Karena tak ingin Clara bertanya tentang apa yang ia fikirkan, Justin segera meraih kedua tangan indah itu lalu menciumnya. Clara terlihat tersenyum malu akan keromantisan yang di ciptakan Justin. "Aku sangat bahagia karena dalam hitungan hari kau akan resmi menjadi milikku sayang," ucap Justin membuat Clara mengangguk malu.
"Aku juga sayang, sungguh aku sangat bahagia karena bisa kejenjang serius bersama mu. Aku mencintaimu Justin sayang," ucap Clara segera mendekatkan wajahnya ke Justin.
Cafe itu sudah di boking oleh keduanya sehingga hanya merekalah yang berada di sana. Keduanya sama-sama menikmati momen spesial mereka ini. "Jus," Justin refleks melepas ciumannya dan menoleh mencari asal suara.
"Ada apa sayang?" tanya Clara menatap bingung dengan tingkah aneh Justin.
"Tidak apa sayang, ntah kenapa aku merasa mendengar suara Ceria yang memanggilku," ucapnya membuat Clara memutar bola matanya malas.
Emeli lagi - emeli lagi, bisakah gadis itu di lupakan malam ini saja? kalau perlu selamanya! batin Clara sangat kesal. Kebahagiaannya seakan hilang dan berganti menjadi badmood.
"Kita hanya berdua disini sayang, sahabat tersayangmu itu pasti sedang tidur nyenyak di rumahnya," ucap Clara tak suka tetapi tetap menampilkan senyum terpaksanya.
"Kamu benar sayang, mari lanjut lagi malam indah kita ini," ucap Justin yang di angguki Clara.
Awas kau gadis pengganggu, aku akan menghancurkanmu! batin Clara terlihat dendam dengan Emeli yang sama sekali tak melakukan apapun padanya. Jikapun ia cemburu pada gadis itu, itu tak lain di sebabkan ulah Justin yang selalu menyebut dan membawa-bawa nama Emeli.
"Tring" terdengar suara panggilan masuk dari handphone milik Emeli. Emeli yang baru keluar dari kamar mandi segera menyamperi handphonenya itu. Ia mengernyitkan dahinya heran melihat nomor tak di kenal menghubunginya. Karena penasaran, Emeli pun mengangkat panggilan itu.
"Halo," ucapnya sembari fokus menatap pemandangan dari balik jendela kamarnya.
"Hay Emeli, apakah kabar?" suara ceria itu terlihat tak asing di pendengaran Emeli. Emeli mengangkat satu alisnya seakan mengingat satu persatu orang yang ia kenal.
"Maaf, dengan siapa ya?" tanya Emeli membuat sang penelepon tertawa di ujung sana.
"Ternyata kamu sudah lupa ya, saya Leo Emeli. Kita yang bertemu di pasar malam kemarin," jelas Leo membuat Emeli langsung menampilkan gigi ratanya menahan tawa.
Kenapa aku bisa lupa ya sama pria sok akrab ini! batin Emeli ingin tertawa tetapi ia tahan.
"Owh Leo, maafkan aku ya. Aku lupa nyimpan nomor kamu," ucap Emeli membuat Leo mengangguk di ujung sana.
"Santai mentari," ucap Leo yang lagi-lagi membuat Emeli mengangkat satu alisnya bingung dengan ucapannya.
"Mentari? siapa gadis itu?" tanyanya sangat santai sembari menutup tirai jendela lalu berjalan menuju ranjangnya.
"Ya kamu lah, lalu siapa lagi!" ucapnya membuat Emeli tersenyum "Apa kamu tidak sadar jika kita sedang berbicara berdua. Hhhh," tawa Leo terdengar lucu di telinga Emeli.
"Kamu bisa saja, ngomong-ngomong kenapa kamu memanggilku dengan sebutan itu?!" tanyanya masih tersenyum sendiri di kamarnya.
"Ya karena kamu telah menyinari hidupku," gombalnya membuat Emeli tak bisa lagi menahan tawanya.
Dasar pria aneh! batinnya berusaha menguasai dirinya agar tidak tertawa lagi.
"Mentari," panggil Leo dengan nada yang lebih santai.
"Hm," sahutnya lalu meneguk segelas air dingin di tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments