Setelah 7 Tahun

"Tu...tunggu berhenti" jerit Maya sambil melambaikan tangannya tinggi.

Bus berwarna merah dengan garis biru itu terus melaju pelan tak mendengar jeritan penumpang yang berusaha mencegah lajunya. Tak lama bus itu berhenti tepat di depan penumpang yang sedang menunggu. Maya yang sedang terburu-buru segera berlari kencang sebelum bus tadi melaju lagi. Kali ini Maya sedikit beruntung. Usahanya tidak sia-sia. Ia pun langsung masuk ke dalam bus dan duduk di kursi paling belakang. Satu lagi keberuntungannya hari ini, ia mendapatkan tempat duduk di spot favoritnya. Maya bersandar di badan bus seraya mengatur nafasnya yang masih tersengal.

"Hah...capek banget" keluhnya sembari melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri.

Setelah merasa nafasnya sudah stabil, Maya kemudian mengecek lagi berkas lamaran kerjanya, barangkali ada yang ketinggalan.

"Surat lamaran kerja ada, CV ada, fotocopy ktp, skck, sama sertifikat, semua lengkap" ucapnya mengabsen satu-satu berkas putih sebelum dimasukkan lagi ke dalam amplop coklat. "Semoga saja kali ini aku diterima kerja" sambungnya menyemangati diri sendiri.

"Kalau aku gak diterima kerja lagi, kayaknya aku harus balik kampung deh. Mau makan apa aku disini kalau masih jadi pengangguran gini?" cemasnya dalam hati.

Sekitar setengah jam perjalanan, bus yang Maya tumpangi berhenti tidak jauh dari halte. Gadis berumur 24 tahun itu mengikuti langkah kaki kecilnya sambil menenteng amplop coklat. Tidak butuh waktu lama, ia telah sampai di sebuah perusahaan yang akan menginterviewnya hari ini. Dengan segenap harapan, Maya menyematkan doa sebelum menginjakkan kaki di bangunan tinggi itu.

"Oke, semangat Maya. Jangan terlalu gugup dan jawab dengan jujur semua pertanyaan yang mereka ajukan. Semangat Maya. Kamu pasti bisa" gumamnya berapi-api sambil mengankat kedua lengan agar persendiannya tidak terlalu kaku.

Sebelum benar-benar memasuki gedung, tak lupa Maya merapikan dahulu kemeja dan rok selutut yang ia kenakan. Bukankah penampilan hal yang pertama dinilai oleh orang. Jadi tentu saja harus rapi agar mendapatkan kesan pertama yang baik, pikirnya.

"Permisi mbak, saya Maya. Kemarin saya ditelpon disuruh datang kesini untuk interview" tuturnya tersenyum ramah.

"Mari ikut saya" balas wanita dengan clip nama Riani yang menempel di baju kemejanya bagian dada kiri itu.

Dengan patuh Maya mengekori wanita itu hingga berhenti di sebuah ruangan yang kalau dilihat dari luar ukurannya paling besar dibandingkan beberapa ruangan yang ia lewati tadi.

"Tunggu disini sebentar" suruh Riani seraya masuk ke dalam ruangan. Sementara itu, Maya menunggu di luar.

Krekkk

"Silakan" titah Riani menyuruh Maya masuk.

Maya menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan. Ia semakin gugup dan deg degan. Padahal ini bukan yang pertama baginya. Entah sudah berapa kali ia melakukan interview namun selang beberapa hari tidak ada kelanjutannya lagi alias interviewnya gagal. Kali ini, Maya sangat berharap dirinya berhasil dan diterima bekerja.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk" seru suara dari dalam.

Maya membuka pintu dengan sangat hati-hati. Jika kupingnya tidak salah dengar maka yang akan menginterviewnya seorang pria.

"Permisi pak, saya Maya"

Deg!

Pria berbadan atletis dan tinggi itu seketika membeku saat mendengar nama yang tidak asing di telinganya. Bibirnya menjadi keluh, matanya berkedip cepat. Nama itu, sudah lama sekali ia tidak mendengarnya namun anehnya, nama itu pula yang paling ia ingat. Perlahan sang pria berbalik. Matanya menatap nanar gadis di hadapannya.

Tak jauh berbeda dengan pria di depannya, Maya juga teramat terkejut melihat sosok yang akan menginterviewnya hari ini.

"Sekhal" ucap Maya dalam hati.

"Silakan duduk" perintah Sekhal sembari duduk di kursi empuknya. "Kamu bawah berkas lamaran?" lanjutnya bertanya.

"Bawah pak" jawab Maya terbata-bata. Tangan sedikit gemetar saat menyerahkan amplop coklat berisi berkas lamaran kerjanya.

Mata Sekhal seksama menelisik lembar demi lembar yang baru saja ia keluarkan dari amplop coklat. Pria berpenampilan rapi dengan setelan jas itu tampak biasa saja seakan tidak terkejut sama sekali. Wajahnya yang tampan terlihat tenang namun dingin. Sedangkan Maya berusaha keras mengendalikan gejolak dihatinya. Anehnya meskipun ngeri tapi matanya tak lepas memandang sosok pria yang sangat membekas di hatinya itu.

"Apa alasan kamu ingin bekerja di sini?"

Pertanyaan Sekhal yang tiba-tiba membuat Maya terperanjak. Ia pun buru-buru membenarkan posisi duduknya berhadapan dengan pria yang mungkin akan menjadi atasannya nanti.

"Maaf pak, tadi pak Sekhal tanya apa ya?" tanya Maya tersenyum memaksa.

"Dia masih ingat namaku" lirih Sekhal membatin.

"Apa alasan kamu ingin bekerja di sini?" ucap Sekhal mengulang pertanyaannya.

Maya terdiam sesaat sambil mengulum bibirnya.

"Agar saya punya penghasilan pak. Saya butuh uang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari saya" jawab Maya apa adanya.

"Semua orang butuh uang. Orang gila pun butuh uang. Yang saya tanyakan, apa alasan kamu ingin bekerja di sini?" timpal Sekhal tegas.

Maya tercekat. Ia memutar bola matanya. Otaknya berpikir keras coba memahami maksud pertanyaan Sekhal yang sesungguhnya.

"Apa jawabanku salah? Sebenarnya apa maksud pertanyaannya? Apa itu pertanyaan jebakan?" batin Maya tidak mengerti.

Menit berlalu, Maya belum juga bisa memberikan jawaban yang memuaskan untuk Sekhal. Dan sampai sekarang, pertanyaan untuknya belum berganti, masih pertanyaan yang tadi.

"Sebenarnya maksud pertanyaan pak Sekhal itu apa ya? Saya sudah menjawab sesuai yang ada dalam pikiran saya. Tapi kenapa pak Sekhal terus mengulangi pertanyaan yang sama?" tanya Maya beruntun akhirnya.

"Di sini hanya saya yang berhak bertanya. Kamu gagal. Silakan keluar" usir Sekhal tanpa welas kasih.

Sekhal berdiri dari duduknya dan melangkah ke arah lemari arsip yang tertata rapi tidak jauh dari meja kerjanya. Sementara itu, Maya masih tertegun di posisinya. Ia tidak bisa menerima dirinya gagal interview hanya dengan satu pertanyaan saja.

"Maaf pak Sekhal. Tapi saya rasa ini tidak adil. Setidaknya beri saya kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang lain. Atau pak Sekhal bisa mengetes kemampuan saya dalam mengoperasi sistem. Saya orangnya cepat beradaftasi pak. Saya yakin perusahaan ini tidak akan menyesal menerima saya" tutur Maya menggebu dan penuh harapan.

Sekhal tersenyum sinis sambil mengembalikan arsip yang sempat dibacanya ke tempat semula. Ia melangkah perlahan ke arah Maya. Badannya yang memiliki tinggi 187 cm sedikit membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan gadis yang sedang meminta kasihan darinya.

"Kesempatan itu hanya pantas untuk orang yang memiliki hati. Saya kenal siapa anda dan anda bukanlah orang yang berhak mendapatkan kesempatan" kata Sekhal dengan sorot mata tajam.

Maya menyoroti raut penuh kemarahan pria di hadapannya. Tak lama ia tersenyum miris dengan wajah sedikit ditekuk. Bibirnya sedikit bergetar seperti kehabisan kata. Moment perpisahan yang tidak baik antara dirinya dan Sekhal kembali terbayang di kepalanya.

"Aku sudah melupakan semuanya. Sudah tujuh tahun berlalu. Apa kamu masih mengingatnya? Apa kamu selalu menolak pelamar yang kamu kenal sifatnya tanpa melihat kemampuannya? Bukankah ini namanya tidak profesional?" cerca Maya dengan harapan Sekhal dapat merubah keputusannya.

Sekhal tak bergeming. Kepalan tangannya semakin kuat mencengkeram gagang kursi yang Maya duduki. Pancaran matanya semakin membara seperti kobaran api yang siap melahap apa saja.

"Baiklah, jika itu keputusan final pak Sekhal, saya akan pergi. Terima kasih untuk waktunya" Maya ingin berdiri namun Sekhal tak jua pergi dari hadapan sang gadis bertubuh ramping itu.

"Tolong pak Sekhal minggir? Saya mau pergi" pintanya berusaha tetap sopan.

Sekhal tak mengindahkan permintaan Maya. Bukannya bergeser, ia justru mendekatkan wajahnya dengan gadis yang sedang diselimuti rasa kemarahan itu. Sontak Maya menarik wajahnya lalu menunduk gelisah.

"Apa yang mau pak Sekhal lakukan?" tanya Maya gugup, tidak berani menegakkan kepala.

"Kamu akan melakukan apa saja agar di terima bekerja disini, hmm?"

Terpopuler

Comments

dik tata

dik tata

ayo semangat ka othor

2023-05-10

1

Mira Bae

Mira Bae

kayaknya seru. lanjut thor👍

2023-05-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!