Setelah semalaman hujan deras mengguyur kota industri Batam, di hari Minggu yang cerah ini, sinar matahari menyambut dengan hangat semua orang di kota tersebut.
Saat mata hari terus bergeser dari timur ke barat, sinarnya menjadi semakin terang, dan secara perlahan sinar itu terasa semakin panas.
Hawa sejuk karena hujan tadi malam pun perlahan mulai menghilang, dan hari-hari dengan suhu panas 32°C kembali menyambut mereka.
"Ahhh ... Seger!"
Di bawah sinar matahari yang terik, sekumpulan anak geng motor sedang nongkrong di alun-alun kota batam, mereka duduk di atas motor mereka masing-masing sembari meminum es kelapa.
Canda tawa, dan obrolan-obrolan ringan mewarnai hari mereka di siang yang panas ini. Namun disaat sedang asyik-asyiknya, seseorang dari mereka menyadari bahwa sang ketua geng terlihat begitu murung dan diam sejak tadi.
"Ketua! Kenapa gak diminum tuh es kelapanya? Kalau enggak mau kasih kita-kita aja, ya gak? Hahaha ...," ucap seorang pria diiringi dengan tawanya, dan yang lain pun ikut tertawa.
"Iya nih, biasanya tuan muda kita satu ini gak sih yang kalau minum es kelapa itu paling banyak? Ada masalah apalagi sih? Berantem lagi sama tuan besar?" sahut seorang pria yang lainnya.
"Huft ...." Sosok orang yang mereka berdua panggil dengan sebutan "Ketua dan tuan muda" itu menghela napas berat. Dan ternyata orang tersebut adalah Erick, dan mereka semua adalah anggota dari geng motor terkenal di kota batam, yaitu Sky Bruiser.
"Luh kalau ada masalah, cerita ke kita-kita dong!" Dengan pembawaan ucapan yang asyik, pria yang pertama kali berbicara tadi kembali membuka suaranya.
Dia adalah Abian Dharmendra, wakil ketua geng Sky Bruiser, sekaligus tangan kanan dan orang terpercaya Erick.
Lalu pria kedua yang sempat berbicara tadi bernama Theo Mahendra, komandan divisi pertama geng Sky Bruiser, dan sekaligus dia merupakan tangan kiri Erick.
"Gua pindah sekolah lagi!" gumam Erick dengan nada bicara yang sudah malas, mendengar hal itu semua anggota geng Sky Bruiser saling memandang satu sama lain, kemudian beralih melihat Erick dengan tatapan bingung.
"Lah emangnya kenapa bos? Lagian udah jadi kegiatan rutin kan 5 bulan sekali luh pindah sekolah, tapi kok sekarang malah kayak berat banget gini?" sahut seorang anggota yang lain, dan dia adalah Bryan Agra—komandan divisi kedua geng Sky Bruiser.
"Masalahnya sekolah kali ini itu bedah!" Dengan cepat Erick langsung membalas ucapan Bryan, "Dan kalian tau orang tua gue daftarin gue ke sekolah mana?" Erick melirik satu persatu wajah dari temannya itu, melihat apakah ada dari mereka yang memberikan respon berbeda, namun ternyata semua respon orang disana sama, mereka hanya menggelengkan kepala.
"Gak ada satu pun dari kalian yang sekolah disana!" seru Erick sedikit memberikan bocoran, tapi itu malah membuat semua teman-temannya menjadi semakin bingung.
Jadi Erick berhenti selama beberapa saat, untuk menarik napas sekilas sebelum menyebutkan nama sekolah barunya.
"SMA Jaya Sakti!" Hanya dengan tiga kalimat ini, Erick mampu membuat satu gengnya kaget, mereka semua pun melotot tak percaya.
Melihat reaksi dari teman-temannya itu, Erick tersenyum sinis sekilas, "Kaget kan kalian semua? Bayangin aja, gue harus sekolah di sekolah yang penuh dengan kutu buku itu! Yang ada nanti lama-lama gue bisa ketularan jadi kutu buku juga seperti mereka! Sumpah gue gak bisa bayangin masa-masa SMA yang tidak seru itu," ujar Erick dengan nada bicara yang kesal.
"Ya emang sulit si tuan muda, tapi kan luh juga gak bisa mengubah keputusan dari tuan besar, hahaha udah deh terima aja Rick!" Bukannya sedih atau merasa kasihan atas kondisi ketua gengnya, Theo malah tertawa.
Menurutnya ini adalah hal yang menarik, disaat Erick begitu tidak ingin untuk segera masuk ke tahun ajaran baru, Theo malah ingin tahun ajaran baru itu segera tiba, karena dia ingin melihat seperti apa jadinya jika Erick menjadi siswa di SMA teladan dengan segudang prestasi itu.
................
Hari yang tidak pernah dinantikan oleh Erick akhirnya tiba. Pada pagi hari yang cerah ini, kisah dirinya di sekolah barunya akan dimulai.
Pada pagi-pagi hari sekali, Erick yang masih tertidur dengan nyenyak dibangunkan oleh salah satu pelayan di villa nya.
Meski dia begitu enggan untuk bersekolah disana, tapi dia tidak pernah berpikir untuk tidak masuk di hari pertamanya bersekolah.
Karena baginya hari pertama itu penting, jadi dengan sangat terpaksa Erick harus pergi ke sekolah barunya itu.
"Pak, Bapak bisa gak sih ngomong ke Papa buat mindahin aku ke sekolah lain aja? Masa iya aku harus sekolah di sekolah kutu buku itu?" Disela-sela sarapannya, Erick bertanya kepada Sukardi—kepala pelayan sekaligus salah satu asisten terpercaya Brady.
Mendengar hal itu, Sukardi yang sedang menuangkan teh ke gelas Erick berhenti melakukan hal tersebut, kemudian dia meletakkan teko teh itu ke atas meja.
Sukardi terdiam sejenak, selang beberapa detik dia menghela napas dengan kasar. Dia menatap Erick dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Tuan muda, anda tidak ingin mengubah sikap anda ini? Saya yakin, jika tuan muda mau menjadi anak yang baik, tuan besar Brady pasti akan mau mendengarkan permintaan anda," ucap Sukardi dengan suara yang lembut.
BRRAAKK ... !!
Tiba-tiba saja Erick berdiri dari tempat duduknya, dia berdiri disertai dengan aksi memukul meja makan. Dia memukul meja makan yang terbuat dari kaca itu dengan kuat.
"Pak Sukardi itu gak tau apa-apa! Bapak gak tau alasan saya melakukan semua ini! Kalau Bapak ingin sikap saya berubah, katakan dulu pada kedua orang tua itu untuk mengubah perilaku mereka! Apa mereka telah melakukan yang terbaik sebagai orang tua?!" Erick mengucapkan setiap kalimatnya ini dengan nada yang membentak, dan tubuh yang gemetar.
"Tidak! Tidak Pak Sukardi! Mereka memang pebisnis yang baik, tapi mereka bukan orang tua yang baik! Bukan, Pak!" lanjut Erick dengan lirih.
Saat ini Erick pun tak dapat menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca. Dia terus mengepalkan kedua tangannya, mencoba menahan semua emosi yang ingin terus keluar.
Perlu waktu yang cukup lama, dan juga usaha yang banyak bagi Erick untuk mengontrol dirinya.
Dan setelah amarahnya sudah benar-benar reda, Erick pun memutuskan untuk menyudahi sarapan paginya, dan segera berangkat ke sekolah.
"Aku pergi dulu, maaf telah membentak anda Pak. Dan tolong, jangan sebut-sebut nama mereka lagi di villa ini," ucap tuan muda itu lalu kemudian berlalu pergi meninggalkan villanya, dan pergi ke sekolahnya menggunakan motor Ducati Panigale V4 kesayangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
FT. Zira
diriku masih nyimak alur😭
2024-12-27
0
Lembayung jingga🥀🍃
kayaknya Eric kurang kasih sayang deh
2023-09-12
0
Lembayung jingga🥀🍃
duh jangan dibentak dong, lagian dia cuma ngejalanij perintah bapak mu aja rick
2023-09-12
0