#7 Sebuah Undangan (Surat yang Ditolak)

Keesokan harinya.

"Nona, anda harus segera bangun. Ada tamu yang datang."

"Hmm Marta?"

Yanneta mengerang. Ini masih pagi dan dia masih ingin tidur. Semalam dia begadang membaca buku jadi hari ini dia ingin bangun siang.

"Pelayan pribadi Duke Soveil ada di ruang tamu."

"Apa?" Yanneta langsung bangun.

"Beliau mengatakan membawa surat untuk anda dari Duke Soveil."

Mulut Yanneta menganga.

"Katakan padanya jika aku masih tidak enak badan dan kirim dia kembali."

"Tapi nona, anda akan dianggap tidak sopan. Mengusir bangsawan tingkat tinggi akan menjadi rumor buruk untuk anda.

Masa bodoh dengan rumor pikir Yanneta. Lagipula dia bukanlah bagian dari dunia ini.

"Aku tidak mengusirnya Marta, aku mempersilahkan kembali. Alasannya juga jelas, aku tidak enak badan."

"Nona.." Rengek Marta.

Yanneta tidak mempedulikan Marta dan kembali menarik selimutnya.

Marta tidak mampu berbuat banyak. Dia keluar kamar dengan wajah yang rumit. Nonanya menang keras kepala. Sekali mengatakan tidak selamanya tidak. Membujuknya juga akan sulit dan terkesan mengabaikan. Jika dilihat dari sudut pandang Soveil.

Marta menemui Fabian kemudian memberi penjelasan sesuai apa yang dikatakan Yanneta.

Tak banyak tanggapan dari Fabian selain mendoakan kesembuhan Yanneta. Setelah itu dia langsung pamit.

Yanneta diam-diam melihat kepergian Fabian melalui jendela kamarnya. Hatinya gamang. Apa maksud Lionel berbuat seperti ini. Bukankah dia sudah berjanji sepenuh hati bahwa dia tidak akan membocorkan rahasianya.

Dia kesal. Merasa diawasi dan bingung. Ingin rasanya teriak "Lepaskan saja aku. Aku tidak penting. Sebentar lagi kamu akan menemukan belahan jiwamu jadi tolong fokus saja padanya."

Mimpi apa dia sampai harus terlibat dengan pemeran utama pria. Dia tergerak karena rasa kasihan. Tapi kalau dia disalahpahami begini, bisa repot.

Yanneta ingin hidup damai di dunia novel yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Sanbil diam-diam melihat para pemeran utama saling terlibat. Sungguh indah bukan.

Menikmati hidup mewah tanpa bekerja. Mendapatkan hak istimewa sebagai bangsawan. Sungguh nikmat.

Yanneta menutup tirai dengan kasar. Dia kembali membenamkan dirinya ke dalam selimut lembut dan empuknya kasur.

*

"Sakit?"

Fabian mengangguk. Empat hari yang lalu wanita itu tampak baik-baik saja saat menggertaknya. Tapi tiba-tiba sakit.

"Mungkin terjadi sesuatu saat pertemuan Yang Mulia dengan Lady?"

Lionel mencoba mengingat lagi.

"Aku mengancamnya."

"Yang Mulia!" Bentak Lionel.

"Mungkin saja dia tahu tentang kutukan Hell apa aku mencoba mengancamnya."

"Astaga." Fabian mendesah kesal.

"Jika anda berhadapan dengan ksatria itu hal yang wajar. Jika dengan seorang wanita anda tidak boleh seperti itu Yang Mulia. Perasaan wanita sangat halus."

"Aku tidak peduli."

"Yang Mulia bersikaplah sedikit lembut. Para wanita bisa saja ketakutan."

"Fabian. Dia bisa saja tahu tentang kutukan Hell."

"Jika Lady Rainhart tahu dia pasti tidak akan diam saja, dia pasti sudah berkeliling tempat pesta dan menggosipkan anda. Tidak mungkin anda bisa setenang ini sekarang." Suara Fabian meninggi.

"Kamu sama beraninya dengan wanita itu." Lionel tak mau kalah.

"Maafkan saya Yang Mulia. Saya tidak berpikir dulu sebelum bertindak. Kalau begitu saya akan pamit."

Kepergiaan Fabian diiringi tatapan kesal Lionel. Dia juga sama kesalnya. Tidak tahu karena. Entah karena suratnya tidam diterima atau apa yang Fabian katakan ada benarnya.

Jika wanita bermulut ringan, dia tidak mungkin setenang ini. Pasti sudah jadi kekacauan dan bisa jadi informasi ini dipakai untuk mengencamnya, memerasnya hingga memanfaatkannya.

Nyatanya wanita itu hanya mengembalikan belati Hell dan berkata jika dia takut disalahpahami.

"Argh! Sial!" Lionel menendang semua dokumen yang tertumpuk rapi dihadapannya.

Hari itu, Lionel mengurung diri di ruang kerjanya sepanjang malam. Tidak keluar untuk makan malah. Tidak juga memanggil siapapun masuk.

Para pelayan yang menunggu di balik pintu menjadi cemas.

Satu-satunya yang tenang adalah Fabian. Dia berkali-kali menghela nafas panjang. Majikannya memang keras kepala. Tidak pernah merasa bersalah sama sekali.

Saat fajar hampir menyingsing, pintu ruang kerja Duke Soveil terbuka. Para pelayan yang berbaris menahan nafas.

"Fabian siapkan kereta. Aku telah merenungkan perkataanmu semalaman. Jadi hari ini aku akan meminta maaf langsung kepada Lady Rainhart. Jadi bantu aku bersiap."

Fabian membungkuk kemudian mengikuti langkah Lionel.

*

"Sudah aku bilang aku gak mau di ganggu hari ini." Yanneta menjawab dengan muka malas.

Pikirnya, itu pasti Fabian si pelayan pribadi Lionel. Sepertinya Lionel memang bermaksud untuk mempermainkannya. Selain itu juga mengawasi dan memastikan Yanneta tutup mulut atau tidak.

Hah.

Tapi kan tidak begini juga caranya. Jika ada yang tahu bukankah akan timbul rumor dan mereka akan curiga.

"Baiklah aku akan menulis surat balasan saja." Jawab Yanneta.

"Nona bagaimana kalau anda membuka dulu pintunya."

"Tidak."

Yanneta sengaja mengunci pintu kamarnya. Antisipasi jika ada gangguan.

"Bukan pelayan pribadi yang datang, tapi Yang Mulia Duke sendiri yang datang nona. Beliau sedang menunggu di ruang tamu."

"Apa?"

Yanneta sontak membuka pintu.

Ada Marta dengan penampilan kusutnya.

"Ya, Duke sedang menunggu anda nona."

"Kenapa tidak bilang daritadi!" Suara Yanneta menunggu.

"Anda mengunci pintunya."

"Marta tidak bohong kan? Orang itu datang sendiri?"

Marta mengangguk.

"Baiklah ayo temui dia."

Dibanding terkejut Yanneta lebih tidak habis pikir. Kepalanya kian berdenyut memikirkan sikap orang itu sejauh ini. Apa maksudnya, apa yang dia mau. Bukankah dia sudah mengatakan untuk tidak bertemu di masa depan. Dia juga menepati janjinya untuk tetap diam.

"Haissss.." Umpat Yanneta dalam hati.

"Tapi nona anda harus berganti pakaian dulu."

Langkah Yanneta berhenti. Dia memindai pakaiannya sebentar. Baju tidur. Dia memang baru saja bangun dan berencana hendak bersantai saja di kamar.

"Tidak bolehkah aku memakai ini saja?"

Sejujurnya itulah pakaian ternyaman baginya. Pakaian yang terdiri dan dua bagian. Gaun sutra bagian dalam dan outer yang longgar. Dibandingkan dengan gaun resmi yang harus menggunakan korset. Rasanya sesak setengah mati.

"Tentu tidak nona. Anda akan terlihat tidak bermartabat."

"Ah bodo amat!" Pikir Yanneta.

Tapi Marta ada benarnya. Sekarang dia adalag Yanneta Rainhart, putri dari bangsawan berpangkat Count. Meskipun tidak terlalu tinggi, dia tetap bangsawan. Sudah selaknya dia menjaga kehormatan keluarganya. Jika cuek, itu dianggap tidak luhur.

"Arrrggg!" Yanneta berperang dengan batinnya.

"Baiklah. Pilihkan gaun yang paling nyaman dan sederhana."

"Baik nona."

Langkah Yanneta berubah haluan.

Setelah beberapa menir akhirnya Yanneta selesai berdandan dengan sederhana. Hanya gaun terusan tanpa korset berbahan sutra berwarna pink pucat.

Dia ingat penjelasan Marta jika ini adalah pakaian untuk santai di dalam ruangan, sedangkan apa yang dia pakai tadi adalah pakaian tidur. Yanneta sudah pusing hanya dengan mendengarkan saja.

Langkah Yanneta pelan dan pasti menuruni anak tangga. Begitu sampai ke lantai matanya menyapu ruanh tamu.

Para pelayan berbaris di setiap sudut ruangan. Terlihat wajah mereka tegang. Sepertinya berbagi udara dengan Duke Soveil adalah hal yang mengerikan.

Duke duduk dengan anggun. Tangannya memegang cangkir teh. Dia menghirupnya sebentar kemudian mencicipinya. Sangat anggung. Dia membelakangi tangga jadi dia tidak tahu jika Yanneta sudah datang.

"Selamat pagi nona." Fabian sadar dan menyapa lebih dulu.

Lionel menoleh kemudian meletakkan cangkirnya.

Sudah menjadi dasar sopan santun jika bangsawan yang berpangkat lebih tinggi tidak harus berdiri dan menyambut bangsawan yang ada di strata bawahnya.

Begitupula Lionel saat ini. Yannetalah yang haru menyambut Lionel. Menunduk dan menghormatinya.

"Selamat pagi Tuan Fabian." Langkah Yanneta mendekat.

Dia mengambil kursi di sebelah sisi kanan kemudian mendekati Lionel. Pada jarak yang aman dan pas Yanneta membungkuk.

"Salam kepada Matahari Kecil Kedua Kekaisaran Zagc. Saya Yanneta Rainhart memberi salam kepada Yang Mulia Duke Soveil."

Kerutan halus di pipi Lionel terangkat. Bibirnya membentuk senyum.

"Silahkan duduk Lady."

Meskipun itu rumah Yanneta, tapi dia yang dipersilahkan duduk. Begitulah hierarki piramidal bangsawan.

"Sesuai dugaan, Lady tahu banyak tentang saya."

Tatapan mereka bertemu dan seringai muncul di bibir Lionel. Yanneta merasa bahwa pria ini datang bukan untuk maksud yang baik.

Bersambung...

FYI

Kenapa Lionel Soveil disebut Matahari Kecil Kedua karena dia satu-satunya bangsawan berpangkat Duke di Kekaisaran Zagc. Jadi posisinya setara dengan seorang pangeran.

Kaisar Zagc yang sekrang memiliki dua anak, seorang putra dan putri.

Jika kaisar disebut Matahari maka Putra Mahkota adalah Matahari Kecil. Maka Duke Soveil menjadi Matahari Kecil Kedua, karena dia berada tepat di urutan kedua suksesi.

Terpopuler

Comments

Linda M

Linda M

jgn lupa rajin up ya thor

2023-05-22

2

lihat semua
Episodes
1 #1 Dunia Novel (Masuk ke Dunia Lain)
2 #2 Pesta Bangsawan (Pesta Putra Mahkota)
3 #3 Duke Soveil (Serangan Kutukan)
4 #4 Belati Hell (Rahasia Duke Soveil)
5 #5 Kutukan (Tentang Hell)
6 #6 Lady Rainhart (Wanita Misterius)
7 #7 Sebuah Undangan (Surat yang Ditolak)
8 #8 Ceroboh (Lidah yang Tergelincir)
9 #9 Sabtu Emas (Sebuah Paksaan)
10 #10 Zagc (Tamu Tak Diundang)
11 #11 Mantra Hell (Siapa yang Mengucapnya?)
12 #12 Apa yang Terjadi? (Setelah Serangan Kutukan)
13 #13 Menyatakan Perasaan (Pernyataan Balasan)
14 #14 Ibu Kota Nachtion (Kencan Pertama)
15 #15 Gwinia (Princess of Zagc)
16 #16 Pesta (Teman Tak Terduga)
17 #17 Serangan Lagi? (Love Potion)
18 #18 Sihir Hitam (Fakta Mengejutkan)
19 #19 Peninjauan Wilayah (Undangan Gwinia)
20 #20 Tea Party (Her Trap)
21 #21 Dimana? (Help Me!)
22 Pengumuman
23 #22 Perasaan (Tak Mampu Melepaskan)
24 #23 Merasa Dicintai (Kesalahan Manis)
25 #24 Menguak Misteri (Penyihir Hitam Gwinia)
26 #25 Ceritanya Mulai Salah (Verdian Zagc)
27 #26 Mencari Kebenaran (Dunia Paralel)
28 #27 Melihat Masa Depan (Tentang Verdian)
29 #28 Illusion (Berharap Selamanya)
30 #29 Badai (Count Rainhart)
31 #30 Bday Party (Pertemuan Tokoh Utama)
32 #31 Kekacauan (Tragedi Sihir Hitam)
33 #32 Memulai Kembali (Setelah Tragedi)
34 #33 Mencarimu (Yanneta Rainhart)
35 #34 Tiba di Ibu Kota (Mengunjungi Nachtion)
36 #35 Apakah Itu Kamu? (Tertampar Kenyataan)
37 #36 Finally (Menemukanmu)
38 #37 Jangan Pergi Lagi (Isi Hati Lionel)
39 #38 Mengakhiri Kesalahpahaman (END)
40 #1 Masa Depan Zagc (Extra Story)
41 #2 Balada Menara Zonix (Extra Story)
42 #3 The Greatest Soveil (Extra Story) (Fin)
43 EPILOG
Episodes

Updated 43 Episodes

1
#1 Dunia Novel (Masuk ke Dunia Lain)
2
#2 Pesta Bangsawan (Pesta Putra Mahkota)
3
#3 Duke Soveil (Serangan Kutukan)
4
#4 Belati Hell (Rahasia Duke Soveil)
5
#5 Kutukan (Tentang Hell)
6
#6 Lady Rainhart (Wanita Misterius)
7
#7 Sebuah Undangan (Surat yang Ditolak)
8
#8 Ceroboh (Lidah yang Tergelincir)
9
#9 Sabtu Emas (Sebuah Paksaan)
10
#10 Zagc (Tamu Tak Diundang)
11
#11 Mantra Hell (Siapa yang Mengucapnya?)
12
#12 Apa yang Terjadi? (Setelah Serangan Kutukan)
13
#13 Menyatakan Perasaan (Pernyataan Balasan)
14
#14 Ibu Kota Nachtion (Kencan Pertama)
15
#15 Gwinia (Princess of Zagc)
16
#16 Pesta (Teman Tak Terduga)
17
#17 Serangan Lagi? (Love Potion)
18
#18 Sihir Hitam (Fakta Mengejutkan)
19
#19 Peninjauan Wilayah (Undangan Gwinia)
20
#20 Tea Party (Her Trap)
21
#21 Dimana? (Help Me!)
22
Pengumuman
23
#22 Perasaan (Tak Mampu Melepaskan)
24
#23 Merasa Dicintai (Kesalahan Manis)
25
#24 Menguak Misteri (Penyihir Hitam Gwinia)
26
#25 Ceritanya Mulai Salah (Verdian Zagc)
27
#26 Mencari Kebenaran (Dunia Paralel)
28
#27 Melihat Masa Depan (Tentang Verdian)
29
#28 Illusion (Berharap Selamanya)
30
#29 Badai (Count Rainhart)
31
#30 Bday Party (Pertemuan Tokoh Utama)
32
#31 Kekacauan (Tragedi Sihir Hitam)
33
#32 Memulai Kembali (Setelah Tragedi)
34
#33 Mencarimu (Yanneta Rainhart)
35
#34 Tiba di Ibu Kota (Mengunjungi Nachtion)
36
#35 Apakah Itu Kamu? (Tertampar Kenyataan)
37
#36 Finally (Menemukanmu)
38
#37 Jangan Pergi Lagi (Isi Hati Lionel)
39
#38 Mengakhiri Kesalahpahaman (END)
40
#1 Masa Depan Zagc (Extra Story)
41
#2 Balada Menara Zonix (Extra Story)
42
#3 The Greatest Soveil (Extra Story) (Fin)
43
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!