04. Jangan-jangan aku hamil

Bola mata Vania membulat sempurna ketika melihat sosok pria tampan yang begitu dikenalnya dan jug sorot mata tajam miliknya. Tubuh Vania seketika menegang dan gemetaran tak menyangka akan bertemu kembali dengan laki-laki biadab tersebut.

"Ka–kamu?!" gugup Vania langsung menundukkan pandangannya. Tangannya mendekap erat pakaian kotor majikannya.

"Aku yang seharusnya bertanya, kau siapa dan sedang apa didalam kamarku."

"Siapa yang menizinkan wanita asing masuk sembarangan kekamarku, Hah?"

Tubuh Vania tersentak kaget dan semakin menegang mendengar suara bentakkan laki-laki yang sangat dibenci sekaligus ditakutinya itu.

"MA–MAMAA!"

Nyonya Helen berjalan tergoloh-gopoh ketika mendengar teriakkan keras putranya. "Ada apa sih, Liam. Kamu itu ya bisa ngak sehari saj ngak bikin kekisruhan. Apa tak bisa pelankan suaramu itu. sekarang ada masalah apa lagi?" Menatap jengkel sang putra.

"Ma, siapa yang mengizinkan orang asing masuk kekamarku dan bukankah sudah kuwanti-wanti kalau tidak boleh ada yang masuk tanpa seizinku.Ini...siapa dia?"

"Ya ampun Liam, mama kira ada apa.Ini keponakan bi Arum yang baru datang dari desa. Dia akan bekerja di sini. Namanya Vania. Vania kenalkan ini putra pertamaku namanya Liam."

"Iya, nyonya." Vania mengangguk mengerti.

"Ya sudah, Vania lanjutkan pekerjaanmu!"

"Baik nyonya. Permisi."

BRAKK

"Astaqfirullah haladzim. Ni anak bikin kaget aja." Nyonya Helen mengelus dadanya karena terkejut dengan suara pintu yang dibanting keras oleh Liam.

Sementara itu, Vania sudah memasukkan pakaian kotor sang tuan muda kedalam mesin cuci. Sambil melamun tanpa sadar bi Arum sudah berada di sampingnya.

"Vania–ngelamunin apa?"

"Ah, bibi.Tidak sedang ngelamunin apa-apa kok.hanya–." tak melanjutkan ucapannya.

"Apa kamu masih teringat kejadian kemarin malam?" Bi Arum bisa melihat kegalauan keponakannya itu.

Vania tersenyum lalu, mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Namun, senyum keterpaksaan yang di perlihatkan Vania tak bisa membohongi sang bibi.

"ya sudah kalau begitu, kamu fokus bekerjanya ya. Apalagi jika berhubungan dengan tuan muda Liam, kamu harus lebih berhati-hati soalnya beliau itu orangnya agak streng gitu lah."

"Maksud bibi galak?"

"Mendekatilah, kenapa memangnya? Apa jangan-jangan kamu barusan sudah bertemu dengan tuan muda Liam?"

Vania menjawab dengan mengangguk.

"Jadi benar, apa sudah terjadi sesuatu saat kamu bertemu dengan tuan muda. Soalnya tadi bibi sempat mendengar suara teriakan tuan muda, biasa kalau ada yang membuatnya marah ya seperti itu. Bukan kamu kan Van?" Tanya bi Arum penuh selidik.

"Itu–iya bi, tuan muda tadi marah ketika melihat aku ada di kamarnya dan untungnya ada nyonya Helen jadi ya beliau yang menjelaskan tentang keberadaanku di sini sebagai pembantu baru."

Bi Arum mengehela nafas panjang bersyukur karena ada yang menolong Vania dari sang tuan muda yang super galak dan angkuh itu.

"Syukurlah kalau hanya itu masalahnya. Lain kali kamu harus lebih berhati-hati kalau bekerja ya Van, terutama jika menyangkut urusan tuan muda. Dia sangat sensitif. Susah-susah gampang orangnya."

"Iya bi, aku mengerti."

"Ya sudah kalau begitu lanjutkan saja pekerjaanmu!"

"Siap, komandan."Bi Arum pun tersesenyum mengusap kepala Vania lalu, berlalu pergi meninggalkan gadis tersebut untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain.

"Andai bibi tahu siapa laki-laki yang telah melecehkanku. Dialah si ba****** itu, bi dan yang telah menghancurkan masa depan keponakanmu ini." Batin Vania masih merasakan keaedihan yang amat dalam akan kejadian yang menimpanya.

Hampir tiga minggu sudah Vania bekerja di Mansion keluarga Ghazala. Dan sejak pertemuan kedua kalinya Vania dengan sang tuan muda juga kejadian mencak-mencaknya pada Vania.

Keduanya tak pernah bertatap muka lagi. Karena Vania pun sengaja tidak berkeliaran disekitar Liam, pun laki-laki itu kalau pulang sudah menjelang malam. Sungguh Vania masih begitu trauma atas perlakuan laki-laki itu pada dirinya.

Pagi ini entah mengapa tubuh Vania rasanya tak karuan. Lemas, pusing dan perutnya bergejolak ingin mengeluarkan isinya. Ia sudah berusaha menahannya namun, apa daya tubuhnya sudah tak kuat lagi.Vania berhambur masuk ke kamar mandi. Perutnya seakan dikocok-kocok hingga memuntahkan cairan yang berwarna kekuningan dengan rasa yang sangat pahit di lidahnya.

Tok tok tok

"Vania–Vania, kamu tidak apa-apa nak?"

Kriett

"Huwekk huweek huwekk–."

Untung saja pintu kamar mandinya tidak dikunci oleh gadis itu. Sehingga bi Arum bisa masuk. Sontak wanita paruh baya itu begitu terkejut melihat keadaan sang keponakan yang tengah terduduk lemas di dekat kloset sambil muntah-muntah.

"Ya Allah nak, apa yang terjadi padamu?" Bi Arum memijit-mijit tengkuk Vania.

"Ti‐dak tahu bi, sejak semalam rasanya perutku tidak enak." Jawabnya terbata-bata.

"Ayo, duduklah dulu disini. Bibi akan buatkan teh hangat dulu untukmu ya."

Setelah membantu Vania untuk duduk di atas tempat tidur, bi Arum pun segera menuju ke dapur untuk membuatkan minuman untuk Vania.

"Semoga tidak terjadi seperti apa yang aku pikirkan. Kasihan sekali nasib anak itu jika itu benar terjadi pada dirinya."

"Siapa anak yang bibi maksud?"

Tiba-tiba saja suara sang nyonya besar muncul dan menegurnya membuat bi Arum sampai terjingkat kaget.

"Oh–maaf nyonya, bukan siapa-siapa." Membungkukkan badannya lalu kembali beralih mengaduk gelas yang berisi teh hangat untuk keponakannya.

"Loh, teh itu untuk siapa bi?" Nyonya Helen menunjuk secangkir teh yang sudah siap.diatas baki kecil.

"Maaf Nyonya, teh ini untuk Vania keponakan saya. Sekalian saya mewakili Vania untuk izin tidak bekerja sehari ini saja karena anak itu sedang sakit. Maaf jika sekiranya pekerjaan keponakan saya belum baik Nyonya."

"Gadis cantik itu sakit? Kenapa bi, apa dia kecapean karena pekerjaan yang ditugaskan untuknya terlalu berat." Nyonya Helen jadi ikut mengkhawatirkan keadaan Vania yang katanya sedang sakit.

"Tidak kok Nyonya, bukan karena pekerjaan yang membuatnya sakit tapi, memang Vania sedang tidak enak badan saja. Setelah istirahat juga ia akan segera pulih seperti sedia kala. Nyonya tidak perlu khawatir Vania baik-baik saja tidak ada yang serius."

Nyonya Helen pun mengangguk lalu, menyuruh bi Arum agar segera memberikan teh tersebut kepada Vania.

Kriett

"Van, ini minumlah dulu agar perutmu hangat dan tidak mual lagi." Bi Arum memberikan secangkir teh tersebut kepada Vania yang masih duduk di tepi tempat tidur sambil memegangi perutnya.

"Apa masih terasa mual?"

"iya sedikit bi."

"Bi, apa jangan-jangan aku hamil. Gejala yang kurasakan sama seperti dulu saat mbak Dinda hamil.Benar kan bi? jika benar aku hamil lalu, aku harus bagaimana dan apa yang akan aku lakukan. Aku sangat takut, bi. Hiks...hiks." Vania mulai terisak ketika membayangakan dirinya hamil dari hasil perkosaan tersebut dan yang lebih parahnya lagi pria yang harus bertanggung jawab itu adalah sang tuan muda nya sendiri.

"Sisst–jangan berpikiran negatif dulu Van. Semoga saja itu tak terjadi.Tenangkanlah pikiranmu. Bibi tinggal dulu kedapur lagi mau menyiapkan sarapan pagi, sebentar lagi para majikan pasti sudah berkumpul di meja makan.Istrirahatlah, nanti akan bibi antarkan sarapanmu." Vania pun mengangguk patuh, kemudian gadis muda itu merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.

Para majikan sudah berdatangan ke meja makan dan duduk di kursinya masing-masing. Semua anggota keluarga lengkap hadir, Tuan Bisma, Nyonya Helen dan Tuan muda Liam. Hanya satu orang yang tidak ada yaitu putra kedua di keluarga itu yang masih berada di luar negeri tengah melakukan perjalanan bisnisnya.

"Kamu sedang mencari siapa, Liam. Clingak clinguk begitu." Nyonya Helen bertanya pada sang putra karena sejak tadi ia perhatikan Liam tampak tengah mencari sesuatu atau seseorang.

Ditegur oleh sang mama Liam pun agak kikuk namun, ia.bersikap setenang mungkin. "Ah, enggak sedang mencari siapa-siapa kok ma."

"Loh bi, dimana keponakanmu katanya sudah datang dari desa?" Tuan Bisma memang belum bertemu dengan Vania sejak gadis itu tiba karena baru semalam beliau pulang dari perjalanan dinasnya ke luar negeri.

"Maaf Tuan, Vania sedang tidak enak badan jadi, saya mohon izin agar dia tidak bekerja untuk hari ini saja."

"Oh begitu, bawalah berobat bi kalau memang dia sakit."

"Iya Tuan."

"Jadi gadis yang bernama Vania itu sedang sakit. Sial sekali sih gue, jangan sampai papa dan mama tahu apa yang terjadi antara gue sama cewek itu. Bisa habis gue di hajar papa." Monolog Liam dari dalam hati.

Ditengah sarapan berlangsung tiba-tiba Liam memegang perutnya dan menutup mulutnya. Sang tuan muda itupun berlari menuju ke kamar mandi yang berada didekat dapur.

"Anak itu kenapa?" Tanya Tuan Bisma pada sang istri.

"Tidak tahu Pa, coba mama Lihat dulu, mungkin masuk angin. Kerjaannya keluyuran malam terus sih."

Nyonya Helen pun beranjak menyusul sang putra kekamar mandi untuk melihat kedaannya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Nora♡~

Nora♡~

Aa... haaah... rasakan pembelasan si Pitung.... bagussss... Calon baby buat papa mu kesakitan pasti ituu ngidam, 🤪🤪🤣🤣🤣🤣biar ibumu yang merasa baik.... semoga ketahuan yaa menghamili Faiha... ngidam simpatik kah 🤔🤔lupa dah.. belas dendam di mulai 🤣🤣🤣bravo... bravo.. bravo... Baby kembar 👏👏👏buat papa mu yang bajet lebih sangsara... atas dosa2nya pada ibu mu... gituu... semangat thor... lanjuutt...

2023-05-16

1

lihat semua
Episodes
1 01. Malapetaka
2 02. Liam Tarendra Ghazala
3 03. Bertemu kembali
4 04. Jangan-jangan aku hamil
5 05. 500 juta atau 1 milyar?
6 06. Tuan Muda Wira
7 07. Mau menikahi Vania?
8 08. Pulang kampung
9 09.Vania hamil, Ma
10 10. Perasaan bersalah
11 11. Pergi
12 12. Rempeyek Bayam Crispy Vania
13 13. Membujuk
14 14. Si Tuan Pemaksa
15 15. Kembali bekerja
16 16. Bertunangan
17 17. Pesta Pertunangan
18 18. Baku hantam
19 19. Melahirkan
20 20. Kiano Safaraz
21 21. Rencana Vania
22 22. Test DNA
23 23. Keputusan Vania
24 24. Terungkap
25 25. Pergi
26 26. Interview
27 27. Diterima
28 28. Hari pertama bekerja
29 29. Permintaan
30 30. Di jemput boss
31 31. Datang ke pesta
32 32. Bertemu Liam
33 33. Mengatar Vania pulang
34 34. Berkhayal yang iya iya
35 35. Kata sepakat
36 36. Hamil lagi
37 37. Pulang
38 38. Permintaan Wira
39 39. Belum siap
40 40. Pesta ulang tahun pertama Kiano
41 41. Menunaikan kewajiban
42 42. Khilaf
43 43. Rencana pasang kb
44 44. Hadiah pernikahan
45 45. Honeymoon
46 46. Bertemu Wira
47 47. Siapa Wira
48 48. Kepulangan Wira
49 49. Rasa yang masih ada
50 50.Kekasihku
51 51. Rencana Jahat Rendy
52 52. Menghadiri Pesta
53 53. Menyelamatkan Shinta
54 54.Permintaan Mama Helen
55 55. Keputusan akhir
56 56. Membawa kabur anak gadis orang
57 57. Surat Perjanjian
58 58. Pernikahan Wira & Shinta
59 59. Tamu tak diundang
60 60. Keceplosan
61 61. Namanya Lingerie
62 62. Men-service Suami
63 63. Aku menginginkanmu
64 64. Unboxing
65 65. Sikap Wira
66 66. Meraih surga dunia
67 67. Bulan Madu?
68 68. Mengantar istri
69 69. Dia siapa?
70 70. Membeli Gaun
71 71. Shinta tahu kebenarannya
72 72. Dilema
73 73. Sikap dingin Shinta
74 74. Kerumah Vania
75 75. Jatuh pingsan
76 76. Hamil?
77 77. Kecewa
78 78. Ketahuan
79 79. Mama Helen tahu
80 80. Kecupan hangat
81 81. Vania melahirkan
82 82. Kirena Azzahra
83 83. Berkunjung ke kantor Suami
84 84. Bertemu Anton
85 85. Hasutan Regina
86 86. Main bola bertiga
87 87. Tragedi berdarah
88 88. Kelahiran Baby Aaron
89 89. Kembalinya ingatan Shinta
90 90. Makan malam romantis
91 91.S2.Pesona Kiano
92 92.S2.Pembantu baru
93 93.S2.Wah....tampannya!
94 94.S2.Diantar ke Sekolah
95 95.S2.Tantangan untuk Kiano
96 96.S2. Menembak Inara
97 97.S2. Telah ternoda
98 98.S2. Cukup tahu diri
99 99.S2. Mual
100 100.S2. Malah Pacaran
101 101.S2. Apa yang mesti akun ingat?
102 102.S2. Datang ke pesta
103 103.S2. Pengakuan Inara
104 104.S2. Berhenti sekolah
105 105.S2. Mengakui
106 106.S2. Kabur
107 107.S2. Tawaran dari Jay
108 108.S2. Bersitegang
109 109.S2. Di usir
110 110.S2. Memberitahu Vania
111 111.S2. Menjemput Inara
112 112.S2. Ingin memeluknya
113 113.S2. Mas Kiano
114 114,S2. Perhatian suami
115 115.S2. Menyapa anak kita
116 116.S2. Tiga om super ganteng
117 117.S2. Malam kedua
118 118.S2. Kebahagiaan Inara
119 119.S2. Kelahiran baby Aska Hooman Ghazala (END)
Episodes

Updated 119 Episodes

1
01. Malapetaka
2
02. Liam Tarendra Ghazala
3
03. Bertemu kembali
4
04. Jangan-jangan aku hamil
5
05. 500 juta atau 1 milyar?
6
06. Tuan Muda Wira
7
07. Mau menikahi Vania?
8
08. Pulang kampung
9
09.Vania hamil, Ma
10
10. Perasaan bersalah
11
11. Pergi
12
12. Rempeyek Bayam Crispy Vania
13
13. Membujuk
14
14. Si Tuan Pemaksa
15
15. Kembali bekerja
16
16. Bertunangan
17
17. Pesta Pertunangan
18
18. Baku hantam
19
19. Melahirkan
20
20. Kiano Safaraz
21
21. Rencana Vania
22
22. Test DNA
23
23. Keputusan Vania
24
24. Terungkap
25
25. Pergi
26
26. Interview
27
27. Diterima
28
28. Hari pertama bekerja
29
29. Permintaan
30
30. Di jemput boss
31
31. Datang ke pesta
32
32. Bertemu Liam
33
33. Mengatar Vania pulang
34
34. Berkhayal yang iya iya
35
35. Kata sepakat
36
36. Hamil lagi
37
37. Pulang
38
38. Permintaan Wira
39
39. Belum siap
40
40. Pesta ulang tahun pertama Kiano
41
41. Menunaikan kewajiban
42
42. Khilaf
43
43. Rencana pasang kb
44
44. Hadiah pernikahan
45
45. Honeymoon
46
46. Bertemu Wira
47
47. Siapa Wira
48
48. Kepulangan Wira
49
49. Rasa yang masih ada
50
50.Kekasihku
51
51. Rencana Jahat Rendy
52
52. Menghadiri Pesta
53
53. Menyelamatkan Shinta
54
54.Permintaan Mama Helen
55
55. Keputusan akhir
56
56. Membawa kabur anak gadis orang
57
57. Surat Perjanjian
58
58. Pernikahan Wira & Shinta
59
59. Tamu tak diundang
60
60. Keceplosan
61
61. Namanya Lingerie
62
62. Men-service Suami
63
63. Aku menginginkanmu
64
64. Unboxing
65
65. Sikap Wira
66
66. Meraih surga dunia
67
67. Bulan Madu?
68
68. Mengantar istri
69
69. Dia siapa?
70
70. Membeli Gaun
71
71. Shinta tahu kebenarannya
72
72. Dilema
73
73. Sikap dingin Shinta
74
74. Kerumah Vania
75
75. Jatuh pingsan
76
76. Hamil?
77
77. Kecewa
78
78. Ketahuan
79
79. Mama Helen tahu
80
80. Kecupan hangat
81
81. Vania melahirkan
82
82. Kirena Azzahra
83
83. Berkunjung ke kantor Suami
84
84. Bertemu Anton
85
85. Hasutan Regina
86
86. Main bola bertiga
87
87. Tragedi berdarah
88
88. Kelahiran Baby Aaron
89
89. Kembalinya ingatan Shinta
90
90. Makan malam romantis
91
91.S2.Pesona Kiano
92
92.S2.Pembantu baru
93
93.S2.Wah....tampannya!
94
94.S2.Diantar ke Sekolah
95
95.S2.Tantangan untuk Kiano
96
96.S2. Menembak Inara
97
97.S2. Telah ternoda
98
98.S2. Cukup tahu diri
99
99.S2. Mual
100
100.S2. Malah Pacaran
101
101.S2. Apa yang mesti akun ingat?
102
102.S2. Datang ke pesta
103
103.S2. Pengakuan Inara
104
104.S2. Berhenti sekolah
105
105.S2. Mengakui
106
106.S2. Kabur
107
107.S2. Tawaran dari Jay
108
108.S2. Bersitegang
109
109.S2. Di usir
110
110.S2. Memberitahu Vania
111
111.S2. Menjemput Inara
112
112.S2. Ingin memeluknya
113
113.S2. Mas Kiano
114
114,S2. Perhatian suami
115
115.S2. Menyapa anak kita
116
116.S2. Tiga om super ganteng
117
117.S2. Malam kedua
118
118.S2. Kebahagiaan Inara
119
119.S2. Kelahiran baby Aska Hooman Ghazala (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!