"Jadi, lu mau curhat apa dong selain ML?" tanya Ola tak sabar.
Apple berusaha menenangkan diri. Baru mendengar kata ML saja sudah membuat dia panas dingin dan sulit bernapas. Bagaimana tidak? Pernikahannya saja dia lakukan dengan terpaksa apalagi mau melakukan ML. Membayangkannya saja tidak pernah. Setelah resmi menyandang status sebagai istri John, Apple langsung menghambur ke kamar barunya yang berada di ujung koridor di lantai dua. Sedangkan kamar John berada di lantai pertama. Jadi, tidak ada ML dalam pernikahannya.
"Woi, Pel! Jadi curhat ngga nih?" desak Wendy.
"Eh, jadi dong," ucap Apple tersadar dari lamunannya.
"Jadi, lu mau curhat apa sama kita berdua?" timpal Ola.
"Jadi gini ..." Apple memperbaiki posisi duduknya. Dia ingin lebih dekat dengan kedua sahabatnya itu saat bercerita agar tidak terdengar dengan mahasiswa lain yang juga berada di kantin. "Gue itu bingung. Kan gue udah nikah. Terus ..." Apple berhenti berucap saat melihat kedua sahabatnya itu tidak merespon. "Ih, lu berdua dengerin ngga sih?" kesal Apple.
"Ya ampun, nih anak! Gue lagi serius dengerin lu cerita."
"Iya. Baru juga opening, Pel. Masa iya kita respon," Ola menimpali Wendy.
"Hehehe," kekeh Apple.
"Dah, lanjot!" perintah Wendy tanpa embel-embel.
"Gue itu bingung harus gimana? Secara gue udah jadi istri. Intinya gue itu harus ngapain?" tanya Apple pada dua sahabatnya yang menatap lekat padanya. "Kalian kenapa sih?"
Ola mengedipkan mata perlahan seolah baru mendengar sesuatu yang aneh di telinganya. Sedangkan Wendy bersiul sambil menoleh ke sana kemari.
"Bener-bener dah!" Ola bersuara sambil menepuk jidatnya lagi. Gadis bersurai panjang itu bingung dengan kelakuan sahabat baiknya. Menurut pandangannya, Apple memang sosok wanita yang cantik. Kulitnya putih bersih bak mutiara, suaranya juga paling enak di dengar. Akan tetapi, pikiran gadis itu benar-benar berbanding terbalik dengan bentukannya.
"Sahabat lu tuh!" seru Wendy. .
"Sahabat elu juga," balas Ola sengit.
Ola menatap Apple sambil mengetuk permukaan meja berkali-kali. "Pel! Usia elu tuh udah delapan belas taon. Masa iya ngga tau tugas elu sebagai istri?"
Apple menggeleng dengan cepat.
"Wajarlah ngga ngerti, Lak. Waktu pembagian otak, dia datangnya paling telat. Jadi, kebagian yang minimalis."
"Enak aja lu kalo ngomong," balas Apple. Gadis itu menyerang Wendy dengan cubitan tapi sayang tak satu pun capitan jarinya berhasil mengenai Wendy. Pria itu menghalangi serangan Apple dengan sigap. "Gini-gini gue lulusan terbaik di sekolah gue dulu," cibir Apple.
"Bener juga sih," balas Ola. "Ah, udahlah! Ngebahas otak lu yang minimalis emang ngga bakalan ada habisnya. Mending kembali ke topik deh!" seru Ola.
"Hah! Si Topik? Kok jadi Topik sih! Anak mana lagi si Topik?" kesal Apple. Jelas-jelas dia sedang membutuhkan bantuan teman-temannya. Kini beralih mengurusi topik. Tentu saja Apple jadi kesal pada mereka.
"Sabar ... sabar..." ucap Wendy dan Ola bersamaan sambil mengelus d a d a.
"Topik permasalahan Pel! Bukan orang! Argh!" teriak Wendy frustasi. "Lama-lama umur gue nambah drastis nih."
"Sabar mas Wendy! Namanya juga mba Apple," teriak salah seorang ibu kantin yang tak jauh dari mereka. Awalnya si ibu terkejut mendengar seorang pria berteriak kesal. Dia sudah siap mengambil sapu jika sumber suara itu hendak berkelahi. Ternyata, setelah dia melihat ke sumber suara, terlihat tiga orang yang sudah dikenalnya duduk di pojokan. Alhasil si ibu kantin menggoda pria yang dikenalnya dan menertawai mereka.
Penyakit lama loading yang di derita oleh Apple telah diketahui oleh ibu-ibu kantin dan beberapa mahasiswa yang kebetulan berada di sekitar mereka. Tak surut, kadang mereka ikut tersenyum bahkan tertawa mendengar perdebatan tiga sekawan itu.
"Ibu aja yang ngadepin," pinta Wendy dengan wajah memelas minta bantuan.
"Ogah," jawab sang ibu cepat. " Mending ibu goreng bakwan daripada ngadepin mba Apple," jawab si ibu sambil tertawa.
Apple yang menjadi titik pusat masalah hanya ber oh saat Wendy berteriak. Gadis cantik itu seolah tidak peduli dengan ungkapan kesal sahabatnya. Dia justru melanjutkan curhatannya.
"Jadi gue harus gimana?" tanya Apple sambil menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi.
"Ya, lu harus layanin suami elu lah. Masak, nyuci, beresin rumah sama ..."
"Buat anak," timpal Wendy.
"Ih!" ringis Apple sambil memeluk perutnya yang datar.
"Kok malah ih!" seru Ola.
"Gue mana bisa begitu, Lak."
"Ya, belajar dari sekarang," balas Ola.
"Kalo yang laen gue ok tapi itu semua juga udah ada yang ngurusin. Lagian rumah segede gitu bisa encok pinggang gue kalo beresin sendiri."
Wendy dan Ola tidak ingin berkomentar lagi. Mereka hanya saling tatap dan menghela.
"Tapi kalo urusan buat anak. Ih...!" lagi-lagi Apple memeluk perutnya. "Pertama ngeri. Kedua gue ngga ada rasa sama John," timpal Apple.
"Cowok seganteng gitu, elu ngga ada rasa Pel?" tanya Ola tak percaya.
Apple mengangguk cepat.
"Terus kalo ganteng harus cinta gitu?" tanya Wendy kesal.
"Ya eng..ga," jawab Ola kikuk. "Cuman kan kondisinya Apple udah sah jadi istrinya. Masa ngga ada rasa sama suami yang udah ganteng melintir terus tajir pula. Rada aneh aja," tambah Ola.
"Hmmm," cebik Wendy.
"Jadi gue harus gimana dong?" tuntut Apple.
"Udahlah! Mending lu nikmatin hidup aja jadi nyonya besar. Ini itu ngga bisa dilakuin," jawab Wendy asal.
"Ish, jangan gitu dong! Gue butuh solusi nih, solusi," rengek Apple. "Asal lu pada tau ya. Lima hari berturut-turut nih, gue di jutekin mulu sama si roti John."
"Hahaha.. Wajar aja lu di jutekin. Elu belom ML sama dia," ucap Wendy dengan nada sedikit keras dan berhasil mendapat perhatian dari beberapa pengunjung kantin.
"Wendy! Sst!" ketus Apple saat melihat dirinya menjadi pusat perhatian.
Wendy memberi kode ok dengan melayangkan ibu jarinya di udara. "Terus kalo bukan itu, kenapa?" tanya Wendy sambil membuka tutup botol minumannya. Berdebat dengan seorang Apple membuat tenggorokan pria itu kering. Dia butuh minum untuk mengobati dahaganya.
"Keknya gara-gara gue bangunnya kesiangan terus dia sebel karena harus nungguin gue turun ke meja makan baru deh semuanya sarapan," jawab Apple polos.
Jawaban Apple berhasil membuat Wendy menyemburkan air yang baru saja dia minum seteguk.
"Ih, jorok amat sih, Wen!" teriak Apple sambil mengibas ke udara untuk melindungi dirinya dari cipratan.
"Hahaha," Ola terpingkal melihat kelakuan Wendy yang tidak sengaja.
"Daripada gue mati tersedak dengerin elu, mending gue sembur keluar," bela Wendy.
"Ish!" kesal Apple. Gadis cantik itu meraih tisu yang sudah tersedia di setiap meja kantin. Dia mengelap tangan dan lengan yang terkena cipratan Wendy.
"Lagian elu, Pel. Tingkah lu emang bikin kesel. Gue aja nih kalo punya ipar kayak elu, udah gue beresin koper lu. Setelah itu, gue tendang keluar," jawab Ola terkekeh.
"Ih, emang salah?" tanya Apple polos.
"SALAH!" jawab Wendy dan Ola bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Neno
kirain Wendy cewek🤭🤭🤭
2023-05-30
5
AtikaValen
sakittt perottt aku Thor. kebayang dah si Apple anaknya gimana
2023-05-14
15
AtikaValen
Ngakak teros aku dari tadi baca ini cerita...
2023-05-14
8