"Aku seneng banget sekarang Kak, wah ... banyak jajanan dan permainan yang lainnya disana, ayo kita kesana," Gauri yang sangat bersemangat terus berbicara dan masih menggenggam tangan Caraka.
"Hati-hati jangan sambil lari-lari dan kalian jatuh semua." Bagas memperingatkan Gauri yang tiba-tiba menjadi sangat bersemangat setelah Caraka ikut bergabung dengan mereka.
Ketiganya menghabiskan banyak waktu bersama sambil terus berkeliling acara bazar, melihat-lihat aneka jajanan dan permainan yang diadakan disana. Caraka yang awalnya kurang merasa bersemangat karena dengan tiba-tiba ditarik oleh Gauri, sedikit demi sedikit mulai menikmati kebersamaan mereka bertiga. Sejak kecil Caraka hanya seorang diri karena dia adalah anak tunggal.
Kepribadiannya yang tidak terlalu terbuka membuat dia terlihat sulit didekati dan hanya berada di zona bubble nya saja. Namun Gauri seperti menyelinap masuk kedalam bubble yang dibuat oleh Caraka kepada dirinya sendiri. Anehnya hal itu sama sekali tidak membuat Caraka tidak nyaman dengan kehadiran Gauri, melainkan hanya perasaan aneh kenapa dia bisa membiarkan Gauri mengelinap masuk seperti itu. Biasanya butuh waktu cukup lama untuk Caraka membiasakan diri dengan orang baru, namun kali ini berbeda karena waktunya mengenal Gauri terbilang sangat singkat. Ada sebuah gaya tarik menarik seperti sebuah magnet antara dia dan Gauri yang tidak mereka sadari.
Dari permainan menangkap ikan-ikan hingga permainan menembak yang berhadiah boneka untuk siapa yang berhasil mengenai sasaran paling banyak. Jiwa kompetitif kedua anak lelaki itu tiba-tiba meningkat, apalagi hadiahnya adalah boneka yang bisa mereka berikan untuk Gauri. Meskipun sepertinya itu hanya berlaku pada Bagas karena Caraka hanya peduli pada permainan.
Permainan pun dimulai, keduanya masing-masing diberikan senjata api mainan yang aman digunakan oleh anak-anak juga peluru yang bisa mereka gunakan untuk menembak sasaran.
"Ka, aku ga akan lengah ataupun ngalah sama kamu ya," kata Bagas.
"Ayo dimulai aja," jawab Caraka.
Permainan pun benar-benar dimulai dengan punyi bel yang dibunyikan oleh petugas permainan.
Padahal hanya sebuah permainan biasa tapi mereka benar-benar melakukannya seperti sedang bertanding di olimpiade, keduanya serius mengenai sasaran yang terjajar didepan mereka. Satu demi satu sasaran berhasil dikenai oleh mereka, kini keduanya memiliki skor yang berdekatan.
"Yes!!!!!" teriak Bagas, yang ternyata berhasil memenangkan permainan dengan skor yang hanya berbeda satu dari Caraka.
"Pertandingan renang tadi kamu boleh juara satu, tapi maaf ya sekarang aku yang menang," ucap Bagas sambil meledek.
Caraka sama sekali tidak merasa tersinggung karena dia dan Bagas memang sudah akrab dan biasa memiliki gaya saling ledek seperti itu dalam berteman.
"Ini Ri bonekanya buat kamu, suka engga?" kata Bagas.
"Beneran buat Gauri? asik suka banget Kak bonekanya, makasih ya, " kata Gauri sambil langsung memeluk boneka yang diberikan bagas untuknya.
Melihat itu Caraka hanya berlalu untuk melihat permainan yang lain. Acara bazar semakin sore ternyata semakin ramai oleh pengunjung yang datang. Riuh suara teriakan dan tawa sana sini semakin menggema di penjuru acara. Caraka cukup kurang nyaman dengan keramaian itu, namun Gauri yang menyadari itu lagi-lagi menarik tangannya untuk berjalan ke arah yang cukup tenang di sisi yang lain. Gauri yang saat itu masih sebagai anak tunggal tau betul rasanya terbiasa sendiri namun tiba-tiba berada di keramaian.
Tidak terasa sudah sore, mereka juga sudah cukup lelah berkeliling dan bermain macam-macam permainan yang ada. Orang tua Bagas dan Ayah Gauri juga sudah menunggu mereka didekati pintu keluar bazar untuk bersiap-siap pulang.
"Gauri ayo kita pulang, sudah sore, " teriak ayahnya.
"Iya Yah ... kak ayo kita pulang, Kak Caraka udah dijemput belum?" tanya Gauri.
"Kayaknya belum, gapapa duluan aja. Aku masuk lagi aja kedalem biar sambil nunggunya di ruang tunggu," kata Caraka pada Gauri dan Bagas.
"Yaudah kita duluan ya Ka, sampai ketemu di tempat latihan," kata Bagas.
"Iya dahh ... kita nanti kapan-kapan ketemu lagi ya Kak Caraka," kata Gauri sambil tersenyum.
"Dah ... hati-hati ya, makasih buat hari ini." senyum Caraka sambil melambaikan tangannya.
Gauri dan Bagas pulang dengan mobil yang berbeda karena arah rumah mereka pun berbeda. Didalam mobil Gauri menceritakan banyak hal yang dilakukannya tadi di bazar pada ayahnya.
"Yah, tau ga tadi seru banget deh," kata Gauri bersemangat.
"Emang tadi kamu ngapain aja? sampe semangatnya ga hilang-hilang," jawab ayahnya.
"Tadi makan permen kapas, terus main balon-balon," ucap Gauri.
"Oh iya sama tadi Kak Bagas sama Kak Caraka main tembak-tembakan Yah ... yang menang udah pasti Kak Bagas sih, terus ini bonekanya dikasihin ke aku," lanjut Gauri.
"Anak laki-laki yang namanya Caraka itu keliatannya pendiem ya tapi Ri," kata ayahnya.
"Awalnya emang gitu Yah, soalnya awalnya dia juga sendirian bengong gitu liatin parade, terus aku ajak keliling bareng aja, eh lama-lama ikut asik juga," jawab Gauri.
Bahkan ketika sudah diperjalanan pulang pun Gauri masih bersemangat mengingat waktu yang mereka bertiga habiskan bersama. Senyumnya tidak hilang terutama saat membicarakan tentang Caraka yang awalnya sangat pendiam menjadi sedikit terbuka setelah bermain bersama. Rasanya sudah seperti sahabat lama yang menghabiskan waktu bersama.
Di ruang tunggu Caraka hanya duduk sambil memainkan pensil warnanya. Dia harus menunggu cukup lama sampai dijemput oleh pegawai sang kakek. Kakek dan neneknya adalah pebisnis, keduanya cukup sibuk terutama sang kakek. Hari ini mereka menyempatkan untuk menyaksikan pertandingan cucu satu-satunya lalu kemudian harus segera pergi lagi begitu pertandingan selesai.
Kegiatan seperti itu sama sekali bukan hal baru lagi untuk Caraka. Sejak berumur 7 tahun dia harus tinggal dengan kakek dan neneknya karena orang tuanya yang sudah meninggal dunia.
"Maaf ya, udah nunggu lama ya?" kata pegawai sang kakek yang menjemputnya.
"Lama, aku sampai kehabisan buku mewarnainya. Nanti sebelum pulang ke toko buku dulu buat beli yang baru ya," jawab Caraka.
"Siap, ayo sini saya bantu bawa barang-barangnya ke mobil," ucap pegawai itu.
"Pialanya jangan lupa Pak, cape itu dapetinnya," kata Caraka yang meskipun terlihat acuh namun sebenarnya juga suka bercanda.
"Aduh iya ini paling penting ini jangan sampe ketinggalan nanti dimarahin nenek," jawab pegawai itu.
Neneknya adalah orang yang paling mendukungnya untuk menjadi atlit renang. Bahkan dirinya sendiri yang pergi langsung ke club renang yang cukup ternama untuk mendaftarkan cucunya itu. Dia tidak mau kepribadian tertutup sang cucu itu terus menjadi jika dibiarkan menyendiri. Dirinya ingin cucunya itu bisa bersosialisasi dengan anak-anak lain yang seumuran dengannya, karena mereka sendiri pun sibuk jadi tidak akan bisa menemani cucu kesayangannya itu selama 24 jam.
Sang nenek tau kalau cucunya itu memiliki bakat dibilang renang dan begitu terlihat menikmati berenang. Begitulah awal mula seorang Caraka menjadi berasa di lingkungan renang. Kini dirinya berada di tahap latihan yang cukup keras untuk bisa masuk kedalam tim reguler atlit nasional. Berkat kegigihan dan keinginan sang nenek, Caraka harus menghabiskan waktu masa kecilnya berlatih keras untuk menjadi atlit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Niswa Ach
Nenekku pahlawanku .iya kan Caraka
2023-06-09
1