Ketika Wira menoleh ternyata Vania sudah tak berada si sampingnya. "Loh, Vania kemana?kenapatiba-tiba dia pergi?"
Pasangan yang akan meresmikan pertunangan mereka melangkah berdampingan memasuki pintu depan. Wira bergegas menyambut kedatangan keduanya.
"Kak Liam, hai Elma...oh, sorry. Maksudku calon kakak ipar." Elma tersenyum namun, berbeda dengan Liam yang cuek seakan tak perduli.Liam bahkan meninggalkan Elma yang masih asik beramah tamah dengan Wira.
Liam sebenarnya tadi melihat keberadaan Vania bersama Wira yang sepertinya tengah mengobrol.
"Van, kamu dari mana saja? Bibi mencarimu sejak tadi." Saat sampai di dapur ia langsung menghampiri bi Arum yang sedang mencuci peralatan bekas memasak tadi.
"Tidak dari mana-mana kok, bi.Eum...ada sesuatu yang ingin aku ceritakan ke bibi. Tapi, nanti malam saja."
Kening bi Arum mengkerut penuh tanya. "Mau bicara tentang apa?"
"Nanti saja ya, bi. Oh ya...didepan ada tamu, kata Tuan Wira dia adalah calon istrinya Tuan Liam." Vania hampir lupa niatnya kedapur yaitu ingin memberitahukan pada bibinya bahwa telah kedatangan tamu penting.
"Nona Elma?" Vania mengangguk membenarkan perkataan bi Arum.
"Ya sudah, bibi akan buatkan minuman untuk Nona Elma dan para majikan."
Keesokkan malamnya acara pertunangan Liam dan Elma akan segera berlangsung. Para tamu undangan telah hadir. Suasana sudah tampak ramai dan semua tamu duduk ditempatnya masing-masing.
Sedangkan Liam, pria tampan itu malah sedang mondar mandir didalam kamarnya. Hatinya resah dan tak tenang. Malam ini adalah malam yang di nantikan oleh kedua keluarga, bukan dirinya. Ya, Liam sebenarnya sama sekali tak menginginkan pertunangan ini. Dia juga tak memiliki rasa apapun terhadap Elma. Namun, berbeda. Gadis cantik yang selalu berpenampilan anggun itu telah jatuh hati pada Liam.
Tok tok tok
Ceklek
Vania baru saja merebahkan tubuhnya ketika terdengar suara ketukan pintu kamarnya. Ia pun beranjak turun lalu melanhkah kearah pintu. Dan ternyata adalah bi Arum.
"Iya bi. Ada apa?"
"Masih jam segini sudah mau tidur kamu,Van? Ayo, kita kedepan lihat acara pertunangan Tuan Muda Liam dan Nona Elma!"
Mendengar tentang pertunangan laki-laki jahat itu membuat mood Vania semakin jelek. Entahlah, ada rasa tak suka dan semakin membenci Liam.
"Ngak deh, bi. Aku dikamar saja. Lagi pula aku tidak pantas berada di antara orang-orang kaya itu. Nanti Nyonya.dan Tuan besar akan marah karena membuat malu."
"Loh, justru Nyonya Helen yang menyuruh kita ikut hadir diacara tersebut. Nyonya bilang hari ini kita menjadi bagian dari tamu dan bebas mau melakukan apapun, termasuk menikmati hidangan-hidangan yang telah tersedia di sana.Ayo, nak...bersenang-senanglah sekali-kali jangan mengurung diri terus didalam kamar!"
Benar apa yang dikatakan oleh bibinya jika, Vania harus rilex sejenak agar gadis itu tidak lagi bersedih dan berpikiran macam-macam yang bisa membahayakan bayi di rahimnya.
"Tapi bi, aku tidak punya pakaian yang bagus. Nanti hanya membuat malu saja. Aku dikamar saja bi. Nanti kalau acaranya sudah selesai aku akan keluar dan membantu bibi bersih-bersih." Vania tetap menolak dengan berbagai alasan.
"Ini–pakailah! Kamu pasti akan terlihat cantik dengan gaun ini."
Tiba-tiba muncul Wira dengan menenteng sebuah paper bag yang berisi sebuah gaun untuk Vania.
"Ambilah! Kenapa malah bengong. Bi Arum tolong bantu Vania ya!" Wira meletakkan paper bag itu ketangan Vania dan meminta bi Arum untuk membantu gadis pujaannya bersiap-siap.
Akhirnya Vania pun patuh dan menuruti keinginan sang Tuan Muda. Vania tampak cantik dan anggun dengan gaun pestanya yang berwarna Navy dibawah lutut, ya meskipun perut buncitnya sangat jelas terlihat. Justru hal itu semakin membuat Vania tampak mempesona.
"Bi–aku terlihat jelek ya? Nanti Tuan Muda Wira akan malu dengan penampilanku ini.Bi Arum kok malah diam saja sih?" Ia sangat tidak percaya diri dengan penampilannya.
"Kamu cantik sekali, nak. Seperti bidadari. Sangat bersinar. Semua orang pasti akan terpukau melihatmu, Vania." Bi Arum sampai ternganga, terpesona oleh kecantikkan sang keponakan.
Tok tok tok
"Bi Arum, Vania...apakah kalian sudah siap?" Terdengar kembali suara Wira yang memanggil-manggil keduanya.
Kedua wanita beda generasi itu pun akhirnya keluar lalu, mereka berhadapan langsung dengan Wira. Seperti halnya bi Arum, Wira pun seketika terdiam matanya sampai tak berkedip saking terpananya. Bidadari hatinya sangat cantik.
"Tu–tuan Muda. Lebih baik saya tidak datang, maaf...saya tidak ingin membuat Tuan malu."
"Tidak akan yang akan malu karena dirimu. Justru aku akan sangat bangga menjadikanmu pasangan di pesta ini. Ayo, jangan menolak terus.Kita harus cepat kedepan nanti ketinggalan acara tukar cincinya!" Wira menggandeng tangan Vania dengan mesranya.
Bi Arum tersenyum senang melihat akhirnya ada seseorang yang begitu perduli dan menghargai keponakannya. Namun, ia juga khawatir jika Vania akan tersakiti lagi. Bi Arum juga bertanya-tanya kenapa sikap Wira seakan terlalu berlebihan. Apakah anak majilannya itu menyukai Vania. Wanita paruh baya itu pun melangkah menyusul keduanya.
Apa yang dikatakan Wira benar, mereka hampir saja terlewat menyaksikan puncak acara yaitu pertukaran cincin pasangan Liam dan Elma.
"Wira dengan Vania–?"
Nyonya Helen yang memang sejak tadi mencari keberadaan putra bungsunya itu melihat kedatangan Wira yang tengah menggandeng Vaina. Ya, Nyonya Helen agak terkejut karena Wira berani mengajak Vania tampil di tempat umum. Apalagi dengan perut besarnya. Tentu saja hal itu akan menjadi perbincangan seluruh tamu undangan .
Sontak Liam menoleh ketika mendengar ucapan sang mama. Liam sampai tak bisa melepaskan pandangannya dari sosok wanita cantik yang tengah mengandung bayinya itu. Vania...gadis yang telah disakitinya dengan sangat kejam.
"Liam–kamu kenapa? Ayo sematkan cincinnya di jari Elma!" Nyonya Helen menegur sang putra ketika melihat gerakan tangan Liam terhenti dan malah meletakkan cincin tersebut kembali.
"Liam, Liam...apa yang kamu lakukan?" Perasaan Elma tiba-tiba tak enak. Sikap Liam yang dingin dan apa yang dilakukannya kali ini semakin memperjelas jika laki-laki itu tidak ingin melakukan pertunangan teraebut.
"Maaf–aku sungguh tidak bisa melakukan ini. Aku tidak mau bertunangan atau pun menikah denganmu, Elma."
Liam menatap penuh penyesalan pada gadis dihadapannya. Sedangkan Elma matanya sudah berkaca-kaca. Sedih dan kecewa kenapa Liam harus melakukannya sekarang. Kenapa waktu itu Liam tidak menolak saat rencana perjodohan mereka di putuskan.
"Jangan bercanda Liam! Cepat pasangkan cincin itu dijari manisku. Jangan membuatku malu! Liaammm...." Elma tampak gemas karena Liam diam saja dan sepertinya pria itu sedang fokus menatap seseorang. "Siapa dia–?"
"Aku tidak bercanda, Elma. Aku sangat serius."
"LIAMMM–!"
Suara pekikkan Elma membuat semua yang sedang menyaksiikan acara sakral tersebut sampaii terhenyak dan tak percaya dengan apa yang tengah dilakukan oleh pewaris utama keluarga Ghazala.
"Apa yang kamu lakukan Liam? Jangan membuat kami malu.Cepat lanjutkan, sematkan cincin itudi jari Elma!" Nyonya Helen sangat gemas dengan sikap putranya yang berubah secara tiba-tiba.
"Maaf Ma dan semuanya. Aku tidak bisa bertunangan atau oun menikah dengan Elma karena aku menyukai gadis lain. Maaf–."
Suasana langsung heboh, para tamu undangan saling berbisik ria terutama para kolega bisnis yang diundang khusus pada acara tersebut. Agaknya acara pertunangan tersebut akan dibatalkan.
Dari jaraknya yang tak begitu jauh, Vania pun tak kalah terkejutnya. Sang Tuan Muda arogan membatalkan pertunangannya dan bahkan saat ini sorot mata elang itu tengah menatapnya tajam.
"Dia kenapa sih menatapku seperti itu?"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Nurgusnawati Nunung
bagus cerita nya..
2023-10-17
0