Bab 6. Masih cinta

Nara baru turun ke meja makan setelah waktu menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit. Nara berpikir, semua orang sudah selesai sarapan. Tetapi yang ada, semua keluarga baru akan memulai acara makan pagi tersebut.

Kegiatan makan bersama adalah sesuatu yang mulai Nara hindari dari beberapa hari yang lalu. Karena kegiatan tersebut tidak akan jauh-jauh dari sindiran untuk Nara seperti, tak kunjung memiliki anak dalam kurun waktu lima tahun.

"Eh, Mbak Nara sudah datang," ucap Beta yang menyadari kehadiran Nara lebih dulu.

Nara tersenyum menanggapi. Tatapannya tertuju pada Arjuna yang kini juga sedang menatap dirinya. Semalam, Nara jelas menolak ketika Arjuna akan menyentuh dirinya. Minggu ini bukanlah jatah Nara sehingga dia tidak mau mencuri jatah Nadya.

"Assalamu'alaikum," sapa Nara pada semua yang hanya dijawab oleh suaminya.

"Wa'alaikumussalam. Duduk di sini, Ra," pinta Arjuna sambil menarik kursi di sebelahnya. Nadya sudah duduk di sisi sebelah kiri sedangkan Nara duduk di sebelah kanannya.

Bu Azni melirik sinis pada kedatangan Nara. Tidak ada yang bicara setelahnya. Hanya ada suara denting sendok yang beradu dengan piring. Hingga semua selesai dengan kegiatan sarapan, Bu Azni berdehem pelan.

"Bagaimana rasanya tadi malam, Nad?" tanya beliau lembut, seperti sengaja ingin membuat Nara cemburu.

"Mas Arjuna sangat hebat, Ma," jawab Nadya dengan polosnya. Nara hanya diam sambil menenggak air putih miliknya.

"Ma! Tidak selayaknya hal seperti itu menjadi perbincangan. Bila di bahas, hal tersebut bisa menjadi aib," peringat Arjuna yang memang masih memegang teguh adab baiknya.

Nara tersenyum dalam hati. Sejauh ini, suaminya itu belum pernah melanggar syariat. Oleh karena itulah Nara tidak bisa menggugat hanya karena di poligami. Karena Arjuna tetap bersikap adil.

"Kamu mulai pandai menasehati Mama sekarang?" tanya Bu Azni tidak terima.

Nara menghela napas lelah lalu beranjak lebih dulu. Dia tidak ingin menyaksikan drama ibu mertuanya di pagi hari. Hal tersebut sudah cukup membuat Nara jengah. Karena pasti dirinyalah yang akan Disangkut-pautkan serta disalah-salahkan.

"Pasti gara-gara istri mandulmu itu."

Nah kan. Baru saja Nara berpikir demikian, suara sang Ibu mertua kembali terdengar.

"Mengapa selalu Nara yang Mama salahkan? Tidakkah Mama berpikir jika Nara tak kunjung memiliki anak karena tertekan hidup bersama Mama?" tanya Arjuna yang kini mulai berani mengemukakan pendapat.

Selama ini, Nara mengetahui jika Arjuna tidak ingin mendebat sang Mama. Kini, hal itu sedang terjadi tetapi sudah terlambat bagi Nara. Dulu, Arjuna selalu diam ketika ibunya mengolok-olok Nara.

"Kamu—"

"Aku pamit dulu, Mas. Aku ingin bertemu teman lamaku," pamit Nara sebelum perdebatan itu semakin panjang.

"Biar Mas yang antar kamu," ucap Arjuna yang kini sudah berdiri dari duduknya. Secepat kilat Nara menggeleng.

"Tidak perlu, Mas. Hari ini kamu masih milik Nadya. Aku tidak bisa membiarkan kamu menemaniku. Temani saja Nadya," jawab Nara lalu menyalami tangan Arjuna.

Tidak memiliki pilihan lain, Arjuna pasrah dan membiarkan Nara pergi. Arjuna hanya mengantarkan sampai ambang pintu. Hari ini dia masih dalam masa cuti karena pernikahan keduanya.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Arjuna bisa melihat raut Nara yang berbinar ketika melihat layar ponselnya. Nara tidak tahu mengapa istrinya itu terlihat sangat bahagia.

"Sebenarnya kamu ingin bertemu siapa sampai harus sebahagia itu?" gumam Arjuna menatap nanar kepergian Nara.

Sedangkan Nara, dia tersenyum ketika mendapat pesan dari Dissa yang mengatakan jika temannya itu sudah sampai. Nara merasa konyol karena kebiasaan Dissa sejak dulu belum berubah. Yaitu, datang setengah jam lebih awal.

Nara:

Ya sudah. Pesankan makanan untukku juga ya. Aku masih lapar dan sengaja makan sedikit.

Setelah mengirim balasan tersebut, Nara segera melajukan motor menuju restoran Sunda tempat Dissa berada.

Tidak berapa lama, motor pun tiba. Setelah mencari nomor meja yang Dissa pesan, akhirnya Nara bertemu dengan teman lamanya itu.

"Apa kabar, Ra? Aku sangat merindukanmu. Sudah lama juga kita tidak bertemu," ucap Dissa sambil menyambut kedatangan Nara dengan memeluknya.

Nara balas memeluk Dissa hangat. "Aku baik, Dis. Semoga kamu baik juga ya," jawab Nara yang mendapat anggukan penuh senyum dari Dissa.

"Berhubung makanan sudah datang, kita makan dulu ya, Ra." Dissa berucap sambil menatap deretan makanan yang sudah tersaji.

"Aku turut sedih dengan keputusan suami kamu, Ra," ucap Dissa untuk pertama kalinya, setelah acara makan itu selesai.

Nara tersenyum tipis. "Terimakasih, Dis."

"Jadi bagaimana? Apakah ada lowongan pekerjaan yang cocok untukku?" tanya Nara tidak ingin pembahasan tentang suaminya berlanjut. Dissa menghela napas kasar. Sadar jika Nara tidak ingin melanjutkan pembahasan.

"Aku ada lowongan pekerjaan di sebuah perusahaan. Hanya saja, apa kamu yakin jika suamimu akan mengizinkan?" tanya Dissa sangsi.

Nara tercenung. Pembahasan tentang Nara yang ingin bekerja semalam tidak berakhir baik. Suaminya itu tetap teguh pada pendiriannya, tidak ingin Nara bekerja.

"Aku yakin, suami kamu tidak mengizinkan," tebak Dissa yang memang benar adanya.

"Tetapi, aku butuh hiburan ketika jatah istri kedua suami ku tiba, Dis. Aku tidak sanggup bila terus melihat keduanya bersama," jawab Nara dengan tatapan mata kosong.

Dissa menghela napas panjangnya. Seakan ikut merasakan sesak yang Nara alami. Dissa tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jadi Nara.

"Kamu sangat kuat, Ra. Aku tidak yakin jika ada di posisi kamu, akan sanggup menghadapi." Dissa berucap kagum.

"Manusia diuji sesuai porsi kemampuannya masing-masing, Dis. Walau aku merasa tak mampu, nyatanya aku kuat sampai hari ini," jawab Nara tersenyum mengingat lima tahun yang sudah berlalu.

"Kalau kamu butuh teman untuk bercerita, aku siap menyediakan telinga, Ra. Jangan sungkan untuk berbagi bebanmu padaku," ucap Dissa benar-benar tulus.

"Terima kasih, Dis. Untuk masalah pekerjaan, aku akan bicarakan lagi dengan Mas Arjuna. Sebenarnya, aku tidak diizinkan untuk bekerja dan aku tidak bisa melanggar aturan tersebut. Aku bisa mendapat dosa karena tidak menuruti perintah suami demi kebaikan," jelas Nara panjang lebar.

Dissa terdiam menatap Nara lamat-lamat. Tangannya terulur menyentuh punggung tangan Nara yang berada di atas meja. "Apakah cinta dari suami kamu masih tetap sama?" tanya Dissa ragu-ragu.

Nara kembali tercenung. "Aku tidak tahu. Sejauh ini, tidak ada yang berubah dari sifat maupun sikap Mas Arjuna, Dis. Dia masih sama. Masih menjadi Arjuna yang Nara kenal. Dia adil dalam bersikap," jawab Nara.

"Lalu kamu? Apakah masih mencintai suami kamu?"

Dengan cepat, Nara mengangguk. "Aku masih sangat mencintai Mas Arjuna, Dis. Aku bahkan takut ketika suamiku sedang dekat dengan Nadya. Aku takut kehilangannya."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...mampir juga kesini yuk 👇👇...

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

Nara, you have to strong 💪 don't let your tears flow even though your heart is very hurt ✊

2023-09-06

0

Aas Azah

Aas Azah

aku kasih vote sama bunganya thor, supaya lebih semangat up nulis setiap hari💪😘

2023-05-16

2

yanktie ino

yanktie ino

terima kasih pemuatan bannernya
eyank kirim mawar untukmu

2023-05-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pernikahan kedua
2 Bab 2. Dzolim?
3 Bab 3. Mas rindu, Ra.
4 Bab 4. Nara!
5 Bab 5. Overthinking
6 Bab 6. Masih cinta
7 Bab 7. Ibadah terlama
8 Bab 8. Perdebatan
9 Bab 9. Antara adil dan tidak
10 Bab 10. Rencana Arjuna
11 Bab 11. Tiba waktunya bersama
12 Bab 12. Saling menginginkan
13 Bab 13. Terjadi lagi
14 Bab 14. Membeli rumah baru
15 Bab 15. Pengusiran
16 Bab 16. Ayah!
17 Bab 17. Keyakinan Nara
18 Bab 18. Tak tergapai
19 Bab 19. Mengulang kenangan
20 Bab 20. Apakah Mas mencintaiku?
21 Bab 21. Upnormal
22 Bab 22. Interview
23 Bab 23. Bidadari tak bersayap
24 Bab 24. Perempuan?
25 Bab 25. Pulang?
26 Bab 26. Perkara Dissa
27 Bab 27. Bertukar cerita
28 Bab 28. Beta?
29 Bab 29. Menuju jalan kebenaran
30 Bab 30. Trouble maker
31 Bab 31. Apa salahku?
32 Bab 32. Khawatir?
33 Bab 33. Nadya bertingkah lagi
34 Bab 34. Akhirnya terjadi
35 Bab 35. Kemarahan Nara
36 Bab 36. Episode terbaik
37 Bab 37. Membara
38 Bab 38. Balasan
39 Bab 39. Banyak hal baik
40 Bab 40. MAS PRAS
41 Bab 41. Tersentil
42 Bab 42. Lamaran Pras
43 43. Pov Pras-Beta
44 Bab 44. Tersenyum-senyum
45 Bab 45. Kemarahan Nara
46 Bab 46. Pilihan untuk pergi
47 Bab 47. Saran Dissa
48 Bab 48. Perceraian
49 Bab 49. Hantu?
50 Bab 50. Sudah berakhir
51 Bab 51. Jatuhnya talak
52 Bab 52.Mulai terlihat
53 Bab 53. Membahas kasus
54 Bab 54. Bertemu
55 Bab 55. Penyesalan Bu Azni
56 Bab 56. Arjuna dengan cintanya
57 Bab 57. Sidang mediasi
58 Bab 58. Terapi lagu
59 Bab 59. Melahirkan?
60 Bab 60. Operasi caesar
61 Bab 61. Sama-sama kehilangan
62 Bab 62. Tiga tahun kemudian
63 Bab 63. Atok!
64 Bab 64. Tidak ada masa tenggang
65 Bab 65. Dipertemukan kembali
66 Bab 66. Anak Mas cantik
67 Bab 67. Dugaan Arjuna
68 Bab 68. Gerak cepat
69 Bab 69. Kenapa?
70 Bab 70. Saling sayang
71 Bab 71. Mengunjungi Nadya
72 Bab 72. Mungkin lupa
73 Bab 73. NADYA!
74 Bab 74. Turut berduka cita
75 Bab 75. The wedding
76 Bab 76. Hadiah dari Arjuna
77 Bab 77. Boleh sekarang
78 Bab 78. Suasana pengantin baru
79 Bab 79. Main lagi yuk!
80 Bab 80. Membesarkan Raden
81 Bab 81. Tebakan Beta
82 Bab 82. Positif
83 Bab 83. Bukan sebuah akhir
84 Sayap Cinta Yang Patah by ika oktafiana
85 Novel horror Ummu Sibyan by Ika Oktafiana
86 Balas Dendam Putra Terbuang by ika oktafiana
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1. Pernikahan kedua
2
Bab 2. Dzolim?
3
Bab 3. Mas rindu, Ra.
4
Bab 4. Nara!
5
Bab 5. Overthinking
6
Bab 6. Masih cinta
7
Bab 7. Ibadah terlama
8
Bab 8. Perdebatan
9
Bab 9. Antara adil dan tidak
10
Bab 10. Rencana Arjuna
11
Bab 11. Tiba waktunya bersama
12
Bab 12. Saling menginginkan
13
Bab 13. Terjadi lagi
14
Bab 14. Membeli rumah baru
15
Bab 15. Pengusiran
16
Bab 16. Ayah!
17
Bab 17. Keyakinan Nara
18
Bab 18. Tak tergapai
19
Bab 19. Mengulang kenangan
20
Bab 20. Apakah Mas mencintaiku?
21
Bab 21. Upnormal
22
Bab 22. Interview
23
Bab 23. Bidadari tak bersayap
24
Bab 24. Perempuan?
25
Bab 25. Pulang?
26
Bab 26. Perkara Dissa
27
Bab 27. Bertukar cerita
28
Bab 28. Beta?
29
Bab 29. Menuju jalan kebenaran
30
Bab 30. Trouble maker
31
Bab 31. Apa salahku?
32
Bab 32. Khawatir?
33
Bab 33. Nadya bertingkah lagi
34
Bab 34. Akhirnya terjadi
35
Bab 35. Kemarahan Nara
36
Bab 36. Episode terbaik
37
Bab 37. Membara
38
Bab 38. Balasan
39
Bab 39. Banyak hal baik
40
Bab 40. MAS PRAS
41
Bab 41. Tersentil
42
Bab 42. Lamaran Pras
43
43. Pov Pras-Beta
44
Bab 44. Tersenyum-senyum
45
Bab 45. Kemarahan Nara
46
Bab 46. Pilihan untuk pergi
47
Bab 47. Saran Dissa
48
Bab 48. Perceraian
49
Bab 49. Hantu?
50
Bab 50. Sudah berakhir
51
Bab 51. Jatuhnya talak
52
Bab 52.Mulai terlihat
53
Bab 53. Membahas kasus
54
Bab 54. Bertemu
55
Bab 55. Penyesalan Bu Azni
56
Bab 56. Arjuna dengan cintanya
57
Bab 57. Sidang mediasi
58
Bab 58. Terapi lagu
59
Bab 59. Melahirkan?
60
Bab 60. Operasi caesar
61
Bab 61. Sama-sama kehilangan
62
Bab 62. Tiga tahun kemudian
63
Bab 63. Atok!
64
Bab 64. Tidak ada masa tenggang
65
Bab 65. Dipertemukan kembali
66
Bab 66. Anak Mas cantik
67
Bab 67. Dugaan Arjuna
68
Bab 68. Gerak cepat
69
Bab 69. Kenapa?
70
Bab 70. Saling sayang
71
Bab 71. Mengunjungi Nadya
72
Bab 72. Mungkin lupa
73
Bab 73. NADYA!
74
Bab 74. Turut berduka cita
75
Bab 75. The wedding
76
Bab 76. Hadiah dari Arjuna
77
Bab 77. Boleh sekarang
78
Bab 78. Suasana pengantin baru
79
Bab 79. Main lagi yuk!
80
Bab 80. Membesarkan Raden
81
Bab 81. Tebakan Beta
82
Bab 82. Positif
83
Bab 83. Bukan sebuah akhir
84
Sayap Cinta Yang Patah by ika oktafiana
85
Novel horror Ummu Sibyan by Ika Oktafiana
86
Balas Dendam Putra Terbuang by ika oktafiana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!