Vania terus memberontak, Liam menciumya dengan bringas penuh amarah. Merasa mendapatkan kesemoatan disaat Liam lengah dengan gerak cepat dan sekuat tenaga, Vania menekuk kakinya lalu menendang dengan menggunakan lututnya tepat pada senjata milik Liam dan–.
"Arghhh–apa yang kau lakukan j*****?" Liam terpekik merasakan sakit pada pangkal pahanya yang baru saja terkena serangan balik dari Vania.
"Rasakan itu, dan ingat...aku adalah gadis baik-baik, Tuanlah yang telah merusakku.Awas, jangan berani melakukan hal ini lagi atau akan aku...ah, sudahlah." Vania tak meneruskan perkataannya lagi ia segera bergegas keluar dan tak memperdulikan nasib sang tuan muda.
"Dasar cewek kurang ajar, awas saja kamu ya. Akan aku buat kau menyesal nanti." Liam pun ikut beranjak keluar dengan langkah yang tertatih-tatih merasakan nyeri yang sangat pada senjata pamungkasnya.
Ketika Vania keluar dari kamar tersebut dengan tergesa-gesa tanpa ia tahu ada sepasang mata yang menangkap basah dirinya.
"Loh, gadis itu...sedang apa dia didalam kamar tamu? mungkin dia baru saja membersihkannya.Sudahlah, besok saja aku akan menyapanya."
Ya, orang tersebut adalah Wira yang baru saja dari dapur ingin mengambil sesuatu. Namun, ia menangkap sosok Vania keluar dari dalam kamar tamu.Di pikirnya Vania sedang membersihkan kamar itu. Baru saja ia berbalik, tiba-tiba ia mendengar suara pintu yang ditutup dengan sangat keras. Sontak, Wira pun menoleh kembali dan mendapati sang kakak berdiri tak jauh dari pintu kamar tamu tersebut.
"Kak Liam? Loh, apa barusan kak Liam yang menutup pintu itu.Tapi, kok...Vania juga?tidak tidak mungkin. Gadis itu terlihat sangat polos dan kalem. Wira, jangan berpikir terlalu jauh!" Wira menggelengkan kepala lalu melangkah pergi menuju kekamarnya yang berada di lantai atas.
Waktu pun cepat bergulir, pagi-pagi sekali seperti biasa Vania sudah bangjn dan membantu bi Arum memasak untuk sarapan pagi para majikan. Vania tampak tak fokus dan selalu melamun. Dan sang bibi pun menyadarinya.
"Van, ada apa? Kenapa kamu melamun terus, apa ada masalah. Ceritakanlah pada bibi!"
"Bi–apa sebaiknya aku berhenti bekerja saja ya bi?" Jawab Vania lesu.
Bi Arum mengernyit penuh tanya. Ia dapat melihat gelagat aneh dari keponakannya itu. "Kenapa tiba-tiba sekali kamu ingin berhenti bekerja sih, Van? Ceritakan ada masalah apa biar bibi bantu mencari jalan keluarnya tidak harus dengan berhenti kerja, kan."
"Bukan itu, bi...ada sesuatu yang belum aku katakan pada bibi. itu, sepertinya saat ini aku sedang hamil." Vania tertunduk dengan wajah sedihnya.
"A–apa? bagaimana kamu tahu kalau saat ini kamu hamil?" Betapa syoknya bi Arum mendengar pengakuan dari sang keponakan.
Sejak kemarin Vania merasa tak tenang, dan yang lebih membuatnya semakin galau adalah saat ia baru tersadar bahwa jadwal tamu bulanannya sudah telat selama hampir satu minggu lebih ketika ia melihat kalender.
"Tadi setelah bangun tidur aku sudah mengetest nya dengan dan hasilnya positif. Bagaimana ini bi, apa yang harus aku lakukan? Kalau aku masih tetap disini maka, pekerjaan bibi juga akan terancam dan aku tidak mau hal itu terjadi. Lebih baik aku saja yang pergi ya bi."
"Coba, mana testpack-nya. Bibi mau melihat hasilnya, barang kali kamu salah membacanya."
"Oh, tapi nanti saja setelah kita menyelesaikan masakan ini. Kamu berhati-hatilah jika berbicara jangan sampai si Murni dan Erna mengetahui masalah ini." Vania.pun mengangguk patuh.
Setelah hidangan telah siap tersaji di meja makan, bi Arum menyuruh Murni dan Erna untuk melayani para majikan. Sedangkan bi Arum menemani Vania ke kamarnya.
"Ini bi, benar kan hasilnya positif?"
Semua persendian di tubuh Vania melemas seperti tak bertenaga.Cobaan demi cobaan telah ia alami dan inilah puncaknya. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi, itu sudah kehendak tuhan hadirnya janin di rahimnya.
Bi Arum memperhatikan dengan seksama dan sepertinya memang benar, hasil dari test pack tersebut adalah positif hamil. Ada dua garis merah yang satunya memang kurang begitu kentara namun, itu sudah bisa dipastikan kalau hasilnya benar-benar positif.
"Iya nak, kamu hamil." Bi Arum langsung duduk di samping Vania dan mengusap kepala gadis itu.
"Lalu bagaimana ini bi, apa aku harus pergi secepatnya dari sini? Jika tuan dan nyonya tahu pasti mereka akan mengusirku. Akan lebih memalukan bila itu sampai terjadi. Besok aku akan berbicara pada nyonya dan sekalian berpamitan.Maafkan Vania ya bi, gara-gara masalah ini pekerjaan bibi terancam." Vania semakin tak enak hati dan juga merasa bersalah akan semua yang terjadi.
"Kamu itu ngomong apa sih, Van? Begini saja, besok kamu periksa ke dokter kandungan agar lebih memastikan kehamilanmu. Dan kamu tidak perlu pakai berhenti kerja segala. Jika memang kamu benar-benar hamil sebiisa mungkin tutupilah dulu sampai waktunya tiba dan kita akan pergi dari sini."
Vania mencerna ucapan sang bibi dan tak terima jika bi Arum juga ikut terkena imbasnya dari masalah yang dialaminya.
"Maksud bibi pergi bersama itu bi Arum akan berhenti juga dari pekerjaan ini. Enggak bi,aku tidak setuju. Hanya akulah yang akan pergi ini adalah masalahku sendiri dan aku yang akan menanggungnya sendiri."
Menghela nafas panjang, Bi Arum akhirnya memutuskan bahwa Vania tidak harus pergi dalam beberapa bulan kedepan. Jika kehamilannya sudah terlihat dan sudah pasti tidak akan bisa ditutup-tutupi lagi maka, Vania.memang harus segera pergi. Dan dengan rasa campur aduk akhirnya Vania menerima usulan dari sang bibi.
"Kamu mengerti kan, Van?Jangan khawatir, nanti bibi akan menemanimu. Kita akan merawat bayimu bersama-sama. Ngak nyangka bibi sebentar lagi bakal jadi nenek." Bi Arum mencoba mencairkan suasana yang tegang dengan bercanda ringan.
"Kamu mengertikan kan semua yang bibi katakan?"
"Iya bi, mengerti." Vania pun mengangguk.
Sementara itu diruang makan nyonya Helen merasa heran dengan tidak adanya bi Arum. Tidak biasanya wanita itu pergi disaat para majikan berada dimeja makan.
"Loh, bi Arum mana?" Tanya- nya pada Murni yang tengah berdiri tak jauh dari meja makan.
"Itu, bi Arum mengantar Vania kekamarnya, Nyonya." Jawab Murni apa adanya.
Nyonya Helen jadi berpikiran jika Vania sedang sakit atau sebaliknya. "Apa Vania sakit?"
"Kalau itu saya tidak tahu Nyonya."
Nyonya Helen tak lagi bertanya. Ia yang akan menanyakannya langsung pada bi Arum.
Usai mengantar Tuan Bisma yang akan berangkat kekantor, Nyonya Helen kemudian menuju ke ruang tengah dimana kedua putranya berada.
"Ma, keponakannya bi Arum itu terlihat masih sangat muda ya? imut-imut dan cantik." Tiba-tiba saja Wira berkata demikian membuat sang mama merasa heran.Wira yang biasanya tak terlalu banyak bicara tiba-tiba saja berubah jadi seekspresif itu.
Liam hanya diam mendengarkan celotehan adiknya.
"Kenapa? Naksir kamu sama Vania?"
"Ah, mama kok tahu sih?" Jawabnya sambil nyengir kuda.
"Habis ngak biasanya kamu kepo seperti sekarang ini. Jangan main-main sama Vania, dia masih kecil. Umu4nya saja baru genap 18 tahun."
" Ya.ampun, Mama. Umur 18 tahun dibilang masih kecil. Kalau mau dinilahin juga sudah boleh kali, Ma." Jawabnya asal.
"Memangnya kamu mau menikahi Vania?"
"Uhuk uhuk."
"Kamu kenapa sih, Liam. Pelan-pelan dong kalau minum." Tiba-tiba saja Liam tersedak mendengar ucapan Wira yang berniat ingin menikahi Vania. Salah satu pembantu dirumah mereka.
"Kalau diizinkan dan direstui siapa takut. Memangnya boleh?"
"Enggak!" Jawab Nyonya Helen tegas.
"Lagian kamu ada-ada aja sih, Wir. Kurang kerjaan aja pake mau nikahin pembantu segala. Memangnya sudah ngak ada lagi cewek baik di luaran sana?" Liam mengejek sang adik.
"Apa salahnya, pembantu juga manusia kali kak. Vania itu masih sangat muda dan polos. Sudah pasti dia gadis baik-baik.Cantik lagi. Kak Liam jangan bicara sembarangan." Wira tak suka Liam merendahkan Vania yang hanyalah seorang asisten rumah tangga.
"Kamu belum tahu saja siapa dan bagaimana dia yang sebenarnya."
Kening Wira mengkerut tak mengerti kenapa sang kakak bisa berkata demikian.
"Maksud kak Liam apa?"
DEG
Tanpa mereka tahu ada sepasang telinga yang mendengar percakapan mereka.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Nora♡~
Baik kamu terus terang dengan jujur dan tulus Liam pada adik mu bahawa Kamu adalah calon nya vania dan kamu telah mengambil keperawanan Vania tanpa kerelaan Vania gituu... lanjuutt..
2023-05-19
1