*Negeri Tanpa Tahun (NTT)*
Episode 5 dibintangi oleh:
1. Tina Cihuy
2. Ayu Nostalgia
3. Salman Alfarisy
4. Somali
“Eh, se-se-sepertinya jo-jo-jodoh di pandangan pe-pe-pertama,” kata Salman Alfarisy.
“Siapa yang jodoh?” tanya Ayu.
“So-so-somay sama Ti-ti-tina,” jawab Salman.
“Ih, amit-amit cambang bayi!” pekik Tina yang memang saat itu dialah yang tercantik. Meski fisiknya kurus seperti anak kurang ASI, tetapi untuk urusan muka cantik, dia masih bisa ditaruh di etalase.
“Ja-ja-jabang bayi, bu-bu-bukan cambang bayi,” ralat Salman.
“Eit! Bukan ja-ja-jabang bayi, api jabang bayi!” balas Tina lalu mencibiri Salman.
“Somali, kamu siapa?” tanya Ayu.
“Saya raja di Kaluda ini!” kata Somali lantang.
“Oooh…!” desah Ayu panjang sambil manggut-manggut.
“Waw, rada!” ucap Tina juga.
“Raja, Tina, bukan rada-rada!” ralat Ayu.
“Berarti kita ketemu tu-tu-tu….”
“Tuyul?” terka Ayu memotong.
“Hahaha…! Tu-tu-tuan rumah!” kata Salman.
“Tapi bohooong! Hahaha!” teriak Somali lalu tertawa terpingkal-pingkal.
“Yeee! Dia melunjak kepada orang tua!” teriak Ayu mendelik.
“Tuaan dia, Yu. Lipat aja, dia punya kumis sama jenglot!” kata Tina.
“Jenggot, Tina. Jenglot mah noh yang buat semur!” ralat Ayu.
“Itu mah jempol, Yu,” giliran Tina yang meralat.
“Jempol mah kalau ditampar,” kata Ayu lagi.
“Ta-ta-tampoool! Hahaha…!” teriak Salman.
“Hei hei hei! Ada saya di sini!” teriak Somali sambil melambai-lambai. Ia kesal karena merasa diabaikan.
“Eh, saya kira sudah pergi. Hahaha!” kata Ayu berlagak kaget.
“Kamu sapi?” tanya Tina.
“Kurang acar! Ganteng begini dibilang sapi!” maki Somali sewot.
“Maksud Tina, kamu siapa, bukan sapi,” ralat Ayu.
“Nama saya Sooo maaa liii, setan penunggu pohon ini!” tandas si cebol.
“Se-se-setan?” tanya Salman dengan wajah meringis karena takut.
“Pulang yuuuk!” kata Tina pula, ikut takut.
“Tapi bohong! Hahaha!” teriak Somali lalu tertawa terpingkal-pingkal.
“Waaah, kurang acar! Saya pites nih kutu!” teriak Ayu gusar, lalu berlari ke arah Somali hendak memukulnya.
Somali terkejut. Buru-buru dia berbalik lalu berlari kencang.
Dug!
Somali justru menabrak batang pohon dengan sangat kencang. Seketika pandangannya gelap. Ia hanya mendengar suara tawa yang ramai, tawa yang menertawakannya.
“Hahaha…!” tawa Trio Antik berkepanjangan.
Singkat cerita.
Ketika Somali sadar dan membuka matanya, dia terkejut dan panik, terlebih karena merasakan kedua kakinya tidak menginjak apa-apa, tapi punggung hingga tumitnya bersandar pada batang pohon.
“Tolooong! Tolooong! Tolong turunkan saya!” teriak Somali sambil meronta-ronta tidak berdaya.
Belakang leher bajunya telah disangkutkan di patahan dahan pohon, sehingga dia menggantung seperti boneka dijemur setinggi satu meter lebih sedikit. Dahinya tampak benjol karena sebelumnya menabrak batang pohon.
Tiba-tiba Ayu mengelitiki pinggang Somali.
“Hahaha! Ampun, jangan dikelitik! Hahaha!” teriak Somali sambil tertawa kegelian.
“Ayo ngaku! Kamu siapa?” desak Ayu.
“Nama saya Somali!” jawab Somali setengah berteriak.
“Jangan bolong! Nanti kita kelilit lagi nih!” ancam Tina.
“Apanya yang bolong?” tanya Somali tidak mengerti.
“Jangan bohong!” ralat Ayu.
“Enggak. Janji. Tapi turunin saya dong!” teriak Somali.
“Jangan jangan jangan! Nanti pas ditidurin, dia bilang, tapi bolong!” cegah Tina.
“Saya enggak mau ditidurin, saya laki-laki, bukan perempuan, gak bisa hamil!” teriak Somali seperti orang yang mau menangis, sambil kedua kakinya mencak-mencak tanpa pijakan.
“Hahahak! Sa-sa-saya juga ogah ti-ti-tidurin kamu!” timpal Salman tertawa.
“Turunin dong! Haaa…!” rengek Somali lalu ingin benar-benar menangis seperti anak kecil.
“Ja-ja-ja....”
“Janda?” tebak Ayu memotong perkataan Salman.
“Ja-ja-jawab dulu, ba-ba-baru turun,” kata Salman.
“Berapa soal?” tanya Somali. Dia berhenti merengek dan meronta.
“Seratus,” jawab Ayu.
“Hah! Sepuluh soal saja nilainya dua, apalagi seratus!” kata Somali.
“Daerah ini namanya apa?” tanya Ayu.
“Kaluda,” jawab Somali.
“Jangan bodong!” bentak Tina sambil mengelitiki pinggang Somali.
“Enggak! Hahaha! Saya enggak bodong!” teriak Somali sambil tertawa.
“Kaluda itu kampung di mana?” tanya Ayu lagi.
“Bukan kampung. Negeri Kaluda. Di belakang bukit ada Desa Waykutuk!” jawab Somali.
“Di Lampung enggak ada yang mamanya Kaluda atau Waykutuk,” kata Tina.
“Kaluda sama Waykutuk memang enggak punya mama, juga enggak punya ayah,” kata Somali.
“Kalau kita masuk ke ngeri orang, tapi kok bahasanya Indonesia?” kata Tina.
“Pa-pa-pasti pindah za-za-zaman!” duga Salman.
“Ini tahun berapa?” tanya Ayu kepada Somali.
“Hahaha!” tawa Soamali. Lalu katanya, “Hei! Memang kalian enggak pernah sekolah?”
“Se-se-embarangan! Nih, ki-ki-ki….”
“Kitik-kitik?” tebak Somali memotong perkataan Salman.
“Kita pakai se-se-seragam sekooolah!” kata Salman.
Memang, saat itu Tina, Ayu dan Salman masih berseragam sekolah putih biru.
“Cepat jawab! Ini tahun berapa?” desak Ayu.
“Enggak ada tahun. Yang ada itu pekan apa. Ini Pekan Jala, hari kedelapan,” jawab Somali.
Tina, Ayu dan Salman saling pandang. Mereka tidak mengerti.
“Kita bertiga berasal dari Lampung Selatan, Kecamatan Kalianda, tahun 1995,” ujar Ayu.
“Tahun?” tanya tanya Tina mendesak.
“Negeri mana tuh?” tanya Somali.
“Jangan borong!” tukas Tina sambil kembali mengelitiki pinggang Somali.
“Enggak! Hahaha…! Sumpah, enggak tahu!” teriak Somali sambil tertawa lagi.
“Gu-gu-gubernur di sini siapa?” tanya Salman.
“Gubernur? Itu apaan?” tanya Somali tidak mengerti.
“Co-co-combrooo!” maki Salman kesal.
“Gubernur itu pemimpin provinsi, pemimpin daerah,” jelas Ayu.
“Adanya Raja Negeri Kaluda, namanya Raja Bawang Rawa. Kepala desa namanya Kadesa Panen Sate,” kata Salman.
“Hahaha!” tawa Trio Antik terbahak.
“Hahaha! Itu nama raja atau nama tawuran?” tanya Tina setelah tertawa.
“Sayuran, Tina, bukan tawuran!” ralat Ayu.
“Iya, maksud saya itu, saweran,” kata Tina.
“Hahaha!” Salman semakin terbahak.
“Hei! Beraninya menghina nama Raja Kaluda!” hardik Somali.
“Serius? Ada raja benaran?” tanya Tina.
“Ta-ta-tapi bohong!” teriak Salman memakai gaya si Somali cebol.
“Enggak, saya enggak bohong!” tandas Somali.
“Kalau begitu, antar kita ketekmu raja itu!” kata Tina.
“Ketek siapa?” tanya Somali.
“Hahahak!” tawa Salman.
“Ketemu raja,” ralat Ayu.
“Mana bisa? Istana Raja Kaluda ada di seberang laut. Lagipula, kalian siapa mau ketemu Raja Kaluda?” kata Somali.
“Kalau begitu, ketemu Kadesa Panen Sate. Bisa?” kata Ayu.
“Kalau itu bisa, tapi saya diturunin ya,” jawab Somali.
“Tapi jampi, nanti antar kita ketemu kepala desa kamu!” kata Tina.
“Jampi apa?” tanya Somali.
“Maksud Tina cantik ini, Om Somali ganteng harus janji, enggak boleh bohong,” kata Ayu.
“Iya iya iya. Janji!” kata Somali meyakinkan.
“Bantu turunin, Sal!” perintah Ayu.
Ayu dan Salman kemudian menurunkan Somali dari gantungan. Sekarang dia berdiri di atas tanah.
“Tapi bohong!” teriak Somali sambil tiba-tiba berlari kencang.
“Setan Ceboook!” teriak Tina geram.
“Ke-ke-ke….”
“Kelamaan! Kejaaar!” teriak Ayu memangkas teriakan gagap Salman.
Trio Antik segera mengejar Somali.
“Hahaha!” tawa Somali sambil berlari terbirit-birit. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
EL SHADAY
keongggg
2023-05-24
2
EL SHADAY
kasih timun, biar bikin acar sendiri
2023-05-24
2
NTT = Nusa Tenggara Timur ❌
NTT = Negeri Tanpa Tahun ✅
2023-05-18
2