Penyesalan

Menjelang senja, Deffar yang memimpin pertemuan bisnis di kantornya sudah mencapai titik kesepakatan dengan rekan bisnisnya, Dan dia segera mengahiri pertemuanya itu.

"Oke, semua rincian kerjasamanya sudah saya sampaikan, kalau tidak ada pertanyaan lagi, kalian boleh kembali ke ruangan masing masing," ucap Deffar pada bawahan bawhannya yang mengikuti meeting.

Deffar langsung berjabat tangan dengan rekan bisnisnya.

"Pak Def, saya yakin projek kita kali ini akan sukses besar , saya sangat senang punya kesempatan untuk bisa berbisnis dengan anda" ucap pak Tan.

Tiba tiba sekretaris Deffar menyela percakapan mereka.

"Maaf Pak Def, Nomor Ibu Anda dari tadi terus menghubungi ponsel anda" bisik Jessi sekretaris Deffar, lalu menyerahkam ponsel Deffar yang memang dia pegang sedari awal pertemuan.

Deffar segera mengambil ponselnya, karena merasa tidak biasanya ibunya menelpon kalau memang tidak ada keperluan mendesak, Sontak perasaanya terasa mulai tidak enak.

"Ya sudah, kamu bereskan berkas berkas ini, dan simpan ke ruangan saya" ucap Deffar.

"Baik pak" ucap sang sekretaris yang segera merapihkan berkas berkas di meja.

"Kalau begitu saya undur diri dulu pak Def, terima kasih atas waktunya," ucap Pak than sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Ya sama sama Pak Than, silahkan" ucap Deffar.

Deffar sgera mengecek ponselnya, dan memang benar, nomor ibunya sudah berulang kali menghubungi ponselnya yang dalam mode silent saat meeting.

"Ada apa ibu menghubungiku terus terusan,?" gumamnya dengan mencoba untuk menelpon balik

Tapi sebelum dia menekan tombol panggil, nomor ibunya sudah lebih dulu menghubunginya lagi, Jadi Deffar segera menerima panggilan nya

"Hallo bu, Ada Apa?" Tanya Deffar dengan sedikit kaku, karena feeling nya mengatakan ada yang tidak beres

📲"Ya tuhan akhirnya di angkat juga, kak Deff, nenek kak, dia dia tidak bangun bangun" ucap seorang gadis muda dengan suara tersendat sendat seperti sedang menangis

"Nenek Siapa maksudmu suster?, Apa maksudnya ibuku pingsan?" tanya Deffar yang mengira itu adalah suara dari suster yang merawat sang ibu, meski tidak biasanya susternya memanggil ibu Sinai dengan sebutan nenek

📲"Aku, Aku tidak tau kak, nenek huhuhu...."

📲"Pak Deffar, Ibu anda sudah meninggal dunia pak, anda yang sabar ya" ucap Suster asli yang ada di sebelah Hasnita

Suara dari sebrang telpon yang tiba tiba berganti itu seolah langsung menghancurkan gendang telinga Deffar yang mendengarnya

Pikiran Deffar langsung membeku, dan rembesan air tiba tiba saja keluar dari pelupuk matanya tanpa dia sadari, mulutnya langsung membisu, bahakan tangannya yang memegang ponsel juga langsung kaku, sampai sampai dia tidak sadar ponselnya sudah terjatuh dari gegamannya ke lantai

'Prak,' suara ponsel yang nyaring itu langsung membangunkan kesadaran Deffar kembali

"Tidak, ini tidak mungkin terjadi, tidak mungkin" Deffar langsung beranjak pergi dari tempat duduknya, dia sangat tergesa hingga berlarian dari ruanganya bahkan sampai menabrak beberapa karyawan nya yang menghalangi nya

"Pak deff, Pak Deff, Ada apa pak?" triak Jessi sang sekretaris yang bingung melihat bos nya yang tiba tiba saja berlari tanpa memperdulikan ponselnya atau pun orang lain di sekitarnya

Tanpa pikir panjang Deffar segera masuk ke mobilnya, dia langsung tancap gas untuk pulang ke kediaman ibunya.

Pikiranya yang campuraduk antara percaya dan tidak percaya membuat dirinya sedikit tidak fokus saat mengemudikan mobilnya.

Hingga sempat beberapa kali Deffar menyenggol mendatang lain dan hampir menabrak orang yang menyebrang

.

.

Selang beberapa jam, Deffar yang mengemudikan mobilnya secara ugal ugalan langsung menabrakan mobilnya pada sebuah tiang saat dia sudah di daerah pedesaan tempat ibunya berada

Deffar keluar dari mobil dengan terburu buru, dan tidak memperdulikan mobil mahalnya yang ringsek hingga mengeluarkan asap tipis dari cup mobilnya,

Bahkan luka di kening karena terbentur setir mobilnya tidak dia rasakan sama sekali , dia hanya terus berlari ke arah rumah sang ibu.

Defar langsung membuka pintu rumah usangnya begitu dia sampai ,Sontak lututnya lansung melemas, tubuhnya bergetar hebat, dan desir darah di tubuhnya seolah langsung berhenti saat melihat jasad Sang ibu yang dia rindukan, ibu yang jadi acuan kerja kerasnya selama ini, kini malah terbujur kaku di depan matanya

Dengan langkah gontai Deffarsegera menghampiri mendiang sang ibu yang kini sudah selesai di pulasara

Deffar langsung menjatuhkan Lututnya di hadapan jasad itu,, dan langsung memeluk jasad itu erat erat dengan tangisan yang langsung tumpah di sana.

Deffar benar benar berharap kalau semuanya itu hanyalah skenario di mimpi buruknya saja, dan berharap akan ada seseorang yang membangunkanya

"Ibuuuuuuuuuuuuuu" Triakan dan raungan Deffar langsung menggema di ruangan itu, Dia benar benar sulit memerima kenyataan dan tak kuasa membendung rasa kehilangan yang teramat sangat baginya

.

.

Keesokan harinya, Jasad sang ibu langsung di kebumikan di pemakaman ujung desa, dan kini yang bisa Deffar lakukan hanya menyentuh Foto mendiang sang ibu yang bersandar di batu nisannya

"Kenapa kau juga meninggalkanu begitu cepat bu, Kenapa kau juga meninggalkanku?, kenapa setelah semuanya kudapatkan kau malah pergi begitu saja bu, apa artinya perjuanganku selama ini, kalau kau tidak bisa menikmati bersamaku" keluh Defar dengan mata sembab dan sisa air mata yang mengering karena sudah hampir terkuras habis

Ada rasa penyeselan yang teramat dalam di benak Deffar sekarang, selama ini dia terus menyibukan dirinya untuk mengejar ambisinya, Demi bisa di bangga kan oleh sang ibu.

Tapi nyatanya semuanya sia sia saja, bahkan dia tidak bisa menemani sang ibu di saat saat terakhirnya.

"Hu hu hu, kenapa kau meninggalkan aku juga nek" suara Rengek seorang gadis dari belakang Deffar.

Sontak Deffar langsung menoleh karena merasa terganggu dengan adanya suara gadis yang tidak di kenalnya itu.

"Kenapa kau masih di sini?, Pergilah!!!,, pemakamanya sudah selesai kan?," ucap Deffar sedikit merasa Heran, karena ternyata masih ada seseorang di belakangnya, padahal orang orang yang

sebelumnya mengurus pemakaman dan pengiring jenazah sudah bubar sedari tadi.

"Aku masih mau di sini kak" ucap Gadis itu.

"Aku bilang pergi!!!, biarkan aku merasa tenang di sini," ucap Deffar membentak dengan meninggikan nada suaranya.

Hasnita langsung terkaget karena Deffar malah marah padanya , dara manis yang kini berusia sekitar 18 tahun itu merasa kalau kehadiran nya memang mengganggu, dan sama sekali tidak di inginkan Deffar di sana.

"Baik kak, aku pergi" ucap Hasnita dengan terisak isak, dia segera berbalik melangkahkan kakinya meninggalkan deffar sendirian, sesekali dia menoleh ke arah Deffar yang juga memperhatikanya

Deffar sedikit bertanya tanya dalam hati tentang Hasnita, dia menatap punggung gadis yang masih terlihat belia itu hingga dia benar benar hilang dari pandanganya.

Defar cukup yakin kalau Hasnita bukanlah kerabatnya

'Kenapa dia memanggil ibu dengan sebutan Nenek?. Apa dia putri dari saudara jauh ibu??, tidak, kurasa tidak mungkin kalau aku sampai tidak mengenalinya' gumam batin Deffar. Dia sama sekali tidak terpikir kalau gadis itulah yang ingin di kenalkan sang ibu dengannya

Tapi dia tidak mau terllau menghiraukan soal Hasnita, dan fokusnya kembali ke makam sang ibu yang di hadapannya.

.

Sehrian itu Deffar habiskan dengan terdiam di depan peristirahatan terakhir ibunya, Setelah hari mulai gelap, barulah dia bergegas kembali ke kediaman usangnya.

Deffar berjalan seperti orang yang linglung di sepanjang jalan, hingga sampai ketika langkahnya terhenti tatkala melihat mobilnya yang ringsek akibat sebelumnya dia tabrakan ke tiang,

Posisinya sudah sedikit bergeser kepinggir jalan , karena sebelumnya mobil itu melintang menghalangi badan jalan,

Dan mungkin di pindahkan oleh orang-orang yang berinisiatif menggeser sedikit mobilnya kepinggir

Deffar menghampiri mobil itu dengan tatapan bengis , dia langsung meninju kaca pintu belakang mobil mercy berwaran putihnya itu hingga hancur berkeping keping

'bruuuk,' "Mobil tidak berguna, benar benar tidak berguna semuanya" ucap Deffar yang terus memukuli mobilnya hingga penyok dan hancur

Deffar meluapkan semua penyesalanya pada mobil yang sempat dia perjuangkan dengan susah payah itu,

Andai waktu bisa di putar kembali, dia ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan sang ibu, daripada terus mengejar semua ambisinya,

Deffar merasa kalau semua yang sudah dia perjuangakan selama ini tidak ada artinya lagi, jika dia tidak bisa menikmatinya bersama sang ibu.

Tapi apa mau di kata, semuanya sudah terjadi, dan itulah kenyataan pahit yang harus di terima Deffar saat ini

Orang Orang di sekitar yang melihat Deffar bertinggkah seperti orang gila itu juga tidak bisa berbuat apa apa, mereka hanya menonton aksi deffar yang menghancurkan mobilnya dengan berbagai cara,

Mereka cukup menyayangkan mobil sebagus itu harus di hancurkan begitu saja oleh pemiliknya,, karena di tempat itu mungkin masih belum ada orang yang memiliki mobil bagus yang sama seperti milik Deffar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!