Jalan panjang Vania
Sorak sorai para siswa dan siswi kelas XII SMA Negeri I merayakan kelulusan mereka, tak terkecuali Vania Hasna gadis manis bertubuh mungil itu pun lulus dengan peringkat nilai tertinggi. Ya, Vania merupakan salah satu siswi terbaik disekolahnya.
"Vania, bagaimana kalau nanti kita kuliah ditempat yang sama. Pasti akan sangat menyenangkan. Ah, akhirnya kita akan segera tahu bagaimana rasanya menjadi seorang mahasiswa." Ucap salah satu temannya yang bernama Erina.
Vania tertunduk lesu, ia sadar diri bahwa dirinya tidak akan pernah bisa melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Hal itu sungguh mustahil baginya.
"Em, sepertinya aku tidak akan melanjutkan kuliah deh, Rin. Kamu kan tahu sendiri keadaanku bagaimana.Jadi, aku akan mendo'akanmu saja semoga dapat diterima di Universitas yang kamu inginkan."
Gadis yang bernama Erina itu pun tak bisa berbuat apa-apa. Ia juga mengerti akan kesulitan hidup yang tengah dialami oleh sang sahabat. "Begitu ya, lalu apa yang akan kamu lakukan setelah ini Van?"
"Aku berencana akan pergi ke ibukota,Rin. Bi Arum sudah mencarikan pekerjaan disana untukku dan Alhamdulillah ternyata ditempatnya bekerja sedang membutuhkan karyawan jadi, ya aku tak akan melepaskan kesempatan itu."
Erina menatap sang sahabat sendu, karena mereka akan berpisah jauh.
Dua minggu kemudian Vania mendapatkan panggilan telepon dari bi Arum melalui tetangga dekat rumahnya dan menanyakan kapan gadis itu siap untuk berangkat ke kota.
Vania telah menyelesaikan seluruh administrasi disekolahnya, Terutama Izajah terakhirnya. Dokumen tersebut akan dibawanya serta mungkin saja akan dibutuhkan ditempatnya bekerja nanti.
Akhirnya Vania pun melangkahkan kakinya pergi meninggalkan kampung halaman tercinta. Ia menuju ke sebuah terminal dengan diantar oleh seorang tukang ojek. Tiket sudah di belinya, kemudian Vaniia segera menaiki bus nya.
"Bismillahirahmanirrahim. semoga perjalananku di berikan kelancaran dan selamat sampai tujuan."
Waktu telah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Vania baru saja tiba di Jakarta dan turun dari bus. Ia melangkah menelusuri jalan yang masih tampak ramai oleh lalu lalang kendaraan.
Langkah kakinya berhenti di depan sebuah masjid, Vania pun masuk untuk menjalankan sholat magrib dan beristirahat sejenak.
Dan kini Vania tengah duduk disebuah halte bus, ia menunggu angkot yang akan menuju ke tempat bibi nya tinggal. Sesuai petunjuk dari bi Arum, Vania harus menaiki angkot dengan no.23.Namun, sayangnya sudah hampir satu jam lebih tak satu pun angkot bernomor tersebut yang melewatinya. Vania mulai merasa resah dan juga tubuhnya sangat lelah dan mengantuk.
Gadis itu masih tetap setia menunggu, ya karena Vania sama sekali tidak tahu alternatif lain untuk menuju ke tempat tujuannya. Maklum, ia hanyalah seorang gadis desa yang masih awam tentang situasi di ibukota.
Perutnya sudah mulai keroncongan, betapa tidak sejak siang tadi ia belum makan sama sekali. Langit sudah tampak gelap dan juga kendaraan mulai lenggang. Vania beranjak pergi dari halte bus tersebut dan hendak mencari makanan. Mungkin ia akan menemukan sebuah warung makan sederhana untuk sekedar mengisi perutnya yang sudah sangat kelaparan.
Baru saja ia kan menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah mobil berhenti mendadak di depannya.Hampir saja Vania tertabrak jika saja sang pengemudi terlambat menginjak pedal rem.
"Akhhh–!" Vania jatuh dengan posisi terduduk, tubuhnya menegang karena begitu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Hanya tinggal beberapa centi saja tubuhnya akan terlempar bersentuhan dengan mobil itu.
Tampak seseorang keluar dari sisi pengemudi. Sosok pria bertubuh kekar menjulang tinggi berdiri dihadapan Vania sambil berkacak pinggang. Refleks Vania mendongak keatas menatap laki-laki tersebut yang tengah menatapnya tajam.
"Hei‐apakah kau mau bunuh diri, hah?"
"Si–apa yang mau bunuh diri anda yang mengebut dan tidak melihat rambu-rambu tanda orang menyeberang. Kenapa jadi anda yang marah-marah, harusnya saya yang marah karena memang anda yang salah." Vania tak terima disalahkan, pria itulah yang salah.
Laki-laki itu semakin kesal karena gadis dihadapannya tersebut sangat berani menentangnya. Baru kali ini ada yang berani menyalahkannya.
Tak terima, dengan kasar menarik tangan Vania agar berdiri kemudian menyeret tubuh mungil sang gadis lalu medorongnya hingga jatuh terjerembab di kursi penumpang dan melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh membawa kabur Vania, entah gadis itu akan dibawa kemana.
Mobil mewah berwarna merah itu berhenti di lantai basement sebuah apartemen. Dengan kasar pria itu menyeret Vania dengan paksa memasuki lift. Pintu lift terbuka tepat di lantai 10. Lagi, Vania dipaksa untuk mengikuti laki-laki misterius tersebut sampai terseok-seok tak bisa mengimbangi langkah kaki panjangnya.
"Masuk!"
"Ti–tidak mau. Maaf Tuan, saya tidak mengenal anda dan tolong biarkan saya pergi." Mohon Vania sambil menangkupkan telapak tangannya didepan dada.
"Pergi?hahaha...tidak akan semudah itu, sayang. Kau harus mendapatkan hukuman karena telah berani menantangku gadis manis."
Vania semakin ketakutan, apalagi ketika ia baru menyadari ada yang tidak beres dengan laki-laki tersebut. Wajahnya memang sangat tampan namun, mimik wajahnya begitu mengerikan seakan ingin segera melahapnya. Vania bergerak perlahan mencoba kabur, menunggu hingga laki-laki itu lengah.
Ketika dirasa ada kesempatan disaat pria itu tengah berjalan membelakanginya. Dengan gerak cepat Vania berlari kearah pintu namun, sungguh sial pintu tersebut telah tertutup otomatis dan hanya bisa dibuka dengan menggunakan kode.
"Mau kemana, hem? Kau pikir akan semudah itu bisa kabur dari sini. Sayang sekali, sekarang saatnya kau harus mendapatkan hukuman dariku ******. Berani-beraninya kau telah menipuku, hah...rasakan ini!"
"Ja–jangan Tuan, saya tidak memiliki masalah dengan anda. Bahkan saya tidak mengenal anda, Tuan."
"Apa kau bilang, tidak mengenalku? Ck...dasar j***** tetaplah ******, ayo malam ini kau harus memuaskanku!"
"Aaaaakh–jangan, tolong lepaskan saya, Tuan!"
Brett
Kemeja yang dikenakan Vania ditarik paksa hingga kancing-kancingnya terlepas dan berjatuhan di atas lantai. Vania refleks menutupi dadanya yang terekspos dengan kedua telapak tangannya.Meskipun masih ada kain yang menutupinya tetap saja ia sangat malu.
"Sok suci sekali pakai ditutupi segala, mau jual mahal ternyata kamu ya–."
Srett
Grepp
"Akhhh–"
Dengan sekali tarikan, kain penutup bagian dadanya terhempas begitu mudahnya. Vania tersentak kaget dan dengan cepat menutupi dadanya. Namun, sayangnya gerakannya kalah cepat dari laki-laki misterius tersebut dan tanpa ba bi bu tubuh Vania langsung di bopong seperti karung beras masuk kesebuah kamar.
Brukkk
"Auwhh."
Vania merasakan sakit di pergelangan tangannya yang memerah ketika di cengkeram oleh tangan besar pria yang berniat ingin melecehkannya.
"Sebaiknya kau menurut saja dari pada nanti akan merasa kesakitan. Ayo, sekarang layani dan puaskan aku seperti biasanya...j*****!"
"Akhhh–tidakkk!"
"PLAKK!"
Wajah Vania ditampar sampai setetes darah menetes di sudut bibirnya. Karena gadis itu terus memberontak. Dan akhirnya Vania meyerah, tenaganya sudah terkuras habis untuk melawan tapi percuma, kekuatannya tak sebanding dengan pria bertubuh kekar itu.
"s***, kau sungguh n***** sayang. Ternyata kau–."
Dan malapetaka itu terjadi pada gadis muda yang kehormatannya di renggut paksa dengan kasar dan kejam.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902
mampir kesini
2023-10-16
1
Uthie
coba mampir 👍
2023-09-07
0
Nora♡~
Yaa... Tuhan kasihannya Vania... harga diri nya tercemar dan teragut kesuciannya oleh Laki2 tak berakhlak... geramnya mau jer timbak dia dengan mariam gajah 😡😡Doa dan Sabar yaa Vania bukan salah mu... lanjuutt.,
2023-05-12
1