BAB 3

Seharusnya aku sudah siap dari awal kalau hari ini akan segera tiba cepat atau lambat tapi tetap saja aku masih belum siap, aku takut.

Aku bahkan tidak bisa melihat apapun karena mataku ditutup kain satin hitam panjang dan juga tanganku diikat ditambah dengan suara gemuruh hujan diluar menjadikan ku semakin takut.

Setelah selang beberapa waktu, aku mendengar suara langkah kaki seseorang datang menuju ke arah ku dan aku tahu dia pasti orang yang akan mengambil keperawananku.

Kemudian aku merasakan kain penutup mataku terlepas. Aku tahu dia saat ini sedang menatapku dan aku juga bisa merasakan tatapannya yang dingin kepada ku, tidak ada kata yang bisa menggambarkan ketakutan yang aku rasakan saat ini.

Aku mencoba menggigit bibir bawahku karena ingin menenangkan diri, saat dia mulai berjalan ke arahku lalu naik ke atas tubuhku.

Aroma tubuhnya membuat jantungku berdegup sangat kencang, persis seperti aroma parfum yang sangatlah mahal.

Aku merasa ditarik kembali dari lamunanku, saat dia mulai melepaskan baju tidur yang kupakai. Badanku bergetar ketakutan sambil mencengkeram erat sprei.

"takut?"

Tanyanya dengan suara serak di telingaku.

"Sial,,, apa dia bisa menjadi ibu pengganti?"

Suaranya masih muda tapi tetap tidak bisa menghilangkan rasa takutku.

"Bisa.. bisakah anda membuka penutup mataku, Tuan?"

Tanyaku setelah mendengar suaranya lagi.

"Tidak, kamu lebih baik tidak melihat wajahku."

Katanya dengan membuka kakiku sambil memposisikan dirinya di antara kedua kakiku.

Dia membuat ku sengaja membuka kaki lebar-lebar di depan tubuhnya, seketika aku merasakan sakit juga perih di antara kedua kaki.

Apa akhirnya itu terjadi?

Aku sudah kehilangan mahkota yang selalu aku jaga.

Ku gigit lagi bibir bawahku begitu keras, aku tidak ingin mengeluarkan suara apapun.

Dia menunggu beberapa detik dan seketika air mataku keluar saat dia mulai bergerak, itu sangat menyakitkan ...

"Bo ,, bolehkah aku memelukmu, tuan? itu sangat sakit rasanya."

Aku hanya bisa menangis dan memohon agar ikatan ditanganku dilepaskan.

"Tentu saja."

Setelah ikatan tanganku dilepas, tanpa pikir panjang aku memeluknya begitu erat dan membenamkan wajahku di lehernya.

Aroma parfumnya yang kuat memenuhi hidungku dan untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, aku begitu menyukainya.

Tiba-tiba, dia mulai bergerak cepat dan aku ingin sekali berteriak tapi aku berusaha menahan agar suaraku tidak keluar jadi lagi-lagi hanya bisa menggigit bibir bawahku dengan keras.

Aku merasa seperti objek yang dia gunakan untuk menyalurkan nafsunya, juga merasa seperti wanita murahan yang menjual tubuhnya sendiri demi uang tapi aku harus kuat karena aku memberikan tubuh ini untuk menyelamatkan hidup adikku satu-satunya.

Lalu dia dengan lembut menyentuh tubuhku dan mencium kepalaku.

Aku sangat terkejut dan jantungku juga ikut berdetak lebih cepat, ku lepaskan tanganku dari lehernya lalu berbaring karena aku merasa lelah.

"Aku merasa tidak pernah menggigit bibirmu, kenapa bisa berdarah?" Ucapnya dengan suara berat.

Aku hanya mengangguk padanya karena pelayan wanita itu menyuruhku untuk selalu patuh.

Aku mendengar dia terkekeh dan tiba-tiba dia menciumku.

Apa?

Aku tidak pernah berharap dia mau menciumku, apalagi ditambah itu adalah ciuman pertamaku.

Detak jantungku seketika meningkat dan aku tidak pernah berfikiran dia akan menciumku, ciumannya tadi adalah ciuman terlembut, bahkan tanpa sengaja tanganku melingkar di lehernya lagi dan menariknya lebih dekat denganku saat dia mendorong lidahnya ke dalam mulutku.

Lalu ciumannya perlahan berpindah ke leherku terus turun ke bawah... malam yang sangat panjang bagiku.

Hari berikutnya ketika aku terbangun tapi sudah tidak ada seorang pun di kamar. Aku memutuskan bangun dari tempat tidur dan melihat ada bercak darah besar di atasnya.

Keperawananku sudah hilang. Padahal aku hanya ingin memberikannya kepada orang yang sangat aku cintai tapi kenyataannya aku harus memberikannya kepada pria yang tidak pernah aku kenal.

Aku menghela nafas dan melangkah maju, saat aku berteriak tanpa sengaja.

“Ahhg,,”

aku tertunduk dan tanpa sadar air mata keluar dari mataku.

Aku merasakan sakit di antara kedua kakiku.

Pria semalam itu sudah seperti binatang buas dengan stamina yang tinggi sekali.

Berapa kali dia melakukan itu terhadapku? Aku bahkan tidak tahu, karena aku tertidur lebih dulu.

"Apa yang terjadi?"

Aku mendengar suara pelayan itu, bahkan saat aku menatapnya, matanya seketika menjelajahi tubuhku seperti mencari sesuatu yang bahkan aku tidak tau.

Aku merasa malu karena tatapan yang dia berikan.

"aku,,aku jatuh," jawab ku dan mencoba untuk bangun tapi aku tidak bisa.

"Pertama kali akan selalu merasa sakit, semua wanita dan aku juga mengerti. tuan muda pasti bermain tidak lembut semalam,"

Aku hanya bisa menunduk karena tidak tahu bagaimana mau menjawabnya.

Dia datang membantuku bangun lalu membawaku pergi ke kamar mandi.

Setelah dia pergi, aku melihat diriku melalui cermin kamar mandi begitu banyak ****** sampai memenuhi tubuh serta rambut yang acak-acakan, aku hanya bisa memaksakan diri untuk tersenyum, aku melakukan ini demi adik laki-lakiku satu satunya.

Dengan cepat aku mandi setelah itu aku memutuskan pergi ke rumah sakit menemui Kevin.

Aku bergegas ganti pakaian dengan rok pendek hitam lalu keluar dari kamar karena ingin minta izin lebih dahulu dari pelayan yang biasa mengurusiku tapi yang membuatku terkejut dia sudah ada di depan kamar ku.

"Bolehkah saya pergi ke rumah sakit melihat adikku,"

Tanyaku padanya dan ternyata dia mengizinkanku.

"Ada satu syarat, aku juga harus ikut denganmu dan nyonya besar juga memintaku untuk memberimu ini." Ucapnya dengan menyerahkan amplop yang sudah dijanjikan sebelumnya.

Aku merasa sangat senang karena sudah mendapatkan uang tersebut seperti yang mereka katakan kepada ku.

Sekarang aku sudah bisa membayar biaya operasi kevin dan meminta mereka untuk melakukan operasi secepatnya karena aku akan membayar sisanya setelah mendapatkannya nanti.

"Oke, baiklah" jawab ku.

Aku datang ke rumah sakit dan langsung pergi ke arah bangsal kevin, aku melihatnya sedang tertidur.

Jadi aku memutuskan berbicara terlebih dahulu dengan dokter dan menunjukkan kalau aku sudah mendapatkan uang tersebut.

"Tapi kita tidak bisa melakukan tindakan operasi sebelum pembayaran penuh diselesaikan,"

Apa? Kenapa?

"Kenapa?"

Tanyaku karena aku merasa seluruh duniaku runtuh dalam sedetik.

"Itu sudah peraturannya nona, maafkan saya tidak bisa membantu,"

Jawabnya, lalu dia pergi begitu saja.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Mengapa ini harus terjadi padaku? Bagaimana aku bisa menyelamatkan kevin sekarang?

 

Setelah beberapa bulan kemudian...

"Aku pikir tuan muda kecil juga suka anggur." Ucapnya.

Aku tersenyum dan sambil mengusap perutku.

Sekarang bahkan anaknya yang tinggal di perutku juga suka makan kesukaan ayahnya.

"Ketika ibu tuan muda dulu semasih mengandungnya, dia juga suka makan buah anggur, hanya buah anggur." Ucap pelayan dia tersenyum dan menatap perutku.

Perutku tidak besar tapi sudah ada seperti benjolan kecil.

"Kapan tuan muda datang lagi?" Tanyaku, ekspresi wajah bibi Jane pun langsung berubah saat dia mendengar pertanyaanku.

"Tuan muda tidak akan datang lagi. Tugasnya sudah selesai dan dia tidak punya izin untuk datang kesini lagi."

Apa? tidak memiliki izin?

Omong kosong macam apa itu?

"Tapi dia ayah dari anak yang sedang ku kandung? kenapa dia tidak bisa datang?"

Ayah macam apa dia, kenapa dia tidak bisa datang untuk melihat bayinya?

"Tuan muda sudah berangkat bekerja. Dia orang sibuk, Jangan berpikir kamu bisa memulai hubungan dengannya karena bayi itu." Ucapnya ketus, rasanya aku ingin tertawa.

Sebuah hubungan? Aku bahkan belum pernah melihat wajah pria itu, bagaimana caranya mau memulai sebuah hubungan dengannya?

Aku tidak berbicara dengannya lagi, hanya mengangguk karena aku tidak ingin berdebat dengan pelayan wanita satu ini.

"Dia pasti akan datang nanti," Gumamku

Aku memutuskan untuk berbaring di tempat tidur sambil mengelus perut yang mulai buncit, dia harus datang karena aku harus menyelamatkan adikku.

Aku akan menunggunya, tidak peduli apa yang mereka katakan tentangku.

Waktu berlalu sangat cepat dan kandunganku sudah memasuki sembilan bulan.

Aku tidak bisa melakukan apa-apa dengan perut besar, dokter sudah memastikan kalau bayinya berjenis kelamin laki-laki dan aku sudah mulai merasaka kesulitan. Dia menendangku sambil bergerak gerak lincah didalam.

Aku tidak ingin meninggalkannya disini karena dia juga anakku dan dia tumbuh dalam perut ku.

Aku belum siap melepaskan anak yang sudah ku kandung selama sembilan bulan. Sedangkan ayahnya sendiri tidak pernah datang menemuinya.

Setiap hari aku selalu menunggunya tapi dia tidak pernah datang selama sembilan bulan penuh.

Kesehatan kevin sempat memburuk bulan lalu, karena dia masih belum juga menjalani operasi.

Mengapa orang-orang ini begitu tidak berperasaan?

Apa aku rela memberikan bayiku pada keluarga yang tidak berperasaan ini?

Air mataku keluar karena tidak berdaya

"Tidak, ayahmu pasti akan datang sayang" Ucapku sambil meletakkan tanganku di atas perut.

Setiap kali menyebut kata 'AYAH' dia pasti akan bergerak, mungkin karena senang atau rindu.

Tiba-tiba perut terasa sakit, mungkin Anakku akan segera lahir tapi tidakkah mereka memberi tahu bahwa tanggal kelahiranku sudah dekat?

"Apa yang salah?" Aku mendengar suara bibi Jane, ketika akan berbicara tiba-tiba merasa ada sesuatu yang mengalir dari kedua kakiku.

"Ya Tuhan, Sabrina" teriak bibi Jane, saat dia datang dan mencoba membawaku. Namun kemudian ada dua pria datang dan ikut membawaku ke dalam mobil.

Perjalanan ke rumah sakit terasa sangat jauh sampai tangan Bibi Jane menjadi korban remasan tanganku.

"aku.. aku sudah tidak kuat bibi .. sakit banget." Ucapku sambil menangis karena sakit.

Apa ibuku dulu juga merasakan hal yang sama ketika dia melahirkanku juga Kevin?

"Kuatkan dirimu Sabrina." katanya sambil membelai rambutku.

Kemudian mereka memasukkanku ke dalam bangsal lalu dokter masuk, aku merasa sangat takut karena tidak ada yang menemaniku.

"Tenangkanlah dirimu Sabrina, dorong terus bayinya."

Aku mengangguk pada mereka dan mulai mendorong tapi rasa sakitnya tetap sesuatu yang tidak bisa aku abaikan.

Tubuhku dipenuhi keringat dan akhirnya, setelah lima belas menit aku telah melahirkan seorang bayi laki-laki.

Aku tersenyum mendengar tangisannya.

"Boleh aku lihat?"  Tanyaku kepada perawat lalu memberikannya kepadaku.

Dia masih berlumuran darah dan beberapa cairan berwarna putih.

Aku membawanya ke pelukanku dan menatapnya dengan hati-hati.

Dia perlahan membuka matanya dan itu berwarna biru, sangatlah indah.

Aku berpikir dia pasti mirip dengan ayahnya. Tiba-tiba, hatiku diselimuti perasaan pahit karena aku tidak akan bisa bertemu dengannya setelah hari ini.

Tanpa sengaja air mataku keluar saat aku fokus menatap mata indahnya.

"Maafkan Mami pangeran kecilku, mami harus meninggalkanmu setalah ini." Ucapku sambil mencium keningnya, tetesan air mataku mendarat di wajahnya dan dia mulai menangis lagi.

Seorang perawat datang untuk menggendong tapi aku masih belum siap melepaskannya, ingin sekali melarikan diri dengannya.

Lalu seketika perlahan pandanganku menjadi gelap dan sesaat aku jadi terlelap.

Aku terbangun dan melihat sekeliling, aku masih di rumah sakit, aku menghela nafas dan bangkit dari tempat tidur.

Tubuh ku masih lemah tapi aku harus pergi ke Kevin sekarang.

Aku akan mengambil uangku dan membayarnya untuk operasinya kevin.

Aku masih mengenakan baju rumah sakit dan aku melihat pakaian di atas meja, aku tahu itu untukku gunakan.

Aku segera berganti pakaian dan keluar dari bangsal. Kemudian bertemu bibi Jane.

"Ini uangmu dan segera pergi dari sini. Jangan kembali lagi sesuai aturan yang ada dikontrak, bahwa kamu tidak akan pernah melihat bayi itu dan hak asuh sepenuhnya akan menjadi milik ayah ini." Hatiku seketika hancur berkeping-keping.

Bagaimana aku bisa melepaskannya?

Dia anakku dan aku yang telah melahirkannya.

Ayahnya bahkan tidak pernah datang untuk melihat kami.

"Bisakah aku melihatnya untuk yang terakhir kalinya? tolong.. aku yang sudah melahirkannya, aku ibunya." Aku berbicara dengan suaraku yang sudah pecah karena tangis.

Aku belum siap melepaskannya bahkan aku yang sudah mengandungnya selama sembilan bulan bukan ayahnya.

"Kamu tidak bisa melanggar kontrak. Kamu sudah menandatangani kontrak tersebut, jangan membuat nyonya besar marah." Ucapnya tidak mau dibantah, jadi aku memilih untuk tidak berdebat lagi lalu aku segera mengambil uang itu dan segera pergi.

"Jaga kesehatanmu Sabrina. Semoga sehat selalu."

Ucap bibi Jane mencoba menyemangatiku tapi aku tidak berbalik untuk melihatnya.

Aku merasa hancur, mereka sangat tidak berperasaan dan bahkan tidak membiarkan melihat bayiku sendiri untuk terakhir kalinya.

Sesampainya dirumah sakit, aku mencoba menahan air mataku dan bergegas pergi ke bangsal kevin. Akhirnya, aku bisa melihat adikku.

Aku tersenyum bahagia karena aku akan menyelamatkan nyawa kevin dan dia akan tumbuh bahagia.

Saat sedang berjalan melewati koridor aku bertemu dengan dokter peterson.

Sapaku dengan tersenyum padanya tapi dia tidak membalas dengan senyum yang biasa dia lakukan, namun dia hanya mengangguk padaku dan berlalu pergi.

Apa-apaan ini? Tapi aku melihat rasa bersalah di wajahnya.

Kenapa begitu? tiba-tiba hatiku menjadi gelisah.

Apa sedang terjadi sesuatu pada kevin?

TIDAK. Semoga jangan itu, saya bergegas berlari ke arah bangsal kevin berada dengan cepat,saat sudah memasuki ruangannya kevin sudah tidak ada di sana.

Rasa takut mengambil alih pikiranku ketika melihat tempat tidurnya yang kosong.

Dimana dia? Tanyaku pada diri sendiri dan kemudian perawat masuk ke ruangan kevin.

"Dimana kevin? Dia pergi check up?" Tanyaku padanya tetapi wajah perawat itu memiliki tampilan yang sama seperti dokter peterson.

Apa yang terjadi?

"Dimana Kevin? apa yang terjadi padanya?"

Tanyaku sambil memegang tangan perawat tersebut.

Aku tidak bisa menahan air mata yang mengalir.

"Kevin, dia sudah meninggal kemarin."

Apa? apa yang barusan dia katakan? Meninggal?

TIDAK. dia sedang berbaring dikasurnya...

"kamu.. kamu sedang berbaring, kan? beri tahu aku di mana dia? Aku membawa uang untuk operasinya," kataku.

Aku tidak percaya kata-katanya dan tidak akan mempercayainya. Mungkin kevin sedang bermain dengan anak-anak lain ditaman.

"Sabrina,, maafkan aku, aku tahu ini sangat sulit dipercaya tapi dia sudah pergi. Itu terjadi kemarin jam 10 pagi. Kami sudah berusaha menghubungimu tapi kamu tidak menjawab, maafkan aku."

Kemarin? Jam 10?

Aku jam 10 lagi berada di rumah sakit dan sedang melahirkan.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Hatiku terasa tercekik dan aku seketika tidak bisa bernapas.

Aku mencengkeram bajuku erat-erat.

Apa ini? Setelah semua hal terjadi?

"Tapi aku sudah membawakan uang untuk operasinya" ucapnya sambil menatap mata dokter Peterson.

"Dia menyimpan ini bersamanya dan berpesan memintaku untuk memberikan ini padamu,"

Aku hanya bisa meneteskan air mata.

Aku hanya merasakan kosong, rasanya seperti ada seseorang telah merenggut jiwaku dari tubuhku, hatiku sangat sakit.

Dokter Peterson memberiku buku catatannya kevin. Aku tidak bisa membukanya karena takut.

"Dia pergi?"

tanyaku lagi karena aku masih tidak percaya, aku merasa sangat kecewa pada diriku sendiri.

"Jadi.. dimana dia sekarang dokter?" Tanyaku karena merasa sudah sedikit tidak sesak lagi, pikiranku hanya kosong.

"Kami mengatur pemakaman untuknya. itu akan terjadi pada malam nanti."

Jadi begini... begini akhirnya, setelah semuanya yang aku rasa hanya mendapatkan rasa sakit.

Air mata, dan kesepian. Apa ini hidupku?

"Sabrina, kamu mau kemana?"

Tanyanya padaku tapi aku tidak peduli.

Aku baru saja pergi sambil memeluk notebook dari kevin dengan erat dan meninggalkan rumah sakit.

Aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan kedatanganku ke sini setelah sembilan bulan. Aku langsung pergi ke kamar kevin yang biasa dia tempati dan masih merasa dia sedang berbaring di tempat tidurnya.

"Maafkan kakak sayang."

kataku sambil memeluk bantalnya. aroma susunya masih ada di sini dengan barang-barangnya, ku pejamkan mata sambil mengingat senyumnya, itu adalah senyuman yang menyemangatiku setiap kali aku akan jatuh.

Senyum itu memberi kehidupan tersendiri padaku, sekarang kevin dan bayiku semuanya hilang. saya mengecewakannya sebagai seorang kakak, itu semua salahku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!