10. Perasaan bersalah

Liam, Wira...sebenarnya apa yang terjadi, Vania sakit apa?" Nyonya Helen bertanya pada kedua putranya.

"Vania hamil, Ma!"

"APAA?"

Nyonya Helen sangat terkejut mendengar pengakuan dari putra bungsunya itu.Sepertinya wanita paruh baya tersebut telah salah tanggap akan ucapan sang putra.

"Bagakmana bisa,Wira? Tega sekali kamu telah merusak anak orang dan juga Vania itu masih terlalu muda untuk...ah, mama tak habis pikir kenapa kamu bisa melakukannya Wira."

Kening Wira mengkerut mencerna segala ucapan sang mama dan ia pun sadar kalau mama nya itu telah salah paham mengira kalau dialah yang telah menodai Vania sampai hamil.

"Mama–jadi, Mama mengira kalau aku yang telah berbuat tak senonoh terhadap Vania? Ya ampun Ma, demi Allah aku ngak sebrengsek itu sampai menodai anak gadis orang. Aku saja baru tahu jika Vania hamil." Wira sungguh tak habis pikir sampai sang Mama menuduhnya seperti itu.

Mendengar penjelasan dari sang putra, Nyonya Helen bisa menghela nafas lega karena ternyata Wira putra kesayangannya bukanlah laki-laki yang telah merusak masa depan Vania."Lalu, siapa laki-laki itu. Yang tega melakukannya pada gadis sepolos Vania."

"Maka dari itu, akan lebih baik jika Mama yang menanyakannya langsung padanya karena kalian kan sama-sama perempuan mungkin Vania bisa.lebih terbuka." Saran Wira pada sang Mama.

"Kamu Liam, kenapa sejak tadi Mama lihat kamu diam saja. Seperti ada yang sedang kamu pikirkan."

Ditegur oleh sang Mama membuat Liam sontak tersadar dari lamunannya. Benar, Liam memang sedang galau memikirkan apakah janin yang dikandung Vania itu adalah miliknya atau bukan.

"Oh, Ti–dak apa-apa kok,Ma.Aku hanya sedang lelah saja dengan pekerjaan kantor." Elaknya agar sang Mama tidak curiga.

" Begitu. Mama kira ada apa. Ya sudah, lebih baik kalian istirahat saja. Masalah Vania biar Mama yang akan mengurusnya."

"oh ya Ma, ada satu lagi yang harus Mama urus. Ini mengenai Murni dan Erna. Merekalah yang telah berbuat jahat terhadap Vania. Besok pagi saja kita membahasnya lagi."

Nyonya Helen masih belum mengerti apa yang dimaksu oleh Wira. Tapi, ia pun mengangguk menuruti keinginan dari putranya itu.

Tok tok tok

"Vania, apakah kamu sudah tidur? Bolehkah aku masuk?" Nyonya Helen saat ini telah berad didepan pintu kamar Vania lalu mengetuknya perlahan.

"Iya, sebentar Nyonya." Terdengar sahutan dari dalam. Nyonya Helen pun memutar handle pintu lalu masuk kedalam.

Vania terlihat baru saja akan turun dari atas tempat tidurnya, ia baru akan membuka pintu untuk majikannya tersebut.

"Sudah-sudah, lebih baik kamu rebahan saja!"

"Ba–baik Nyonya."

"Bagaimana keadaanmu, apakah sudah lebih baik? Apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?"

DEG

"Baiklah Vania, kini saatnya kamu harus mengakuinya dan berkata yang sejujurnya tentang kehamilanmu. Kamu harus kuat Vania, apapun yang akan terjadi nantinya.Ini sudah menjadi resiko yang harus kau tanggung sendiri, Vania. Vania menyemangati dirinya sendiri dan juga berusaha untuk tetap kuat.

"Saya sudah lebih baik. Silahkan, apa yang ingin Nyonya tanyakan kepada saya?" Vania menundukkan wajahnya tak berani menatap langsung sang majikan.

"Begini Vania. Apa benar jika saat ini kamu tengah hamil? Maaf, aku tidak bermaksud apa-apa.Hanya saja...apa bi Arum tahu?" Nyonya Helen berbicara sehati-hati mungkin agar gadis muda itu tidak merasa ditekan.

"I–iya, Nyonya. Saya memang ha–mil. Tapi, Nyonya tidak usah khawatir karena saya akan berhenti bekerja dan segera pergi dari sini. Dan bi Arum sudah tahu, Nyonya."

Nyonya Helen terdiam, ia bingung harus berkomentar apa lagi. Karena Vania adalah keponakan dari bi Arum asisten rumah tangganya yang paling dipercayanya. Bagaimana ia harus menyingkapi masalah tersebut.

"Nyonya–tolong jangan sangkut pautkan masalah saya dengan bi Arum dan tolong jangan memecatnya, Nyonya. Biar saya saja yang menanggung segala kesalahan saya sendiri "

"Kamu itu ngomong apa,Vania. Aku tidak akan berbuat seperti apa yang kamu pikirkan. Bi Arum sudah bekerja puluhan tahun di sini bahkan sejak Liam dan Wira masih remaja. Jadi, aku tidak akan pernah memberhentikannya. Dan juga soal masalah kehamilanmu aku tidak akan mempermasalahkannya. Kamu masih boleh tetap bekerja dan tinggal disini."

Tatapan Nyonya Helen yang teduh dan tanpa menghakimi membuat Vania merasa tenang namun, rasa malu dan tak enak hati masih mennggelayuti pikirannya.

"Emm–Vania, apa aku boleh tahu dimana ayah biologisnya?" Nyonya Helen lagi-lagi bertanya sehalus mungkin agar gadis itu tidak tersinggung.

"Saya sekali lagi mohon maaf Nyonya jika, saya tidak bisa menceritakan apa yang terjadi pada diri saya dan siapa laki-laki itu–."

Akhirnya pembicaraan dari hati-kehati meskipun singkat, dapat membuat Vania merasa bebannya berkurang. Tapi,ia akan tetap pada rencana awalnya segera pergi agar tidak membuat malu dan menyusahkan sang bibi.

"Secepatnya aku harus pergi dari sini. Maafkan Vania ya, bi." Air matanya bahkan sudah tak terbendung lagi, Vania kembali terisak dalam kesendiriannya.

Keesokkan harinya, pagi-pagi sekali Vania sudah bangun lalu segera mengerjakan tugasnya mwnyiapkan sarapan pagi untuk para majikan. Ia tak menunggu Murni dan Erna yang telah membocorkan rahasia kehamilanny secara tidak langsung pada majikan mereka.

Usai meyelesaikan masakannya dan menghidangkannya diatas meja makan, ia pun bergegas mengerjakan tugasnya yang lain seperti biasanya. Yaitu membersihkan area depan mansion. Vania tak tahu jika ada sepasang mata tengah memperhatikannya dari atas balkon kamar. Ya, dia adalah Liam.

Ada perasaan bersalah yang tidak bisa diungkapkannya dikarenakan rasa.gengsi.dan juga keraguan akan janin yang tengah dikandung Vania. Apakah itu benihnya atau milik laki-laki lain.

"Apakah janin itu milikku atau laki-laki lain? haruskah aku memaksanya agar dia mengakui hal yang sebenarnya. Tapi, gadis itu ternyata sangat keras kepala dan selalu menantangku. Sungguh menyebalkan."

Liam masih berdiri sambil terus mengawasi Vania yang tengah menyapu taman. Hingga suara ketumkan pintu menghentikkan kegiatannya.

Tok tok tok

"Liam, apakah kamu sudah bangun?"

Ceklekk

"Iya Ma, ini aku baru saja bangun. Ada apa Ma?"

"Mama kira kamu masih tidur. Katanya kamu akan ada meeting pagi. Takut kamu telat nanti."

"Enggaklah Ma, aku juga kan sudah bangun sejak tadi. Mana mungkin aku lupa hal sepenting itu." Jawab Liam, ia memang sudah terbangun sejak tadi bahkan tengah asik memperhatikan Vania dari balkon kamarnya.

Setelah membangunkan putra sulungnya, kini Nyonya Helen beralh ke kamar Wira untuk membangunkan putra bungsunya.

Tok tok tok

"Wira–Wira, kamu sudah bangun belum,sayang? Ayo cepat bangun, ini sudah siang...Wira!"

Ceklekk

"Hoaamm– iya Ma, ini juga sudah bangun karena suara Mama yang seperti alarm jam wekker." Candanya sambil cengengngesan pada sang mama.

Wira memang paling susah kalau bangun pagi. Apalagi jika malamnya lembur menyelesaikan pekerjaan kantornya yang dibawa pulang karena belum rampung.

"Ish–anak ini, ya sudah sana cepat mandi dan turun untuk sarapan sebelum berangkat kekantor!"

"Iya iya, ibu ratu. hamba akan siap dalam sekejap, eh...tidak setengah jam lebih dikit. Dijamin tak akan telat. Oke, yang mulia." Membungkukkan badannya seperti memberi hormat.

"Dasar anak manja." Nyonya Helen mencubit gemas pipi putra manjanya itu.

"AduhMa, nanti ketampananku berkurang karena pipiku jadi tembem sebelah." Mengusap-usap sebelah pipinya yang dicubit sang mama.

Wira adalah anak kesayangan Nyonya Helen namun, bukan berarti Liam bukan anak kesayangannya juga namun, sifat Wira yang lebih terbuka dan membawa keceriaan di keluarga Ghazala.

Usai sarapan bersama seperti biasa keluarga itu berbincang sejenak di ruang keluarga. Ya juga karena ada yang ingin mereka bahas mengenai Vania.

"Bagaimana Ma, apa yang dikatakan Vania?" Tanya Wira yang sedari awal memang begitu tertarik dengan gadis itu.

"Ya ngak gimana-gimana, sih. Mama kan ngak ada hak untuk mengorek permasalahan pribadi orang lain meskipun dia bekerja untuk kita."

"Iya juga sih, Ma. Hanya saja aku ngak nyangka jika gadis semuda dan sepolos Vania bisa melakukan hal di luar batas seperti itu. Apa kita yang selama ini telah salah menilainya?"

"Hush–kalau ngomong jangan sembarangan, Wira. Kasihan kalau sampai dia mendengarnya.Begini saja, kita tunggu bi Arum kembali dan kita akan tanyakan langsung padanya."

Wira mengangguk namun, ada pemandangan aneh yang diperlihatkan oleh Liam yang biasanya selalu bermulut pedas jika menyangkut Vania. Nyonya Helen mengernyit penuh tanya ada apa dengan putranya itu.

"Liam, kenapa kamu diam saja.Tumben? Apakah kamu sedang ada masalah?" Itu Tuan Bisma yang juga menyadari keterdiaman Liam dan menegurnya.

Liam yang tengah melamun itu pun tersentak kaget lalu beralih menatap sang papa dan tersenyum kaku. "Oh...tidak ada apa-apa kok, Pa."

"Sampai lupa kan, Ma...tolong beri peringatan pada Murni dan Erna. Sikap mereka sudah keterlaluan pada Vania, sebenarnya apa yang mereka lakukan waktu itu sudah termasuk perbuatan kriminal karena menyebabkan nyawa seseorang hampir hilang. Kalau perlu pecat saja mereka berdua, Ma!" Wira kesal bila mengingat perlakuan kedua pembantunya itu ketika membully Vania.

Ketika mereka masih berbincang serius, tiba-tiba pandangan Liam menangkap sosok Vania yang sedang berjalan menuju ke arah belakang.

"Ma, Aku mau kekamar sebentar, ada yang kelupaan."

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Nora♡~

Nora♡~

Semangat terus thor... Sekarang Liam... rasa bersalah apa yang terjadi... jangan tertanya... tanya Liam siapa yang menghamili ada kah kau atau orang lain sedangkan... kau yang meraggut kesucian Vania hingga yaa hamil... tak kan itu kau tak sedar... baru dia sampai dan ketemu dengan mu gara2 kau marah dan kau bawa Vania ke hotel dan rosakkan dia... kau juga lihat darah keperawanannya... kau nie... memang jahat dan tak punya hati... tau tak😡😡mau jerr tembak kau dengan Mariam katak Kadabooommm.!!!! kena bom berkecai... lanjuutt...

2023-05-23

1

lihat semua
Episodes
1 01. Malapetaka
2 02. Liam Tarendra Ghazala
3 03. Bertemu kembali
4 04. Jangan-jangan aku hamil
5 05. 500 juta atau 1 milyar?
6 06. Tuan Muda Wira
7 07. Mau menikahi Vania?
8 08. Pulang kampung
9 09.Vania hamil, Ma
10 10. Perasaan bersalah
11 11. Pergi
12 12. Rempeyek Bayam Crispy Vania
13 13. Membujuk
14 14. Si Tuan Pemaksa
15 15. Kembali bekerja
16 16. Bertunangan
17 17. Pesta Pertunangan
18 18. Baku hantam
19 19. Melahirkan
20 20. Kiano Safaraz
21 21. Rencana Vania
22 22. Test DNA
23 23. Keputusan Vania
24 24. Terungkap
25 25. Pergi
26 26. Interview
27 27. Diterima
28 28. Hari pertama bekerja
29 29. Permintaan
30 30. Di jemput boss
31 31. Datang ke pesta
32 32. Bertemu Liam
33 33. Mengatar Vania pulang
34 34. Berkhayal yang iya iya
35 35. Kata sepakat
36 36. Hamil lagi
37 37. Pulang
38 38. Permintaan Wira
39 39. Belum siap
40 40. Pesta ulang tahun pertama Kiano
41 41. Menunaikan kewajiban
42 42. Khilaf
43 43. Rencana pasang kb
44 44. Hadiah pernikahan
45 45. Honeymoon
46 46. Bertemu Wira
47 47. Siapa Wira
48 48. Kepulangan Wira
49 49. Rasa yang masih ada
50 50.Kekasihku
51 51. Rencana Jahat Rendy
52 52. Menghadiri Pesta
53 53. Menyelamatkan Shinta
54 54.Permintaan Mama Helen
55 55. Keputusan akhir
56 56. Membawa kabur anak gadis orang
57 57. Surat Perjanjian
58 58. Pernikahan Wira & Shinta
59 59. Tamu tak diundang
60 60. Keceplosan
61 61. Namanya Lingerie
62 62. Men-service Suami
63 63. Aku menginginkanmu
64 64. Unboxing
65 65. Sikap Wira
66 66. Meraih surga dunia
67 67. Bulan Madu?
68 68. Mengantar istri
69 69. Dia siapa?
70 70. Membeli Gaun
71 71. Shinta tahu kebenarannya
72 72. Dilema
73 73. Sikap dingin Shinta
74 74. Kerumah Vania
75 75. Jatuh pingsan
76 76. Hamil?
77 77. Kecewa
78 78. Ketahuan
79 79. Mama Helen tahu
80 80. Kecupan hangat
81 81. Vania melahirkan
82 82. Kirena Azzahra
83 83. Berkunjung ke kantor Suami
84 84. Bertemu Anton
85 85. Hasutan Regina
86 86. Main bola bertiga
87 87. Tragedi berdarah
88 88. Kelahiran Baby Aaron
89 89. Kembalinya ingatan Shinta
90 90. Makan malam romantis
91 91.S2.Pesona Kiano
92 92.S2.Pembantu baru
93 93.S2.Wah....tampannya!
94 94.S2.Diantar ke Sekolah
95 95.S2.Tantangan untuk Kiano
96 96.S2. Menembak Inara
97 97.S2. Telah ternoda
98 98.S2. Cukup tahu diri
99 99.S2. Mual
100 100.S2. Malah Pacaran
101 101.S2. Apa yang mesti akun ingat?
102 102.S2. Datang ke pesta
103 103.S2. Pengakuan Inara
104 104.S2. Berhenti sekolah
105 105.S2. Mengakui
106 106.S2. Kabur
107 107.S2. Tawaran dari Jay
108 108.S2. Bersitegang
109 109.S2. Di usir
110 110.S2. Memberitahu Vania
111 111.S2. Menjemput Inara
112 112.S2. Ingin memeluknya
113 113.S2. Mas Kiano
114 114,S2. Perhatian suami
115 115.S2. Menyapa anak kita
116 116.S2. Tiga om super ganteng
117 117.S2. Malam kedua
118 118.S2. Kebahagiaan Inara
119 119.S2. Kelahiran baby Aska Hooman Ghazala (END)
Episodes

Updated 119 Episodes

1
01. Malapetaka
2
02. Liam Tarendra Ghazala
3
03. Bertemu kembali
4
04. Jangan-jangan aku hamil
5
05. 500 juta atau 1 milyar?
6
06. Tuan Muda Wira
7
07. Mau menikahi Vania?
8
08. Pulang kampung
9
09.Vania hamil, Ma
10
10. Perasaan bersalah
11
11. Pergi
12
12. Rempeyek Bayam Crispy Vania
13
13. Membujuk
14
14. Si Tuan Pemaksa
15
15. Kembali bekerja
16
16. Bertunangan
17
17. Pesta Pertunangan
18
18. Baku hantam
19
19. Melahirkan
20
20. Kiano Safaraz
21
21. Rencana Vania
22
22. Test DNA
23
23. Keputusan Vania
24
24. Terungkap
25
25. Pergi
26
26. Interview
27
27. Diterima
28
28. Hari pertama bekerja
29
29. Permintaan
30
30. Di jemput boss
31
31. Datang ke pesta
32
32. Bertemu Liam
33
33. Mengatar Vania pulang
34
34. Berkhayal yang iya iya
35
35. Kata sepakat
36
36. Hamil lagi
37
37. Pulang
38
38. Permintaan Wira
39
39. Belum siap
40
40. Pesta ulang tahun pertama Kiano
41
41. Menunaikan kewajiban
42
42. Khilaf
43
43. Rencana pasang kb
44
44. Hadiah pernikahan
45
45. Honeymoon
46
46. Bertemu Wira
47
47. Siapa Wira
48
48. Kepulangan Wira
49
49. Rasa yang masih ada
50
50.Kekasihku
51
51. Rencana Jahat Rendy
52
52. Menghadiri Pesta
53
53. Menyelamatkan Shinta
54
54.Permintaan Mama Helen
55
55. Keputusan akhir
56
56. Membawa kabur anak gadis orang
57
57. Surat Perjanjian
58
58. Pernikahan Wira & Shinta
59
59. Tamu tak diundang
60
60. Keceplosan
61
61. Namanya Lingerie
62
62. Men-service Suami
63
63. Aku menginginkanmu
64
64. Unboxing
65
65. Sikap Wira
66
66. Meraih surga dunia
67
67. Bulan Madu?
68
68. Mengantar istri
69
69. Dia siapa?
70
70. Membeli Gaun
71
71. Shinta tahu kebenarannya
72
72. Dilema
73
73. Sikap dingin Shinta
74
74. Kerumah Vania
75
75. Jatuh pingsan
76
76. Hamil?
77
77. Kecewa
78
78. Ketahuan
79
79. Mama Helen tahu
80
80. Kecupan hangat
81
81. Vania melahirkan
82
82. Kirena Azzahra
83
83. Berkunjung ke kantor Suami
84
84. Bertemu Anton
85
85. Hasutan Regina
86
86. Main bola bertiga
87
87. Tragedi berdarah
88
88. Kelahiran Baby Aaron
89
89. Kembalinya ingatan Shinta
90
90. Makan malam romantis
91
91.S2.Pesona Kiano
92
92.S2.Pembantu baru
93
93.S2.Wah....tampannya!
94
94.S2.Diantar ke Sekolah
95
95.S2.Tantangan untuk Kiano
96
96.S2. Menembak Inara
97
97.S2. Telah ternoda
98
98.S2. Cukup tahu diri
99
99.S2. Mual
100
100.S2. Malah Pacaran
101
101.S2. Apa yang mesti akun ingat?
102
102.S2. Datang ke pesta
103
103.S2. Pengakuan Inara
104
104.S2. Berhenti sekolah
105
105.S2. Mengakui
106
106.S2. Kabur
107
107.S2. Tawaran dari Jay
108
108.S2. Bersitegang
109
109.S2. Di usir
110
110.S2. Memberitahu Vania
111
111.S2. Menjemput Inara
112
112.S2. Ingin memeluknya
113
113.S2. Mas Kiano
114
114,S2. Perhatian suami
115
115.S2. Menyapa anak kita
116
116.S2. Tiga om super ganteng
117
117.S2. Malam kedua
118
118.S2. Kebahagiaan Inara
119
119.S2. Kelahiran baby Aska Hooman Ghazala (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!