Tiga hari sudah Liam mengalami muntah-muntah di setiap pagi. Bahkan laki-laki arogan itu tak berangkat ke kantor, sang asisten yang menghandle sementara pekerjaannya dikantor. Arman harus bolak balik antara kantor dan mansion untuk meminta tanda tangan sang Tuan Muda.
Pagi ini Liam kembali tak berhenti muntah-muntah, hingga nyonya Helen memanggil dokter pribadi keluarga. Sebenarnya Liam menolak untuk diperiksa dokter. Tapi, karena keadaan pria itu yang semakin mengenaskan maka nyonya Helen terpaksa memanggil dr.Harun ke mansion.
"Silahkan dokter periksa keadaan Liam, entah kenapa.beberapa hari ini dia sangat ngedrop kesehatannya."
"Baik nyonya Helen." dokter Harun pun segera memeriksa keadaan sang tuang muda Liam.
Selang sepuluh menit kemudian setelah memeriksa Liam, dokter Harun kemudian menjelaskan tentang keadaan Liam.
"Begini Nyonya, Tuan...em, sebenarnya keadaan Tuan Liam baik-baik saja. Fisiknya sehat dan tidak ada gangguan kesehatan apapun. Apa boleh saya berbicara secara pribadi dengan Tuan dan Nyonya. Kalau bisa ditempat lain."
"Oh, begitu. Baiklah dokter, mari ikut saya." Nyonya Helen mempersilahkan dr.Harun untuk mengikutinya.
"Lalu bagaimana keadaan kesehatan putra kami yang sebenarnya dok, apa yang terjadi pada tubuhnya jika dokter mengatakan kalau Liam baik-baik saja."
dokter Harun diam sejenak lalu, mulai menceritakan kemungkinan apa yang tengah dialami Liam. "Apa saat ini Tuan Liam sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita? Maaf, sekali lagi. Ini hanya kemungkinan saja...sepertinya Tuan Liam tengah mengalami morning sickness, istilah namanya kehamilan simpatik dari istri yang sedang mengandung jadi, sang calon ayah yang ikut merasakan gejala-gejala dari kehamilan tersebut."
"Apa? Jadi maksud dokter kalau Liam sudah menghamili seorang wanita, begitukah dok?" dokter Harun pun mengangguk, mengiyakan.
Seketika tubuh Nyonya Helen lemas tak bertenaga, tak menyangka bila putra pertamanya yang sangat mereka bangga-banggakan telah melakukan perbuatan yang sangat memalukan. Satu hal yang masih harus segera mereka ketahui siapa gerangan wanita itu. Jangan sampai skandal ini menyeruak ke ranah publik.Bisa hancur reputasi keluarga Ghazala.
"Pa, bagaimana ini bisa terjadi. Selama ini kita bahkan tidak tahu apa yang dilakukan putra-putra kita di luar sana. Semoga saja hal ini tidak terjadi pada adiknya juga."
Nyonya Helen sungguh syok dengan kenyataan yang ada. Ya, walaupun kemungkinan itu belum tentu benar. Namun, dokter Harun adalah dokter senior yang sangat kompeten dan berpengalaman selama bertahun-tahun tak mungkin beliau salah salam mendiagnosis pasiennya.
"Ya semoga saja Wira tidak seperti itu Ma, mereka dua anak yang berkepribadian berbeda. Mama kan tahu sendiri gimana sifat mereka."
"Iya Pa, Mama tahu. Nanti kita interogasi Liam. Siapa anak gadis orang yang dihamilinya. Inilah akibatnya kalau suka keluyuran ditempat yang ngak bener."
"Sabar Ma sabar!"
Menjelang tengah malam Vania tiba-tiba terbangun karena perutnya terasa lapar. Entah mengapa akhir-akhir ini nafsu makannya bertambah. Bahkan ia merasa tak pernah merasa kenyang pinginnya mengemil saja.Seperti saat ini, ia kepingin sekali makan mie rebus instan dengan memakai potongan cabai rawit.
Vania pun bergegas keluar kamar menuju ke dapur dengan langkah yang mengendap-endap." Semoga saja semua orang sudah tertidur dan tidak ada yang terbangun, kalau sampai tertangkap basah kan gawat. Ini kok perut kayak bagor ngak ada kenyang-kenyangnya sih, bisa endut aku kalau begini terus." Vania menepuk-nepuk perutnya sendiri.
Setelah mendapatkan apa yang ia cari, yaitu sebungkus mie instan yang tersimpan di lemari dapur. Vania pun segera memasaknya. Aromanya begitu menggugah di lidah, sampai-sampai Vania sudah tak sabar ingin menyantapnya.
Ia membawa mangkuk mie tersebut kemeja makan yang terletak di belakang tempat para asisten rumah tangga berkumpul untuk makan. Tanpa disadari oleh gadis itu ada sepasang mata yang terus mengawasi gerak geriknya.
Baru saja ia menikmati beberapa suap tiba-tiba terdengar suara seseorang yang begitu dikenalnya.
"O–jadi begini kerjaan pembantu baru pada malam hari disaat semua orang sudah tertidur ya. Benar-benar hebat kau, selain menjadi j***** ternyata kamu juga merangkap jadi maling pada malam harinya."
"Hebat sungguh hebat–."
"M–maaf Tuan muda, saya benar-benar sedang lapar dan Tuan jangan khawatir besok mie instan nya akan saya ganti dengan yang baru. Maaf kalau saya lancang."
Selera makan Vania hilang sudah mendengar perkataan menyakitkan dari si Tuan Muda yang kejam itu. Vania meremas ujung dasternya menahan amarah dan takut secara bersamaan yang ia rasakan.
"Maaf maaf, penjara akan kosong jika semua maling hanya bisa meminta maaf saja. Heh...aku mau menanyakan sesuatu padamu dan jawablah dengan jujur. Awas kalau sampai kau bohong."
"Iya, apa yang ingin Tuan Muda tanyakan?" Vania memberanikan diri menatap Liam, laki-laki yang sangat dibencinya. Ia ingin sekali mengadukan bahkan melaporkan perbuatan biadab Liam pada pihak berwajib namun, apa daya siapalah dirinya.
Tentu saja ia akan kalah sebelum berperang. Sedangkan bagi si Tuan Muda arogan tersebut Vania hanyalah butiran debu yang mudah diterbangkan hanya dengan sekali tiupan saja.
"Apa saat ini kau tengah hamil atau tidak?" Menatap tajam Vania.
Setelah di interogasi oleh kedua orang tuanya yang menanyakan perihal gadis yang sudah dihamilinya membuat Liam resah. Ia teringat gadis yang pernah di nodainya. Siapa lagi kalau bukan Vania. Ya, Liam masih mengenali dengan jelas gadis yang telah menjadi pelampiasan nafsunya. Maka dari itu ia selalu mengawasi gerak gerik Vania sampai ia memiliki kesempatan untuk berbicara dengan gadis itu.
"Ma‐maksud Tuan Muda apa menanyakan saya hamil atau tidak?" Vania benar-benar terkejut karena tiba-tiba saja Liam menanyakal hal yang begitu ditakutkannya. Namun, ia merasa lega karena gejala yang sempat dicurigainya sebagai tanda kehamilan sudah tidak di rasakannya lagi dan itu artinya ia memang hanya sekedar masuk angin saja. Itulah yang ada dipikirannya.
"Tidak Tuan, saya tidak hamil.Mengapa tuan tiba-tiba menanyakannya? Apa Tuan Muda merasa bersalah atas apa yang telah anda lakukan terhadap saya pada malam itu?" Tanya Vania penasaran walaupun ada rasa takut yang menderanya saat ini. Berhadapan dengan si pemerkosa membuat tubuhnya gemetaran.
"Baguslah kalau begitu. Awas kalau sampai rahasia kita terbongkar dan aku pasti akan memberikan hukuman yang takkan pernah bisa kau bayangkan. Jangan harap aku akan bertanggung jawab apalagi menerima anak dari rahim seorang j*****.dan pembantu sepertimu, si gadis kampung. Rasanya alergi sekali aku dekat-dekat denganmu."
DEG
"Memangnya salah kalau saya terlahir sebagai orang miskin dan menjadi pembantu. Saya juga seorang manusia sama seperti yang lainnya termasuk anda,Tuan Muda yang terhormat." Vania mulai tersulut emosi mendengar cercaan dan hinaan dari laki-laki biadab itu.
"Wow–ternyata berani menantangku juga ya kamu." Liam melangkahkan kakinya dan mulai mendekat sampai tepat berhadapan dengan Vania yang masih berdiri kaku.
"Apa maumu hah, uang...berapa yang kau minta? Akan aku berikan 500 juta atau 1 milyar? " Mencekal dagu Vania dengan kasar tetap dengan tatapan menghunusnya.
"Maaf saja Tuan Muda, saya bukanlah seorang pe*****. Simpan saja uang anda yang bermilyar-milyar itu. Saya tidak sudi menerima apapun dari anda." Entah mendapat keberanian dari mana Vania menantang langsung seorang Liam Tarendra Ghazala.
"Oh, satu lagi...Tuan tidak usah khawatir jika saya akan membocorkan kejahatan anda terhadap diri saya. Saya cukup tahu diri dan tak akan bisa melawan anda yang berkuasa. Apakah pembicaraan ini sudah selesai? Kalau begitu saya mohon undur diri kembali kekamar.Permisi Tuan Muda dan selamat malam."
Tanpa menunggu tanggapan dari Liam,.Vania segera beranjak pergi sambil membawa masuk mangkuk yang bahkan masih utuh isinya. Rasanya perutnya sudah terisi penuh dan kenyang dengan segala ucapan menyakitkan dari laki-laki tersebut. Sedangkan Liam hanya terpaku menatap punggung Vania hingga menghilang dari balik pintu.
"Kurang ajar sekali cewek kampung itu, kukira dia gampang di tindas tapi ternyata....ahhh, masa bodo. Yang penting cewek itu ternyata tidak hamil.Aman." Ucapnya sambil melangkah masuk dan kembali kekamarnya yang ada dilantai atas.
Semantara itu didalam kamarnya Vania benar-benar merasa dongkol dan sangat kesal dengan sikap dan perlakuan tak menyenangkan dari si Tuan Muda. " Dasar laki-laki brengsek, aku tidak akan sudi melihat wajahnya lagi. Sebisa mungkin aku akan menghindarinya.Menyebalkan."
Benar saja, Vania sama sekali tak menampakkan diri saat para majikan sedang menikmati saran pagi.Ia malas melihat wajah Liam yang super menyebalkan itu. Sungguh kebencian Vania terhadap laki-laki itu semakin dalam.Entah mengapa namun, itulah yang dirasakannya.
"Vania, nanti sore Tuan Muda Wira akan pulang. Jadi,hari ini kita akan memasak hidangan istimewa untuk makan malam nanti."
"Tuan Muda Wira?" Tanya Vania.
"Oh iya ya. Kamu kan belum bertemu dengannya. Tuan Muda Wira adalah anak kedua dari Tuan Bisma dan Nyonya Helen. Nama lengkapnya Tuan Wira Bheru Ghazala." Bi Arum menjelaskan dan Vania pun hanya manggut-manggut saja.
"Ah, ternyata ada satu lagi si Tuan Muda di rumah ini. Apakah dia sama menyebalkannya dengan si kejam itu? Bersiaplah Vania, sungguh lelah rasanya menghadapi orang-orang kaya." Monolog Vania dengan segala pemikiran negatifnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
ternyaya liam inget sm vania
2023-10-16
0
Nora♡~
Sabar yaa... Vania... semoga tuan muda ke2 tidak menyakitkan hati alias menyebalkan.. Khe...khe.. khe.. harap2 tuan muda ke2 baik dan tidak menyebalkan harap2 lah.... dengan kedatangannya boleh membuatkan tuan muda pertama cemburu... biar dia tauu rasa.. lanjuutt..
2023-05-17
1