(masih Pov. Sabrina)
Aku bahkan tidak mampu melihatnya dan masih belum siap untuk membaca buku catatan kevin.
Aku tidak ada disaat dia membutuhkanku, aku tidak ada di sana saat dia mencoba untuk berbagi rasa sakitnya, Aku tidak ada di sana hanya sekedar untuk mendengarkan kata-kata terakhirnya.
Kakak macam apa aku ini? Aku membenci diriku sendiri yang tidak bisa melindungi kevin.
Kenapa harus aku? Sekarang bagaimana aku bisa hidup tanpa dia?
Sedangkan Kevin adalah separuh dari hidupku.
Aku rela melakukan segalanya untuknya tapi sekarang dia sudah pergi.
Aku tidak mampu melewati rasa sakit ini lagi. Aku sudah kehilangan ayah dan ibu, lalu kevin, dan juga bayiku.
Aku sangat tidak berguna?
Kenapa aku tidak ikut mati saja?
Aku tidak bisa hidup dengan kenangan-kenangannya kevin yang sudah menungguku selama sembilan bulan tapi dia kehilangan semua harapannya.
Aku tidak siap melihatnya pergi, aku ingin dia kembali. Dia satu-satunya keluargaku dan satu-satunya yang aku miliki sekarang. Dia pergi,, dia sudah menungguku tapi aku tidak ada datang untuknya.
Rasa bersalah ini seolah membunuhku... aku ingin sekali ikut mati bersama dengan ingatan dan pikiran yang menyakitkan ini.
Akhirnya aku bisa tertidur. Aku terbangun setelah beberapa jam dan hari sudah malam. Aku pergi ke kamar mandi untuk mandi lalu berganti pakaian, kemudian aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.
Setelah sesampainya disana aku melihat kevin sudah terbaring kaku di dalam peti mati tak bernyawa, tidak ada kata-kata yang mampu menggambarkan rasa sakit di hati juga penyesalan dihati ku.
Aku hanyalah kakak yang tidak berguna baginya. Setiap melihat anak-anak kecil yang bisa bermain dengan kakaknya, aku hanya bisa menangis dan membuat hatiku semakin hancur.
Setelah pemakaman selesai, ku lihat ke arah langit gelap yang akan segera turun hujan. Rasanya aku ingin mati dengan menenggelamkan diri ke laut. Aku ingin mengahiri semuanya dan ikut bersama dengan kevin serta kedua orang tuaku, tetapi ketika hendak melompat aku baru mengingat sesuatu.
Anakku, aku akan mengembalikan uang itu kepada mereka lalu membawanya pergi bersamaku. Aku harus pulang untuk mengambil uang yang mereka berikan atas nama bayaran karena sudah melahirkan seorang anak untuk mereka.
Aku langsung pergi ke mansion tempatku tinggal selama sembilan bulan terakhir. Ketika sudah masuk melalui gerbang, aku melihat sebuah mobil terparkir dan semua pintu terbuka, dengan cepat aku masuk ke dalam rumah dan melihat seorang wanita tua yang sedang menggendong seorang bayi, tiba-tiba dia melihat ke arah ku dan ekspresinya seketika berubah menjadi marah.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanyanya dengan suara marah.
"Aku ingin bayiku kembali. Ini uang kotormu," Sambil ku lemparkan uang padanya karena semuanya terjadi karena wanita ini.
Jika saja dia langsung memberi ku uang pada saat itu juga kevin pasti masih hidup.
"Ya Tuhan, Sabrina. kenapa kamu datang lagi ke sini?"
Tiba-tiba bibi Jade datang ke arah kami dengan wajah penuh amarah.
"Nyonya, apakah anda baik-baik saja?" Tanyanya.
Haa, aku tahu dan aku sudah bisa menebak kalau dialah wanita tak berperasaan itu.
"Aku datang ke sini untuk mengambil bayiku yang sudah susah payah aku lahirkan." kataku dingin.
Aku bisa melihat kebencian di mata wanita tua itu tapi apa aku harus peduli? Tidadak, aku tidak peduli lagi karena dia aku jadi kehilangan saudaraku satu-satunya.
"Sabrina, kematian adikmu bukan urusanku."
Apa? bagaimana dia bisa tahu?
"Kamu tahu? Tapi kamu tetap menolak untuk memberikan uangnya hari itu juga. Bagaimana kamu bisa menjadi begitu tidak berperasaan?" Teriak ku padanya karena pikiranku sudah kalut juga penuh dengan kebencian pada mereka.
"Orang sepertimu juga adikmu memang pantas mati.. orang miskin seperti kalian sudah membuat negara ini jadi kotor."
Apa katanya? Sungguh perkataannya sangatlah keterlaluan.
"Kembalikan bayiku sebelum aku menghancurkan semua yang ada di sini."
Aku tidak ingin berbicara dengan wanita ****** itu, rasanya aku sangat membencinya.
Padahal yang aku inginkan hanyalah bayi ku kembali. Bagaimana aku bisa meninggalkan bayi dengan orang-orang seperti mereka? mereka semua sudah gila.
"Ha,, kamu tahu kamu jadi mengingatkanku pada seseorang yang ku kenal. Dia juga sepertimu sangat cantik, cerdas, tinggal di rumah ini dan juga bertingkah seperti kamu sekarang di dalam dan saat itu dia juga masih berumur 20 tahunan." Ucap wanita tua itu.
"Dia sangat mirip denganmu."
"Tapi biar aku memberitahumu sebuah rahasia Sabrina, namanya tatiana dan dia kehilangan nyawanya karena cinta, dia gagal melepaskan seseorang yang bukan miliknya dan terutama dia tidak mau mendengarkan kata-kataku."
Dia mengancamku?
"Apa kamu sedang mengancamku?"
Wanita macam apa dia? Wanita yang dipenuhi dengan kebencian.
"Mungkin." Balasnya sambil menyeringai padaku.
"Aku tidak peduli, kembalikan bayiku sekarang juga." Aku melihat bayiku yang tengah tertidur dengan damai tapi dia tidur di lengan wanita gila itu.
Dia juga bisa membahayakan bayiku.
"Jade cepat panggil penjaga lalu usir dia."
Apa? Bagaimana bisa seperti itu?
"AKU BILANG KEMBALIKAN BAYIKU."
Aku berteriak padanya saat dia menatapku dengan wajah terkejutnya.
Dia menatap wajahku sebentar dan perlahan menggelengkan kepalanya lalu pergi masuk ke dalam rumah bersama dengan bayiku.
Saya ingin mengejarnya tapi sebelum aku bisa melakukannya, ada sebuah tangan yang kuat menarik ku keluar dari rumah itu.
Aku berjuang untuk bertahan tapi aku tidak bisa, ku lihat bibi Jade kembali menatapku dengan mata berkaca-kaca.
Mengapa dia menangis?
"Dia akan membayar untuk apa yang dia lakukan terhadapku?" kataku pada bibi Jade sambil menggelengkan kepalanya lalu masuk ke dalam rumah mewah tersebut.
Aku diusir dari rumah itu, perlahan berusaha berdiri dan melihat kembali rumah itu. Aku tidak bisa menahan tangis karena sudah kehilangan bayiku juga kevin, aku sangat membencinya.
Aku juga benci bajingan itu, dia mungkin ayah bayiku tapi dia tetaplah bajingan, itu semua karena dia tidak datang untuk menolongku.
Aku memutuskan untuk pulang dan berjalan melewati jalan setapak. Hari ini hujan sangat deras tapi aku tidak merasa takut sama sekali karena hatiku sudah ditutupi dengan rasa sakit juga kesepian. Aku sekarang hanya bisa menangis dan menangis karena rasa kehilangan membuatku begitu sengsara.
Seketika aku melihat sebuah mobil mewah datang melalui jalan besar lalu melewati ku dan pergi begitu saja. Aku tidak bisa melihat orang-orang di dalam mobil tersebut karena jendelanya yang gelap tapi kenapa aku merasa ada seseorang yang penting bagiku di dalam mobil itu?
Aku berbalik dan melihat ke arah mobil yang mulai menghilang dari pandanganku. Aku hanya bisa menghela nafas dan pergi.
Aku memutuskan pulang dan sekarang rumah itu tampak kosong tanpa kevin.
Aku pergi ke kamarnya dan mengambil salah satu jaket kesayangannya sambil menarik napas dalam-dalam, aromanya jadi salah satu yang selalu aku sukai.
"Aku merindukamu Kevin" ucapku lalu menciumnya lalu ku putuskan untuk mandi karena badanku sudah basah kuyub.
Setelah selesai dan berganti pakaian, Aku kembali masuk ke kamar kevin dan berbaring di tempat tidurnya, ku pejamkan mata dan ketika aku akan tertidur tiba-tiba aku mendengar suara seperti ada seseorang yang datang lalu ku bergegas ke ruang tamu dan mengintip dari celah jendela. Seketika aku berteriak ketika melihat dua pria bertopeng masuk ke kamarku.
Mereka melihat keberadaaku diruang tamu tapi dengan cepat aku lari namun ternyata mereka bisa menangkapku dengan mudah.
"Jangan berteriak." kata mereka sambil menodongkan pistol ke arahku.
Aku tidak merasa takut karena saya tidak melakukan kesalahan apapun. Aku sudah kehilangan segalanya.
"Cepat pergi dari sini, kami akan memberimu waktu dua hari untuk pergi dari sini dan jangan pernah kembali."
Mereka mencoba untuk mengancamku tapi kenapa?
"Kenapa aku harus pergi?" Saya bertanya perlahan karena aku ingin tahu alasannya dan juga aku tahu orang-orang ini tidak akan menyakitiku.
"Ini perintah Tuan muda."
Tuan Muda? Aku menertawakan diriku sendiri.
Bagaimana aku bisa melupakan bajingan itu? dia juga sama kejamnya seperti wanita tua itu.
"Katakan pada Tuan mudamu aku tidak akan pergi dari sini dan aku tidak takut padanya."
Aku menyeringai pada mereka saat mereka menodongkan senjata lain ke arahku.
"Hah. Benarkah? Bukannya adikmu punya teman kecil, kan? Kami sudah mengirim seseorang untuk mengawasi mereka, toh mereka juga akan mati jadi kami akan membantu mereka dan membuatnya mati segera."
Apa? Bagaimana mereka bisa memikirkan hal semacam itu?
"Bagaimana bisa? Mereka masih anak kecil." Air mataku seketika keluar saat aku mengingat mereka.
"Mereka akan tetap aman jika kamu menurut untuk pergi dari sini. Jika tidak, anggap saja mereka sudah mati." Setelah mengatakan itu, mereka baru mau meninggalkan rumahku. Apa aku sudah tidur dengan manusia atau monster?
Bagaimana dia bisa begitu tidak berperasaan? Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan pada bayiku, aku hanya benci .. benci semua orang yang ada disana. Mereka semua bajingan tak berperasaan, aku tidak punya pilihan lain dan aku juga tidak bisa membiarkan anak-anak itu mati karena aku, jadi aku harus tetap pergi, tapi mau pergi kemana?
Aku sudah tidur dengan binatang tak berperasaan serta memberikan keperawananku kepada binatang.
Aku menyesal sudah melahirkan kehidupan yang tidak bersalah untuknya, bayiku yang sangat Malang.
Oh tuhan tolong aku, mohon jangan jadikan dia sama seperti ayahnya kelak, hanya itu yang bisa aku doakan untuknya.
Pikiranku sangat kacau lalu aku memutuskan pergi ke kamarku dan mengemasi semua barang-barangku juga kevin.
Aku membawa semua pakaiannya serta barang-barang favoritnya lalu mengepak semuanya jadi satu. Setelah semuanya selesai, aku mengambil dua barang bawaanku dan menulis surat kepada bibi elise dan menyerahkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments