*Bab 18

Sama seperti mang Mamat, pak Toha juga merasakan hal yang sama. Terjepit di antara Dinda dan Ilya membuatnya tidak bisa berucap apa-apa selain nyengir tak enak sambil melirik Ilya yang ada di belakangnya.

Sementara itu pula, Ilya malah tersenyum lebar seakan tidak ada beban sedikitpun. Dia pun semakin menggoda Dinda lagi dengan memberikan ciuman dari jauh sekali lagi.

Rona wajah Dinda pun semakin terlihat nyata. Perasaan gugup pun semakin kuat dalam hati Dinda. Dengan tatapan kesal, Dinda pun memanggil nama suaminya.

"Kak Ilya!"

Iya yang bahagia, semakin melebarkan senyumannya. Setelah puas menggoda sang istri, Ilya baru meminta pak Toha menjalankan mobil yang ia tumpangi.

Kepergian Ilya kini membuat Dinda langsung mengukir senyum manis. Ia merasa hatinya sangat hangat sekarang. Bisa bersama Ilya, mungkin adalah pilihan terbaik. Meskipun pria itu tidak normal. Dan mungkin, tidak akan pernah memberikan ia hal yang paling berharga dalam hidup. Tapi, Dinda berpikir kalau itu mungkin bukan masalah besar. Karena bersama dengan Ilya untuk saling melengkapi saja, itu sudah sangat cukup baginya.

Sementara itu, Ilya pun masih tersenyum meskipun mobil sudah menjauh meninggalkan rumah. Pak Toha dan mang Mamat yang melihat hal itu pun saling bertukar pandang.

Sejujurnya, mereka ikut merasa bahagia karena majikan mereka ini sedang bahagia sekarang. Karena, sudah lama mereka tidak melihat majikan mereka ini tersenyum lepas setelah kecelakaan yang membuat kedua kaki majikan mereka cacat.

"Mm ... non Dinda sepertinya orang yang cukup pemalu ya, Den." Mang Mamat angkat bicara.

"Iya, Den. Tapi, dia juga terlihat sangat lucu saat dia malu." Pak Toha pula angkat bicara.

Ilya semakin tersenyum lebar. "Dia memang perempuan yang paling pemalu yang pernah aku temui, Mang, pak. Tapi, dia juga bisa sangat hangat selain sangat pemalu. Aku merasa, telah menemukan apa yang selama hidupku yang aku cari. Karena itu, aku ingin memberikan dia semua yang terbaik yang bisa aku berikan."

"Oh ya, bagaimana dengan dokter spesialis yang aku minta mang Mamat carikan? Apa sudah mang temukan?"

"Soal itu ... maafkan mang, Den Ilya. Mang masih belum menemukan yang cocok. Tepatnya, yang cocok yang bisa menyembuhkan Den Ilya di dalam negeri. Tapi ... ada satu dokter yang mungkin bisa mengobati den Ilya. Tapi, dokter itu berada di luar negeri, Den."

"Di luar negeri?" Ilya terlihat sedang berpikir sejenak. Kemudian, ia melanjutkan kembali ucapannya. "Apa kemungkinan aku bisa jalan seperti sebelumnya cukup besar, Mang?"

"Itu ... kata mas Rafa, kemungkinan den Ilya bisa jalan cuma tidak lebih dari sepuluh persen saja, Den."

"Tidak lebih dari sepuluh persen? Jadi ... bisa kurang dari sepuluh persen ya?"

Mang Mamat tidak menjawab dengan kata-kata apa yang Ilya tanyakan barusan. Ia hanya memberikan sebuah anggukan pelan saja. Karena itu yang ia dengar dari Rafa kemarin saat membahas soal dokter yang ia mintai cari untuk mengobati cacat pada Ilya saat ini.

"Baiklah, Mang. Katakan pada Rafa kalau aku ingin dia mengurus soal dokter itu. Aku akan pergi untuk berobat meskipun kemungkinan untuk sembuh tidak lebih dari sepuluh persen."

Sontak saja, mang Mamat dan pak Toha langsung terkejut karena ucapan Ilya barusan. Bagaimana tidak? Tiga tahun yang lalu, Ilya seperti seseorang yang sama sekali tidak punya harapan untuk sembuh sedikitpun. Bahkan, dia terlihat sangat pasrah dengan keadaan. Tidak ingin menanggapi dunia luar sedikitpun.

Tapi setelah bertemu Dinda, dia malah berubah. Ingin minta dicarikan dokter spesialis untuk mengobati dirinya. Padahal, dulu mang Mamat dan ayahnya bersikeras untuk mengajak ia berobat keluar negeri agar dia bisa sembuh meskipun tidak sepenuhnya sembuh. Tapi sayang, Ilya malah menolaknya mentah-mentah. Hingga akhirnya, sang ayah dan mang Toha menyerah. Lalu, ikut pasrah pada kenyataan yang Ilya sendiri bisa terima dengan baik.

Tapi sekarang, Ilya begitu gencar minta dicarikan dokter. Bahkan, Rafa yang dulunya hanya sibuk mengurus perusahaan, kini kena imbasnya. Dia juga harus bekerja keras untuk mencarikan dokter terbaik meskipun di luar negeri sekali pun.

Ya, Rafa adalah orang yang paling Ilya percaya selama ini. Rafa adalah adik kelas Ilya yang waktu itu Ilya tolong karena dia tidak punya biasa sedikitpun untuk melanjutkan sekolahnya.

Ilya yang terkesan badboy ini juga punya hati yang luar biasa baik. Dia sangat dermawan dan tidak akan membiarkan orang lain begitu menderita. Contohnya saja Rafa. Dia yang membiayai sekolah pria itu hingga lulus dengan nilai terbaik. Dan Rafa pula datang untuk membalas jasa pada Ilya.

Karena kejujuran yang Rafa miliki, perusahaan yang Ilya buka dengan perlahan, kini sudah membesar dan cukup terkenal di dunia pembisnis. Namun, sampai detik ini, masih tidak ada yang tahu siapa sebenarnya pemilik perusahaan baru atas nama Mulya Grup itu.

Banyak yang ingin bekerja sama dengan perusahaan itu. Tidak hanya datang dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri. Dan, salah satu yang ingin bekerja sama dengan perusahaan itu adalah, perusahaan yang sepupu Dinda miliki.

Perusahaan yang kini di pegang oleh suami dari sepupu Dinda itu cukup terkenal di kota sebelah. Hanya saja, kerja sama masih belum terjalin karena mereka ingin tahu siapa pemilik dari perusahaan itu. Tapi, Rafa tidak bisa menunjukkan pemiliknya karena Ilya tidak ingin muncul di depan orang lain.

Rafa sudah pernah mengatakan pada Ilya untuk keluar dari persembunyian. Jangan hanya bersembunyi di balik layar saja. Tapi Ilya masih belum siap. Ilya mengatakan kalau belum saatnya ia keluar. Rafa pun tidak bisa berbuat banyak. Karena dia tidak mungkin memaksa Ilya. Dan, begitulah hingga saat ini. Ilya masih belum keluar.

Tapi, ketika mendengar Ilya minta dicarikan dokter untuk mengobatinya, sebuah cahaya semangat terasa telah muncul. Karena itu, ia begitu gencar untuk menemukan dokter terbaik yang bisa mengobati Ilya. Hingga ia menemukan dokter yang hanya bisa memberikan jaminan tidak lebih dari sepuluh persen. Dan itupun hanya satu-satunya dokter yang ia temui selama pencariannya ini.

Harapan baik perlahan terus muncul. Ilya sedikit demi sedikit sudah mulai menunjukkan perubahan setelah menikah dengan Dinda. Yah, meskipun tidak banyak yang tahu soal pernikahan itu. Tapi pernikahan itu sungguh memberikan kesan baik buat Ilya.

Dan, begitulah kalau cinta yang bekerja. Dia bisa mengubah air menjadi es, dan begitu pula sebaliknya.

...

Dinda saat ini sedang menikmati suasana taman yang sejuk. Tiupan angin siang yang berhembus sedang membuat udara terasa sangat nyaman. Setelah menghabiskan waktu merawat taman, ia pun langsung menikmati segelas jus di bawah pohon tanaman hias yang ada di taman mereka.

Tapi tiba-tiba, kedatangan mbok Yah mengusik ketenangan Dinda saat ini. Dinda pun langsung memperhatikan apa yang sedang ada di tangan mbok Yah sekarang.

Terpopuler

Comments

Liswati Angelina

Liswati Angelina

bom yg dilempar diani telah jatuh ke tangan dinda......

2023-05-24

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!