Empat hari sejak kepergian Vania, akhirnya bi Arum telah kembali dari kampung halamannya. Wanita paruh baya itu pun segera.menuju ke kamar sang keponakan setelah menaruh tas dan barang bawaannya kedalam kamarnya sendiri.
Tok tok tok
"Vania, ini bibi sudah kembali. Vania...bibi masuk ya."
Krieett
Bi Arum mengernyit heran karena kamar yang ditempati Vania kosong dan tampak rapi. Tiba-tiba perasaannya tak enak, ia pun langsung memeriksa lemari pakaian dan saatembukanya betapa terkejutnya ia, kosong...semua pakaian Vania tidak ada.
"Ya Allah, kamu pergi kemana nak? Sudah bibi bilang tunggulah sampai bibi kembali tapi,kenapa kamu malah peegi tanpa minta izin pada bibimu ini, Vania. Kasihan kamu, nak. Apa telah terjadi sesuatu saat aku tidak ada disini? Murni dan Erna...Ya, pasti mereka tahu sesuatu atau merekalah penyebab Vania pergi."
Dengan pikiran yang kalut, bi Arum langsung mencari keberadaan Murni dan Erna dan menemukan keduanya tengah beraantai ria di belakang dekat kolam ikan.
"Murni, Erna! ada yang ingin aku tanyakan pada kalian berdua, ini mengenai Vania. Apa kalian tahu penyebab Vania pergi? Jangan bilang kalau kalianlah yang menyebabkannya pergi dari sini."
"B–bi Arum sudah kembali. Itu bi, bukan...kami sama sekali tak tahu apa-apa. Hanya saja Vania ketahuan kalau sedang hamil. Mungkin Nyonya–" Murni yang menjawab pertanyaan bi arum.
"Lebih baik bibi tanyakan saja langsung pada Nyonya Helen. Karena beliau lah yang terakhir berbicara dengan Vania." Erna memotong perkataan Murni, jangan sampai temannya itu kebablasan bicara malah mereka yang akan semakin tersudutkan dan dianggap sebagai penyebab awal Vania kabur.
"Nyonya–?"
Tanpa berkata apapun lagi. Bi Arum bergegas menemui Nyonya Helen yang tengah berada di kamarnya.
Tok tok tok
"Permisi Nyonya, saya bi Arum."
Kriett
"Bi Arum.Kamu sudah kembali? A–ada apa ya, bi?" Nyonya Helen sempat mematung melihat keberadaan bi Arum.
"Iya, Nyonya. Saya baru saja tiba. Em...Maaf, Nyonya. Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda. Ini mengenai keponakan saya, Vania."
DEG
"Aduh, bagaimana ini . Apa yang akan aku katakan pada bi Arum mengenai kepergian keponakannya itu. Kejadiannya berlangsung begitu cepat dan aku sama sekali tak bisa mencegah kepergian gadis malang itu."
"Nyonya–maaf, apa boleh saya bicara sekarang saja?"
"Oh, iya iya bi. Mari...kita bicara dibawah saja."
Nyonya Helen menceritakan semua kronologis kejadian yang sebenarnya dan wanita itu pun meminta maaf karena lalai dan tidak bisa menjaga Vania dengan baik.
"Semua sudah terjadi Nyonya, tidak bisa di putar ulang kembali. Saya yang seharusnya meminta maaf karena tidak menceritakan perihal keadaan Vania yang sebenarnya pada anda."
"Sebenarnya apa yang telah dialami oleh Vania sih, bi. Sampai dia bisa hamil.Apakah laki-laki itu tidak mau bertanggjng jawab?"
"Sebenarnya begini kejadiannya Nyonya–"
Bi Arum mulai menceritakan kisahpilu yang dialami keponakannya itu. Dan sampai saat ini Vania sama sekali tidak mengetahui orang yang telah menodainya. Hingga bi Arum dan Vania sepakat akan berhenti bekerja. Bi Arum sudah bertekad akan mendampingi Vania dan akan membesarkan bayi tersebut bersama-sama. Namun, kenyataannya kini gadis malang itu malah kabur dan pergi entah kemana. Bi Arum sangat menyesal mengapa waktu itu.Vania tidak diajaknya ke kampung saja.
"Laki-laki brengsek yang memanfaatkan gadis polos hanya demi melampiaskan hasrat kelelakiannya. Biadab sekali orang itu." Nyonya Helen begitu geram meskipun ia tak mengenal si pemerkosa itu yang tak lain adalah putranya sendiri.
Bi Arum akhirnya bisa bernafas lega karena Nyonya Helen mengatakan akan terus mengupayakan pencarian mengenai keberadaan Vania. Hingga saat inimasih bum menemui titik terang. Tapi, Nyonya Helen tak akan pernah berhenti untuk mencari Vania. Entah mengapa Nyonya Helen merasa begitu dekat dengan gadis muda itu.
Waktu pun berlalu begitu cepat. Dari hari kehari, minggu ke minggu dan kini sudah 6 bulan berlalu sejak kepergian Vania. Nyonya Helen pun tidak menghentikkan pencariannya terhadap Vania.Sejak awal gadis itu datang, wanita itu sudah sangat menyukainya. Nyonya Helen berjanji pada bi Arum akan membawa Vania kembali.
Sementara itu di tempat yang berbeda, tepatnya di sebuah gedung perusahaan milik Liam sendiri. Sang Ceo yaitu pria tampan dan berkharisma tengah duduk di kursi kebesarannya sambil membuka sebuah map dan membaca isi dari laporan yang baru saja sampaikan oleh sang asisten. Liam diam-diam menugaskan Arman untuk mencari keberadaan Vania dengan menyuruh beberapa orang detektif profesional. Dan itu ialakukan tanpa sepengetahuan keluarganya.
"Apa saja kerjaan mereka, Arman? mengapa sampai saat ini Vania belum juga ditemukan. Masa' mencari satu orang saja mereka tidak becus sama sekali. Hh...!" Liam menghela nafas panjang.
Arman yang mendapat komplain dari sang boss tentu saja merasa tidak enak. Ia merasa tidak bisa.bekerja dengan baik.
"Maafkan kami Tuan Muda yang belum beehasil menemukan nona Vania."
"Ya sudah, tetap lakukan pencarian dan apabila telah ketemu bawa gadis itu kembali ke mansion!" Perintahnya pada Arman sang asisten. Arman pun mengangguk lalu, keluar dari ruangan sang boss.
"Sepertinya ada sesuatu yang janggal dari sikap Tuan Muda. Untuk apa dia bersusah payah mencari gadis itu. Arman mengira waktu itu Vania adalah wanita sewaan dari sang Tuan Muda. Apa jangan-jangan Tuan Muda telah menyesal dan ingin bertanggung jawab pada gadis itu."
Disebuah rumah kecil sederhana yang ia sewa sejak beberapa bulan yang lalu,kandungan Vania telah measuki bulan ke 7. Hidup sebatang kara tak membuatnya patah semangat. Meskipun dalam keadaan hamil ia masih bisa melakukan pekerjaan apapun.
Vania baru saja selesai mengepak barang dagangannya, yaitu rempeyek bayam. Ya Vania memutuskan akan memulai usah kecil-kecilan karena ia yakin tidak akan ada seorang pun yang akan mau mempekerjakan wanita hamil seperti dirinya.
"Hh–capeknya. Kamu sudah lapar ya sayang? Ayo kita makan dulu." Kemudian ia mulai menyantap makan malamnya yang hanya sayur sop dan tempe goreng. Menu sederhana namun cukup bergizi untuk bayinya.
Di kediaman keluarga Ghazala sedang berlangsung sebuah acara syukuran sekaligus perkenalan antar dua keluarga. Ya, usia Liam yang memang sudah matang dan harusnya sudah berkeluarga. Membuat Tuan Bisma dan Nyonya Helen berinisiatif untuk mencarikan calon pendamping untuk putra sulungnya itu.Seorang putri dari teman dekat Tuan Bisma. Gadiss itu bernama Elma.
"Liam, ayo...kenapa diam saja? mengobrolah dengan Elma atau nanti kalian bisa jalan berduaan saja!itu akan sangat baik untuk kalian berdua agar bisa mengenal lebih dekat satu sama lain." Nyonya Helen Menyuruh sang putra namun, Liam sepertinya tidak seantusias sang mama.
"Ekhem, Maaf Ma.sepertinya aku harus tidur cepat.Sebab besok pagi-pagi sekali aku harus terbang ke jogja memantau proyek di sana." Liam menolak dengan halus dan memang benar esok hari ia dan Arman akan bertolak ke jogja.
"Oh, tidak apa-apa kok tante. Kasihan Liam mumgkin dia lelah karena seharian sibuk di kantor." Elma tersenyum tipis, senyuman yang menyimpan rasa kecewa karena Liam seperti tak tertarik padanya.
Sesuai rencana Liam dan Arman pagi ini besiap akan bertolak ke Jogjakarta.
"Man, nanti tolong kamu minta laporan seluruh kegiatan proyek pada kepala kantor cabang disini. Hari ini aku mau rehat dulu. Kepalaku agak pusing."
"Baik, Tuan Muda."
Ditengah perjalanan menuju hotel, mobil yang ditunpangi keduanya berhenti didepan sebuah toko kelontong. Liam tiba-tiba meminta Arman untuk membelikannya sebungkus rokok.
Sebebarnya sudah sejak lama Liam tidak merokok lagi namun, entah mengapa akhir-akhir ini ia merasa suntuk dan ingin relax sejenak.
Sesampainya dihotel, Liam pun segera membersihkan diri lalu, bersantai di sofa sambil menonton televiai.
"Apa yang kau bawa itu?" Liam menunjuk tas kresek yang sedang ditenteng Arman.
"Oh, ini cuma camilan kok Tuan. Saya membelinya.di toko tadi."
"Camilan–apa?" Tumben sekali Liam tertarik dengan hal-hal sepele seperti itu.
"Ini, rempeyek bayam Tuan Muda. Tadi saya mencoba testernya dan rasanya sangat enak. Gurih dan crispy. Apakah anda mau?"
"Boleh, tinggalkan satu bungkus saja!"
Setelah itu Arman pun pamit undur diri untuk kekamarnya. Sedangkan Liam masih menatap penuh minat pada bungkusan yang tergeletak diatas meja. Liam pun segera meraihnya dan ingin mencobanya. Tapi, keningnya mengkerut ketika membaca tulisan pada bungkusnya
"Rempeyek Bayam Crispy Vania?"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments