Empat tahun yang lalu aku rasa kehidupan ku cukup santai walau hampir semua yang bertemu dak sebua acara keluarga kerap menanyakan tentang kehidupan yang ada dalam rahim ku . Cukup ku maklumi pada saat itu yang memang pernikahan muda yang sudah pasti menantikan datangnya sebuah nyawa yang Tuhan titipkan kepada kita .
" Eh ! Ada pengantin baru ya? Sini duduk ."
Sapa Anggita keluarga dari pihak laki-laki saat aku aku datang bersama suami juga ibu mertua ku.
Aku tersenyum manis , bahkan sangat manis , menyesuaikan diri untuk jauh lebih dekat dengan semua yang ada di lingkungan baru ku .
" Sini sayang kita makan dulu ya"
Kata sang tuan rumah pada ku yang tidak lain kakak dari ibu mertua .
Jangan ditanya dimana Ayah mertua ku ? Beliau sudah pergi satu tahun sebelum acara pernikahan ku dengan mas Rendi.
" Mau makan yang mana?"
Ucap Mama Resta ibu mertua yang cukup sempurna untuk ku . Wanita paruh baya dengan segala keanggunan juga sikap keibuan yang membuat ku hangat berada di keluarga baru ku .
" Yang ini aja ma."
Aku menunjuk menggunakan ibu jari pada sebuah mangkuk kaca bening dengan asap mengepul dengan taburan bawang goreng yang cukup menggugah selera ku pagi ini.
Aku duduk pada kursi dalam ruang makan dengan mangkuk berisi sup iga yang masih panas , menyantap santai penuh perasaan menikmati rasa yang ada dalam kuah di sendok makan ku.
Begitu hangat keluarga dari suami ku , dan sesekali perbincangan mengenai keturunan terbiasa di lontarkan dan seolah lelucon untuk ku karena menganggap aku yang paling tidak terbebani dari pada mereka.
Memiliki waktu lebih untuk diri ku sendiri menurut mereka.
Mereka mengatakan rugi jika tidak memiliki keturunan tapi entah mengapa semua isi cerita bercampur keluh kesah terdengar tak begitu menikmati kehadiran malaikat kecil di tengah-tengah kehidupan mereka.
Aku mulai risih ! Mulai tak menyukai sesuatu yang berbau perkumpulan . Tak menyukai sesuatu berbau acara keluarga atau semacamnya ! Tapi,, terkadang aku tidak bisa menghindar dan berusaha menutup rapat-rapat daun telinga walau bisik cukup menyakitkan terus mengusik gendang telinga ku.
" Sayang ?"
" Hah! Iya Mas ?".
Kata ku gelagapan dan aku kini tengah melamun dalam pelukan suami ku .
Dan masih ku lihat bagaimana telapak tangan lebarnya yang masih setia mengusap pucuk kepala ku .
Aku mendongak , menatap pupil yang membuat ku tenang dalam pelukannya dan sebuah senyuman terbit begitu hangat pada bibir dengan rambut-rambut kecil yang tumbuh tepat dibawah bibir bawahnya.
" Sudah selesai melamunnya?"
Katanya sembari menoel ujung hidung yang masih lembab memerah di ujungnya.
" Apa aku sebegitu lemahnya mas?"
Aku kembali bertanya dengan mendongak , menatap dengan penuh tanya.
" Aku? ."
Hhhiikksss
" Sayang?"
" Aku iri mas!."
Kata ku kembali terisak kecil dan dengan segera di rengkuhnya tubuh kecil ku dengan Hela nafas yang ku rasa sudah cukup sesak.
" Jangan dengarkan semuanya, mau bagaimana kita aku tetap menyayangi mu."
Dengan lembut tutur mas Rendi cukup membuat ku lega.
" Berjanjilah pada ku mas! Berjanji dengan ku untuk tetap di samping ku bagaimanapun keadaan ku !."
Aku memohon setengah memaksa pada suami yang mungkin tanpa ku minta akan melakukan hal itu.
" Jangan bicara yang tidak-tidak! Ayo kita siapkan makan siang bersama!."
Entahlah kenap aku selalu m banyakan hal itu , yang jelas tak pernah ku dengar kata penolakan tentang permintaan konyol ku itu .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments