinginannya untuk mencari sang teman manusia satu satunya kini telah berada di puncak, hingga akhirnya Alan memutuskan untuk keluar dari rumah Elaina dan mencari temannya itu dengan kedua kakinya sendiri.
Alan kini telah berada di luar tembok desa, hanya untuk menemukan, sebuah desa yang telah berubah menjadi reruntuhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments