*Bab 20

'Tapi, bukan itu yang paling aku sesali sekarang. Tepatnya, aku menangis bukan karena aku tahu seburuk apa masa lalu kak Ilya. Karena untuk masa lalu, aku sudah tahu semuanya.'

'Yang aku sesali tak lain adalah, kak Ilya yang tidak jujur soal anak yang tidak ia akui ini. Bagaimana bisa ia sekejam itu pada anaknya sendiri. Meskipun ia tidak ingin, tapi anak itu tidak berdosa. Anak itu harus tahu siapa papanya. Tidak seharusnya, dia yang dihukum.'

'Ya Tuhan ... pria seperti apa yang sudah menikahi aku saat ini? Ini jauh lebih buruk dari yang aku bayangkan. Aku benci dia sekarang. Sangat benci bahkan aku rasanya dangat tidak sanggup untuk tinggal di sini lagi.'

Dinda langsung melempar tubuhnya ke atas kasur setelah ia tiba di kamar tidur mereka. Ingin rasanya ia meninggalkan rumah ini. Jauh dari Ilya, dan tidak perlu melihat wajah Ilya lagi.

Tapi, itu tidak bisa ia lakukan. Karena pernikahan yang ia jalani bukan hanya sekedar hubungan dua manusia saja. Melainkan, ada hal lain yang sangat memberatkan Dinda sekarang.

Ada ayah mertua yang begitu berharap banyak padanya. Ada keluarganya yang punya beban hutang yang kini jaminannya adalah diri Dinda sendiri. Karena itu, dia tidak bisa pergi. Hanya bisa bertahan meskipun rasa sakit menjalar dengan cepat menguasai diri.

"Dasar Dinda bodoh. Kamu menikah bukan karena cinta, bukan? Melainkan, karena menjadi pelunas hutang saja. Jadi, apa yang kamu pikirkan soal masa lalu Ilya?" Dinda berucap sambil memeluk guling dengan erat.

"Kau ingin marah karena masa lalu Ilya? Ingin protes karena dia tidak jujur padamu soal anak yang dia punya? Apa urusanmu dengan semua itu. Bukankah kamu tetap tidak akan pergi jika dia tidak bercerita? Karena dia tahu, kamu adalah perempuan pelunas hutang saja. Pernikahan kalian hanya pernikahan pelunas hutang. Jadi, kamu tidak akan bisa kabur."

"Persetan dengan cinta yang ia bicarakan. Mungkin itu hanya omong kosong saja. Karena sebelumnya, dia sudah terlalu banyak makan asam garam dalam mempermainkan wanita."

Begitulah Dinda terus ngomong pada dirinya sendiri. Berusaha menguatkan hati meskipun menghancurkan rasa cinta yang ia punya untuk Ilya agar ia tetap bisa bertahan. Dan pada kenyatannya, hal itu bukannya malah membantu, melainkan malah semakin menyakitkan buat Dinda.

Sementara itu pula, di luar rumah, mobil yang Ilya tumpangi sedang memasuki halaman rumah. Mang Mamat yang melihat mbok Yah sedang membakar sesuatu di depan rumah pun merasa tertarik. Karena sebelumnya, tidak ada acara bakar membakar sampah di rumah tersebut.

"Apa yang si mbok bakar? Kok tumben main bakar-bakaran depan rumah?"

Ucapan itu langsung menarik perhatian Ilya yang saat ini sedang sibuk dengan gawai miliknya. Dia pun langsung mengalihkan pandangan dari gawai tersebut untuk ikut memperhatikan mbok Yah yang masih sibuk membakar foto-foto tadi.

"Mbok. Bakar apa sih?" Ilya langsung bertanya saat dia sudah diturunkan dari mobil.

"Kebetulan den Ilya sudah tiba. Ada yang ingin mbok tunjukkan pada Den Ilya sekarang."

Mbok Yah langsung mengeluarkan surat yang ia simpan di dalam saki dasternya. Ya, surat itu sengaja ia simpan untuk ia perlihatkan pada Ilya. Sementara foto-foto itu, langsung ia bakar karena dia tahu, Ilya memang suka mempermainkan perempuan dulunya. Jadi, tidak ada yang perlu di bahas dengan foto-foto itu.

"Apa ini, mbok?" Ilya menerima dengan tangan yang agak berat. Pikirannya pun di penuhi dengan tanda tanya. Mana pertanyaan yang sebelumnya masih belum mendapatkan jawaban dari si mbok. Kini, mbok Yah malah memberikan ia selembar kertas yang dilipat rapi. Bagaimana tidak semakin bingung lagi Ilya saat ini coba?

"Buka saja, Den. Karena Den Ilya akan tahu sendiri apa isi dari surat itu setelah Den Ilya membacanya."

Ucapan si mbok dengan nada kesal itu membuat Ilya tidak ingin bertanya lagi. Ia pun mengikuti apa yang mbok Yah katakan. Membuka surat tersebut dengan cepat, lalu membacanya.

Betapa kagetnya Ilya ketika melihat isi dari surat tersebut. Dia yang awalnya santai, kini langsung memasang wajah marah karena membaca surat itu.

"Dari mana mbok mendapatkan tulisan omong kosong ini, mbok?" Ilya berucap dengan nada agak tinggi karena terlalu kesal. Tangannya pun langsung menggenggam surat itu dengan kuat.

"Kurir yang telah mengantarkan surat itu ke sini, Den. Bukan hanya surat yang kami terima. Tapi .... "

"Tunggu! Kami?" Ilya semakin panik lagi sekarang setelah mendengar mbok Yah menyebut kata kami. Karena dengan kata kami, Ilya langsung bisa menerka kalau bukan hanya mbok Yah sendiri yang tahu akan hal itu. Otomatis, Dinda juga sudah mengetahuinya.

"Jangan bilang Dinda juga sudah membaca surat ini, mbok!" Ilya kembali berucap dengan tatapan tajam ke arah si mbok.

"Maaf, den Ilya. Non Dinda juga sudah membacanya. Karena paket yang kurir itu bawakan khusus untuk non Dinda. Karena itu, non Dinda sudah tahu semua isi dari paket itu."

"Semua? Apa saja yang ada, Mbok? Ya Tuhan .... " Ilya sangat panik sekarang.

"Ada puluhan foto mesra den Ilya bersama para mantan kekasih Den Ilya di masa lalu. Ada ... hasil USG dan alat pendeteksi kehamilan sejak dini. Semua itu lengkap dalam satu paket. Tapi, semuanya sudah mbok musnahkan. Hanya tinggal satu surat itu saja yang masih tersisa."

"Gila! Siapa yang sudah merusak namaku sekarang. Jika tahu orangnya, tidak akan aku maafkan mereka."

"Sekarang, di mana Dinda, Mbok? Apa dia baik-baik aja?"

"Sepertinya tidak, Den. Non Dinda terlihat sangat terpukul setelah membaca surat itu. Sekarang, dia ada di kamar."

Tanpa menjawab apa yang baru saja mbok Yah katakan, Ilya langsung beranjak meninggalkan si mbok. Tujuannya saat ini tak lain adalah kamar mereka. Dia ingin menjelaskan semuanya pada Dinda.

"Semoga Dinda mau mendengarkan apa yang aku katakan. Aku tidak ingin dia memikirkan yang tidak-tidak tentang aku. Karena semua itu tidak benar. Aku tidak ingin Dinda percaya dengan kebohongan ini. Ini jelas-jelas hanya sebuah fitnahan." Ilya bicara sendiri sambil menjalankan kursi rodanya secepat yang ia bisa.

Jika saja ia bisa berjalan dengan kedua kakinya, mungkin dia akan berlari agar segera sampai ke kamar. Tapi, dia tidak bisa melakukan hal itu karena terhalang keadaanya yang tidak memungkinkan untuk bergerak bebas akibat cacat itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!