Sampai menjelang subuh Vania baru bisa memejamkan matanya. Sepanjang malam gadis itu terus menangis meratapi akan nasib dan masa depannya yang kini telah hancur.
Akibat dari perbuatan biadab dari seorang laki-laki yang tak memiliki belas kasihan. Bukan hanya sekali tubuh Vania di rasukinya, laki-laki brengsek itu bahkan selalu menjamah tubuh Vania yang sudah tak berdaya.
Sinar mentari pagi masuk melalui pantulan kaca jendela sebuah kamar apartemen mewah. Dua insan yang baru saja menghabiskan malam bersama, bedanya si pria sangat menikmati sedangkan sang gadis begitu tersiksa menahan rasa sakit di tubuh dan hatinya.
Si Pria masih terlelap diatas ranjang king size nya, sedangkan gadis malang itu duduk di dekat pintu menelungkupkan wajahnya di antara lututnya dengan deraian air mata.
"Hiks hiks– mengapa semua ini harus terjadi pada diriku ya Allah, dosa apa yang telah aku lakukan hingga aku harus menerima musibah seberat ini. Apa yang harus aku lakukan jika bi Arum tahu apa yang telah menimpaku."
"Uh, kepalaku pusing sekali dan juga perutku sangat lapar. Laki-laki ba***** itu belum bangun juga. Aku ingin segera keluar dari tempat terkutuk ini."
Terdengar suara dering telepon dari ponsel yang tergeletak di atas nakas dekat tempat tidur. Vania sampai terlonjak kaget dan tubuhnya menegang ketika melihat pergerakan dari pria yang masih tertidur pulas.
"Hemm, ada apa?"
"Maaf tuan, saya saat ini sudah berada didepan pintu apartemen anda. Tadi saya ke mansion dan kata nyonya besar anda semalam tidak pulang."
Arman asisten dari Liam Tarendra Ghazala seorang Ceo dari Ghazala Group, Perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha. Liam merupakan seorang pengusaha muda sukses yang cukup di segani dikalangan para pebisnis.
"Iya, aku memang tidur di apartemen.Ada perlu apa pagi-pagi sudah mengganggu saja?"
"Maaf, Tuan. Tapi, satu jam lagi anda akan ada pertemuan.dengan klien kita Mr.Maida yang baru saja tiba dari Jepang, Tuan."
"Ah, s***! Aku lupa. Sudah, kau masuk saja.Aku akan bersiap-siap. Buatkan aku sarapan, cepat ngak pake lama!" Perintahnya pada Arman.
"Baik, siap Tuan."
"Ck–seenaknya saja dia. Eh, tapi dia memang boss ku kan.Dasar kau Arman." Arman memukul mulutnya sendiri karena sembarangan bicara tentang boss nya.Kalau boss kejamnya itu mendengar pastilah akan tamat riwayatnya.
Liam meletakkan kembali ponselnya, baru saja ia beranjak turun dari atas ranjang tiba-tiba ia terkejut melihat sosok gadis muda yang tengah menatapnya dengan raut ketakutan. Sejenak Liam belum menyadari akan apa yang terjadi...oh, bukan akan tetapi apa yang telah ia lakulan terhadap gadis muda itu.
"Kamu siapa dan apa yang kau lakukan dikamarku? Apakah kau ****** yang semalam aku booking?"
Tubuh Vania semakin menegang, bukan hanya fisiknya yang terasa sakit namun hatinya lebih hancur dengan segala kata hinaan yang terlontar dari bibir pria berengsek yang bernama Liam itu.
"Ditanya malah diam saja, ayo jawab!" Melangkah mendekat kearah Vania.
Merasa dirinya sedang dalam bahaya, Vania segera mengambil ancang-ancang untuk kabur. Ketika mendengar suara tombol password yang sedang di tekan dari arah luar pintu apartemen. Vania segera bergerak cepat dengan berlari tak lupa ia menenteng tas lusuhnya menuju ke arah pintu yang sebentar lagi akan terbuka.
Dan benar saja, saat pintu sudah terbuka dengan secepat kilat Vania langsung berhambur keluar. Tak diindahkannya suara Liam yang berteriak-teriak memanggilnya yang ucapan yang sangat menyakitkan tentunya.
"Terima kasih Tuan." Vania sempat mengucapkan terima kasih pada Arman yang telah membebaskannya dari cengkeraman sang predator yang akan memangsanya kembali.
"Heh, kamu siapa?"
"Heyy–j****, mau kabur kemana kamu ya?"
Melihat bossnya yang berlari-lari hanya mengenakan handuk yang terlilit dipinggangnya membuat pikiran Arman jadi travelling kemana-mana. Sang asisten sudah dapat menebak akan apa yang telah terjadi antara gadis tadi dengan boss nya itu. Apa iya gadis yang tampak lugu itu adalah seorang wanita panggilan. Rasanya itu tidak mungkin. Dari tatapan sendunya dan juga raut ketakutannya saja sudah bisa ditebak bahwa gadis itu tampak sangat trauma. Wajahnya sangat pucat.
"Arman, kenapa kamu biarkan wanita itu kabur...hah?" Kesalnya pada sang asisten. Mata elangnya menatap tajam Arman membuat pria muda itu menciut tak berani menatap boss nya.
"Ma–maaf Tuan, saya tidak tahu. Apakah gadis tadi sudah mencuri sesuatu barang milik anda? Kalau begitu saya akan menangkapnya dan membawanya kehadapan Tuan kembali." Arman hendak keluar namun, Liam menghentikannya.
"Tidak usah. Sudahlah, biarkan saja perempuan itu pergi.Aku tidak perduli,lebih baik kamu buatkan sarapan untukku. Perutku lapar sekali."
"Baik Tuan."
"Pasti sepanjang malam dia menggarap gadis itu. Sampai kelaparan begitu.Tapi, aku kok jadi kasihan ya melihat wajah sedihnya? Apa jangan-jangan Tuan Liam yang telah melecehkannya." Batin Arman menerka-nerka akan apa yang sesungguhnya terjadi malam tadi.
"Arman, nanti kamu buang baju perempuan tadi. Itu ada didalam kamar!" Arman pun menangguk tanda mengerti.
Sementara itu Vania terus berlari menjauh dari kawasan apartemen mewah tempat dimana si pemerkosa itu tinggal. Air matanya terus mengalir tak terbendung, Vania merasa sudah tidak ada artinya lagi untuk hidup.Rasanya ia ingin menhakhiri hidupnya saja.
Untuk apa lagi ia hidup jika, harga dirinya sudah hancur juga masa depannya. Kelak tak akan ada laki-laki yang mau menjadikannya seorang istri. Gadis yang telah ternoda.
Vania hampir saja putus asa jika ia tak mengingat kedua orang tuanya yang akan menanggung dosa akan apa yang dilakukannya. Tiba-tiba ia teringat akan sang bibi, Vania membuka dompet lusuhnya dan merasa lega karena kertas yang berisikan alamat bibi nya tidak hilang.
"Ah, syukurlah ternyata masih ada. Aku kira hilang. Ini alamatnya dimana ya? Dari sini jauh atau tidak. lebih baik aku bertanya pada seseorang."
Langkahnya terhenti disebuah warung kecil dengan sopan Vania pun bertanya pada si penjaga warung tersebut.
"Maaf Pak, apa saya boleh bertanya alamat ini apa masih jauh ya dari sini?" Vania memperlihatkan secarik kertas tersebut pada seorang bapak pemilik warung.
"Oh, ini tidak bergitu jauh lagi dari sini kok, neng. Begini saja. Lebih baik eneng naik ojek pengkolan saja...itu disana. Nanti biar diantar sampai ke alamat ini."
"Begitu.Kalau begitu saya ucapkan terima kasih ya Pak atas bantuannya. Permisi."
"Iya, sama-sama neng."
Sesuai saran dari bapak-bapak tadi. Vania pun akhirnya melanjutkan perjalanannya kembali dengan menaiki ojek menuju ke tempat sang bibi tinggal.
Dan disinilah kini Vania berdiri di depan sebuah gerbang yang menjulang tinggi. Ia melihat kesekeliling dan memang hanya rumah mewah itu yang terlihat mencolok.
Dugh dugh dugh
Vania menggedor-gedor pintu gerbang besar itu agak keras.
"Permisi–"
"Iya, siapa dan ada perlu apa?"
Seorang petugas security melongok dari jendela pos keamanan dan bertanya.pada Vania.
"Maaf Pak, apa saya bisa bertemu dengan bi Arum? saya baru saja tiba dari kampung. Bilang saja ada Vania keponakannya."
"Oke, tunggu sebentar, akan aku panggilkan."
"Terima kasih, Pak."
Vania belum diizinkan untuk masuk, karena penjagaan di mansion itu begitu ketat tidak sembarang orang bisa berlalu lalang masuk kedalam. Tak berapa lama, bi Arum pun datang dan membukakan pintu gerbangnya.Keduanya tampak terharu dan langsung saling berpelukan.
"Bibi–."
"Vania–kamu kenapa baru sampai nak? Bukankah harusnya kemarin sore kamu sudah sampai disini."
"Iya bi, itu...soalnya kemarin aku kesasar dan menginap di sebuah masjid. Maaf ya bi, aku pasti membuat bibi khawatir." Bohongnya.
"Ya sudah, yang pentig kamu sudah sampai disini dengan selamat. Ayo masuk, kamu istirahatlah dulu. Nanti sore akan bibi perkenalkan sama nyonya besar."
Wanita paruh baya itu pun membimbing sang keponakan menuju ke kamarnya yang terletak di belakang mansion. Tampak beberapa pelayan sedang melakukan pekerjaannya. Dan Vania segera akan menjadi salah satu pelayan di tempat itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Nora♡~
Yaa... Allah kasihannya hidup Vania.,. sebab satu2nya harta yaa miliki telah di ragut paksa oleh Liam Durjana.. Semoga Ibunya Liam seorang yang baik hati tak seperti anaknya yang perangainya macam Setan... Sabar yaa Vania semoga saja ada hikmah di sebalik penderitaan mu.... semangat yaa Thor... lanjuutt...
2023-05-13
1