14. Si Tuan Pemaksa

Vania sedang menikmati makan malam di rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukkan pintu. Vania pun menghentikkan kegiatan makannya sejenak lalu, bergegas membukakan pintunya.

tok tok tok

"Iya, tunggu sebentar, siapa sih yang datang?"

Ceklek

"Ada ap–a, kan sudah saya bilang kalau saya tidak akan kembali ke Jakarta. Apa anda belum mengerti juga? Tuan Muda som–"

"Ekhem, selamat malam nona Vania. Maaf bila kedatangan kami mengganggu, Tuan Muda ingin–."

"Sudah-sudah kebanyakan basa-basi kalian berdua. Minggir...aku mau masuk!"

Liam langsung menerobos masuk tanpa diersilahkan terlebih dahulu oleh sang tuan rumah. Arman dan Vania hanya bisa melongo melihat tingkah seenaknya si Tuan Muda arogan itu.

Kini mereka bertiga sudah duduk manis diposisi masing-masing. Karena Vania tidak memiliki sofa, ketiganya duduk lesehan diatas karpet yang tak terlalu lebar.

"Memangnya kamu tak mampu membeli sofa ataupun hanya sekedar kursi plastik murahan?"

"Maaf Tuan, iya...saya memang tak mampu. Bisa makan sehari-hari saja sudah alhamdulillah bagi saya yang orang kecil ini. Kalau anda kurang nyaman silahkan pergi dari rumah saya yang tidak ada apa-apanya ini." Jawab Vania kesal. Laki-laki sombong itu kenapa selalu saja membuatnya senewen.

Sorot mata Liam menatap tajam pada Vania yang lagi-lagi berani menentangnya. " Apa kau mau mengusirku, hah?"

"Iya. Eh...bukan, maksud saya mungkin anda merasa kurang nyaman karena tidak terbiasa berada di tempat kecil dan kotor seperti rumah saya ini."

Vania hendak bangkit dari duduknya. Namun, agak kesulitan dikarenakan perutnya yang besar.

"Maaf, nona. Mari saya bantu!"

Arman yang memang posisi duduknya tak jauh dari Vania, beriisisiatif membantunya untuk bangun.

"Ekhem, apa aku harus menyaksikan adegan romantis kalian?" Tatapan tajam Liam seakan menghunus tepat kearah Arman Tentu saja Arman langsung gelagapan. Tapi, ia tetap membantu Vania sampai wanita hamil itu bisa berdiri.

"Terima kasih Tuan Arman." Vania tersenyum ramah.

"Sama-sama nona." Jawab Arman juga dengan senyuman tulusnya. Membuat wajah Liam semakin melotot.

Vania kemudian beranjak kebelakang untuk mengambilkan minuman untuk kedua tamu tak diundangnya itu.

"Mau kemana dia?" Tanya Liam.

Arman pun menggeleng. "Mungkin ingin membuatkan minuman untuk kita, Tuan Muda."

"Kita? Sepertinya kamu begitu perhatian sekali ya pada gadis itu."

Sadar akan ucapannya yang salah, Arman pun segera mengklarifikasi pada Tuan Mudanya yang super sensitif itu.

"Maaf Tuan Muda. Maksud saya membuatkan minuman untuk anda Tuan."

"Hemm–." Dan hanya dijawab deheman oleh Liam.

PRANGGG

"Akhhh....aduh!."

Kedua pria itu pun menoleh kearah suara benda jatuh dan teriakkan Vania yang terdengar begitu keras. Dengan sigap Liam langsung bangkit lalu berlari ke belakang.

"Apa yang terjadi? Apakah kamu baik-baik saja, mana yang terasa sakit?" Liam terlihat sangat panik melihat Vania yang sudah dalam posisi terduduk di atas lantai sambil meringis memegangi perutnya. Di atas lantai berserakan pecahan gelas dan sebuah baki.

"Sa–sakit Tuan Muda." Jawab Vania meringis menahan rasa sakit diperutnya.

Baru saja Arman mau mengangkat tubuh Vania namun, dengan sergap Liam mendahuluinya. "Cepat kau bukakan pintu mobilnya!"

"Ayo, kenapa malah bengong!?"

Arman masih terpaku menatap sang Tuan Muda yang sikapnya berubah 180°. "Mengapa Tuan Muda begitu panik? seperti istrinya saja yang mengalami. Eh, jangan-jangan benar dugaanku jika anak yang dikandung nona Vania adalah milik Tuan Muda. Jadi...kejadian waktu itu–."

Lamunan Arman buyar ketika terdengar teriakkan Liam. Arman pun segera berlari mendahului Liam yang sedang menggendong Vania. Liam sangat kesal melihat asistennya yang bisa-bisanya malah melamun disaat genting seperti ini.

"Bagaimana dokter keadaannya?"

Vania masih berada diruang IGD dan dokter baru saja memeriksanya. Liam langsung menanyakan keadaan Vania.

"Ibu Vania dan kandungannya baik-baik saja. Tidak ada gangguan yang berarti. Hanya terjadi kontraksi palsu. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada istri anda, Pak?" dokter tersebut mengira Liam adalah suami Vania. Sedang Arman hanya terdiam tak berani berkomentar sebab, Liam pun tak membantah ucapan sang dokter.

"A–begitu ya dok. Lalu, apakah Vania sudah bisa dibawa pulang?" Agak canggung Liam menjawab.

"Tunggu sampai cairan infusnya habis. Setelah itu anda boleh membawa istri anda pulang. Oh ya, sebaiknya periksakan istri anda ke dokter kandungan untuk memastikan keadaan janinnya!."

Entah mengapa Liam merasa begitu khawatir akan keadaan Vania dan bayinya. Sampai saat ini dadanya masih berdebar-debar. Namun, setelah mendengar penjelasan dari sang dokter hatinya kini lebih tenang.

"Tuan Muda. Apakah kita jadi membawa nona Vania pulang ke Jakarta dengan keadaannya yang seperti ini?" Arman memberanikan diri bertanya tentang tujuan mereka menemui Vania yaitu ingin membujuk wanita hamil tersebut agar mau ikut pulang ke kediaman Ghazala.

Liam memijiit pelipisnya. " Ah iya, kenapa tadi aku sampai lupa menanyakannya pada dokter. Baiklah, besok akan aku tanyakan pada dokter spesialis kandungan apakah keadaannya aman untuk bepergian menaiki pesawat."

"Baik Tuan. Begitu lebih baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan." Arman mengangguk menyetujui usul dari Liam.

"Maksudmu nanti bisa saja terjadi sesuatu pada Vania dan janinnya, begitu?" Sifat pemarahnya mulai kambuh lagi. Arman sampai bergidik ngeri melihat tatapan nyalang sang Tuan Muda padanya.

"Bu–bukan begitu maksud saya Tuan Muda. Hanya memastikan saja agar semua baik-baik saja saat perjalanan nanti." Arman tersenyum dengan wajanh meringis karena takut.

Meskipun dokter telah mengizinkan Vania pulang namun, Liam tetap bersikeras menginginkan agar Vania dirawat inap saja. Akhirnya Arman di perintahkan untuk ikut menginap dan menjaga Vania agar tidak kabur lagi.

"Kau menginaplah di sini, jaga dia jangan sampai kabur lagi. Dan awas saja kalau kau macam-macam." Ancamnya yang tidak jelas.

"Memangnya saya mau melakukan apa terhadap nona Vania. Mana saya berani Tuan dengan wanita anda." Arman berguman pelan tapi sialnya pendengaran Liam begitu tajam dan tentu saja.laki-laki itu langsung menoleh dan menatap tajam sang asisten setianya tersebut.

"Bicara apa kamu barusan?"

"Oh, tidak-tidak ada Tuan Muda. Baik, saya akan menjaga nona Vania dengan baik. Eh...maksud saya dengan ketat, Tuan." Lagi-lagi Arman hampir saja mendapat semprotan amarah dari boss galaknya itu.

"Hem—besok pagi-pagi sekali kau daftarkan ke poli kandungan. Jam 8 an aku akan datang." Setelah memberi perintah, Liam pun melangkah pergi namun, sekilas ia menatap Vania yang masih terlelap diatas tempat tidur. Liam menempatkan Vania diruangan VVIP.

Sinar mentari mulai meninggi. Sekitar jam 8 lebih beberapa menit Liam telah tiba di rumah sakit. Dan Arman sudah melakukan apa yang diperintahkan dengan mendaftarkan Vania ke dokter kandungan

Saat ini Liam menemani Vania diruang periksa. Vania sudah dalam posisi rebahan diatas brankar dengan dokter yang telah siap melakukan pemeriksaan USG. Liam tampak begitu antusias megamati dokter yang mulai meenggerakkan Probe (alat pemindai).diatas permukaan perut buncit Vania.

Sebenarnya Vania sangat malu dan risih karena Liam dapat melihat perutnya yang terekspos. Ya meskipun laki-laki itu sudah pernah melihatnya namun, tetap saja ia merasa kurang nyaman karena Liam bukanlah siapa-siapanya. Walaupun sebenarnya Liam adalah ayah biologis dari bayi yang dikandungnya.

"Ya–semuanya baik. Dedeknya sangat sehat dan aktif. Lihatlah bapak dan Ibu, bayi kalian bergerak begitu lincah. Dan apakah kalian ingin mengetahui jenis kelaminnya?"

"Tidak–."

"Iya, boleh dokter!"

Keduanya kompak berbicara namun dengan jawaban yang berbeda.

"Jadi, bagaimana...mau tahu atau tidak?"

"Tentu saja dokter, tolong beritahu kami."

Vania menghela nafas panjang. Tak bisa menolak ataupun membantah semua perkataan dan keinginan Liam yang super pemaksa itu. Hanya bisa pasrah saja.

dokter pun kembali menggerakkan probe dan mencati letak posisi tubuh bawah si babyi dan akhirnya ketemu dan dapat terlihat jelas.

"Nah, itu dia...seorang jagoan. Jenis kelamin bayinya laki-laki." dokter tersenyum pada pasangan calon orang tua baru itu.

"Laki-laki–." Liam tak lepas memperhatikan layar yang menampilkan sebuah gerakan-gerakan bayi yang masih berada di dalam rahim Vania. Ya...bayi itu miliknya nya juga.

Setelah menebus vitamin, Liam pun telah memutuskan Vania harus ikut pulang ke Jakarta. Pria arogan itu mengancam dan menakut-nakuti bahwa bi Arum sering sakit-sakitan semenjak ditinggal pergi Vania.

Mendengar hal itu tentu saja membuat Vania sangat khawatir dan merasa bersalah. Karena dirinya sang bibi jadi merasa kesusahan sampai jatuh sakit. Padahal itu semua hanyalah taktiknya agar Vania menurut.

"Bagaimana? Apa perlu aku telponkan bi Arum sekarang, aku rasa kau tidak akan tega melihat keadaannya yang sangat memperihatinkan."

"Benarkah? Kasihan bi Arum."

"Malah bengong. Ayo jawab, mau ikut pulang atau tidak. Itu pun jika kamu masih mempunyai rasa kemanusiaan dan juga kasih sayang pada bi Arum mu itu."

Menghela nafas dalam. 'Hh–baiklah, saya akan ikut pulang. Demi bi Arum."

"Ck, dasar si Tuan Pemaksa." Vania merutuki sikap Liam yang selalu berbuat seenaknya sendiri.

"Good girl."

Liam melangkah keluar rumah sakit dengan tersenyum puas. Sedangkan Arman membantu membawa tas jinjing yang berisi pakaian milik Vania.

Bersambung.

Episodes
1 01. Malapetaka
2 02. Liam Tarendra Ghazala
3 03. Bertemu kembali
4 04. Jangan-jangan aku hamil
5 05. 500 juta atau 1 milyar?
6 06. Tuan Muda Wira
7 07. Mau menikahi Vania?
8 08. Pulang kampung
9 09.Vania hamil, Ma
10 10. Perasaan bersalah
11 11. Pergi
12 12. Rempeyek Bayam Crispy Vania
13 13. Membujuk
14 14. Si Tuan Pemaksa
15 15. Kembali bekerja
16 16. Bertunangan
17 17. Pesta Pertunangan
18 18. Baku hantam
19 19. Melahirkan
20 20. Kiano Safaraz
21 21. Rencana Vania
22 22. Test DNA
23 23. Keputusan Vania
24 24. Terungkap
25 25. Pergi
26 26. Interview
27 27. Diterima
28 28. Hari pertama bekerja
29 29. Permintaan
30 30. Di jemput boss
31 31. Datang ke pesta
32 32. Bertemu Liam
33 33. Mengatar Vania pulang
34 34. Berkhayal yang iya iya
35 35. Kata sepakat
36 36. Hamil lagi
37 37. Pulang
38 38. Permintaan Wira
39 39. Belum siap
40 40. Pesta ulang tahun pertama Kiano
41 41. Menunaikan kewajiban
42 42. Khilaf
43 43. Rencana pasang kb
44 44. Hadiah pernikahan
45 45. Honeymoon
46 46. Bertemu Wira
47 47. Siapa Wira
48 48. Kepulangan Wira
49 49. Rasa yang masih ada
50 50.Kekasihku
51 51. Rencana Jahat Rendy
52 52. Menghadiri Pesta
53 53. Menyelamatkan Shinta
54 54.Permintaan Mama Helen
55 55. Keputusan akhir
56 56. Membawa kabur anak gadis orang
57 57. Surat Perjanjian
58 58. Pernikahan Wira & Shinta
59 59. Tamu tak diundang
60 60. Keceplosan
61 61. Namanya Lingerie
62 62. Men-service Suami
63 63. Aku menginginkanmu
64 64. Unboxing
65 65. Sikap Wira
66 66. Meraih surga dunia
67 67. Bulan Madu?
68 68. Mengantar istri
69 69. Dia siapa?
70 70. Membeli Gaun
71 71. Shinta tahu kebenarannya
72 72. Dilema
73 73. Sikap dingin Shinta
74 74. Kerumah Vania
75 75. Jatuh pingsan
76 76. Hamil?
77 77. Kecewa
78 78. Ketahuan
79 79. Mama Helen tahu
80 80. Kecupan hangat
81 81. Vania melahirkan
82 82. Kirena Azzahra
83 83. Berkunjung ke kantor Suami
84 84. Bertemu Anton
85 85. Hasutan Regina
86 86. Main bola bertiga
87 87. Tragedi berdarah
88 88. Kelahiran Baby Aaron
89 89. Kembalinya ingatan Shinta
90 90. Makan malam romantis
91 91.S2.Pesona Kiano
92 92.S2.Pembantu baru
93 93.S2.Wah....tampannya!
94 94.S2.Diantar ke Sekolah
95 95.S2.Tantangan untuk Kiano
96 96.S2. Menembak Inara
97 97.S2. Telah ternoda
98 98.S2. Cukup tahu diri
99 99.S2. Mual
100 100.S2. Malah Pacaran
101 101.S2. Apa yang mesti akun ingat?
102 102.S2. Datang ke pesta
103 103.S2. Pengakuan Inara
104 104.S2. Berhenti sekolah
105 105.S2. Mengakui
106 106.S2. Kabur
107 107.S2. Tawaran dari Jay
108 108.S2. Bersitegang
109 109.S2. Di usir
110 110.S2. Memberitahu Vania
111 111.S2. Menjemput Inara
112 112.S2. Ingin memeluknya
113 113.S2. Mas Kiano
114 114,S2. Perhatian suami
115 115.S2. Menyapa anak kita
116 116.S2. Tiga om super ganteng
117 117.S2. Malam kedua
118 118.S2. Kebahagiaan Inara
119 119.S2. Kelahiran baby Aska Hooman Ghazala (END)
Episodes

Updated 119 Episodes

1
01. Malapetaka
2
02. Liam Tarendra Ghazala
3
03. Bertemu kembali
4
04. Jangan-jangan aku hamil
5
05. 500 juta atau 1 milyar?
6
06. Tuan Muda Wira
7
07. Mau menikahi Vania?
8
08. Pulang kampung
9
09.Vania hamil, Ma
10
10. Perasaan bersalah
11
11. Pergi
12
12. Rempeyek Bayam Crispy Vania
13
13. Membujuk
14
14. Si Tuan Pemaksa
15
15. Kembali bekerja
16
16. Bertunangan
17
17. Pesta Pertunangan
18
18. Baku hantam
19
19. Melahirkan
20
20. Kiano Safaraz
21
21. Rencana Vania
22
22. Test DNA
23
23. Keputusan Vania
24
24. Terungkap
25
25. Pergi
26
26. Interview
27
27. Diterima
28
28. Hari pertama bekerja
29
29. Permintaan
30
30. Di jemput boss
31
31. Datang ke pesta
32
32. Bertemu Liam
33
33. Mengatar Vania pulang
34
34. Berkhayal yang iya iya
35
35. Kata sepakat
36
36. Hamil lagi
37
37. Pulang
38
38. Permintaan Wira
39
39. Belum siap
40
40. Pesta ulang tahun pertama Kiano
41
41. Menunaikan kewajiban
42
42. Khilaf
43
43. Rencana pasang kb
44
44. Hadiah pernikahan
45
45. Honeymoon
46
46. Bertemu Wira
47
47. Siapa Wira
48
48. Kepulangan Wira
49
49. Rasa yang masih ada
50
50.Kekasihku
51
51. Rencana Jahat Rendy
52
52. Menghadiri Pesta
53
53. Menyelamatkan Shinta
54
54.Permintaan Mama Helen
55
55. Keputusan akhir
56
56. Membawa kabur anak gadis orang
57
57. Surat Perjanjian
58
58. Pernikahan Wira & Shinta
59
59. Tamu tak diundang
60
60. Keceplosan
61
61. Namanya Lingerie
62
62. Men-service Suami
63
63. Aku menginginkanmu
64
64. Unboxing
65
65. Sikap Wira
66
66. Meraih surga dunia
67
67. Bulan Madu?
68
68. Mengantar istri
69
69. Dia siapa?
70
70. Membeli Gaun
71
71. Shinta tahu kebenarannya
72
72. Dilema
73
73. Sikap dingin Shinta
74
74. Kerumah Vania
75
75. Jatuh pingsan
76
76. Hamil?
77
77. Kecewa
78
78. Ketahuan
79
79. Mama Helen tahu
80
80. Kecupan hangat
81
81. Vania melahirkan
82
82. Kirena Azzahra
83
83. Berkunjung ke kantor Suami
84
84. Bertemu Anton
85
85. Hasutan Regina
86
86. Main bola bertiga
87
87. Tragedi berdarah
88
88. Kelahiran Baby Aaron
89
89. Kembalinya ingatan Shinta
90
90. Makan malam romantis
91
91.S2.Pesona Kiano
92
92.S2.Pembantu baru
93
93.S2.Wah....tampannya!
94
94.S2.Diantar ke Sekolah
95
95.S2.Tantangan untuk Kiano
96
96.S2. Menembak Inara
97
97.S2. Telah ternoda
98
98.S2. Cukup tahu diri
99
99.S2. Mual
100
100.S2. Malah Pacaran
101
101.S2. Apa yang mesti akun ingat?
102
102.S2. Datang ke pesta
103
103.S2. Pengakuan Inara
104
104.S2. Berhenti sekolah
105
105.S2. Mengakui
106
106.S2. Kabur
107
107.S2. Tawaran dari Jay
108
108.S2. Bersitegang
109
109.S2. Di usir
110
110.S2. Memberitahu Vania
111
111.S2. Menjemput Inara
112
112.S2. Ingin memeluknya
113
113.S2. Mas Kiano
114
114,S2. Perhatian suami
115
115.S2. Menyapa anak kita
116
116.S2. Tiga om super ganteng
117
117.S2. Malam kedua
118
118.S2. Kebahagiaan Inara
119
119.S2. Kelahiran baby Aska Hooman Ghazala (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!