"Sampai jumpa Tuan Justin," pamit Emeli dengan wajah mengejeknya membuat Justin menampilkan Wajah dinginnya. Jika saja bukan di kantor, mungkin saja Justin akan membalas ejekan gadis itu.
Karena tak ingin membuang waktunya menatap Emeli, Justin segera pergi menuju ruangannya dengan asistennya yang bernama Riko. Setelah sampai di sana, bukannya langsung bekerja, Justin justru memilih untuk menikmati segelas kopi yang telah di sediakan untuknya setiap pagi. "Jam berapa mereka datang ke sini Rik?" tanyanya menatap Riko dengan mulut yang tak berhenti menyeruput kopinya.
"Satu jam lagi tuan," ucap Riko yang di angguki Justin.
"Baiklah, jangan lupa persiapan semua berkas-berkasnya." perintah Justin yang di angguki Riko.
"Baik Tuan," jawabnya lalu segera pergi menuju ruangannya.
Karena belum mempunyai perkejaan, Justin memilih membuka handphonenya dan membuka aplikasi perchattan.
Ceria, Justin mengirim pesan singkat itu sembari tersenyum simpul.
Apa! balas Emeli terlihat kesal sebab waktunya terganggu.
Hhhhhh, galak amat neng, pesan Justin membuat Emeli kesal. Rasanya ingin sekali ia menonjok wajah menjengkelkan sahabatnya itu.
Tak bisakah kau tak mengganggu ku sehari saja? balas Emeli membuat Justin tertawa di tempat nya.
Tidak bisa! Kwkwkwkw, pesan Justin sengaja membuat Emeli kesal dengan pesan-pesannya.
Emeli yang mempunyai banyak pekerjaan memilih mengacuhkan pesan tak berguna dari Justin itu. Karena pesannya tak di balas membuat Justin menekan ikon telepon. Pria itu langsung tertawa lepas ketika panggilannya langsung di tolak oleh Emeli
"Kurang kerjaan sekali anak ini!" gumamnya pelan sembari mengambil beberapa berkas dan menjadikannya satu.
Waktu terus berjalan, tak terasa Waktu pulang sudah tiba. Karena Justin punya kepentingan dengan Clara, membuat Emeli pulang ke kediamannya menggunakan taksi. Sesampainya di rumah ia langsung membersihkan tubuhnya lalu berbaring di ranjang kesayanganny. Rasanya ia sudah sangat rindu dengan kelembutan ranjangnya walaupun baru di tinggal selama satu malam.
Saat ini Emeli berusaha memejamkan matanya. Bahkan beberapa menit ini ia bergerak tak beraturan dengan tubuh yang berbolak-balik di atas ranjang. Mata yang berusaha di pejamkan itu kini sudah terbuka lebar. Terlihat sekali mata itu sudah lelah tetapi enggan menutup. "Kenapa aku bisa segelisah ini ya, kenapa aku selalu memikirkan pernikahan Justin dan Clara yang tinggal tiga hari lagi? apa sebegitu tak ikhlaskan hatiku untuk kehilangannya?" gumamnya dengan sudut mata yang sudah berair.
Mau sekeras apapun hatiku mencintainya, aku tak akan pernah bisa memilikinya. Aku adalah sahabatnya, dan seperti yang sering ia katakan, jika ia takkan pernah mau menikah dengan yang namanya sahabat. Ternyata sesakit ini ya cinta dalam diam. Sakit sekali rasanya merasakan cinta yang tak terbalas. Hiks. batinnya mulai menangis karena harapannya bersama dengan sang pujaan hati tak akan pernah terwujud.
Emeli sudah pasrah dan ikhlas atas semuanya yang tak sesuai harapan. Ia sungguh iri dengan gadis yang bernama Clara. Gadis yang sangat di cintai oleh sahabat sekaligus pujaan hatinya. "Aku berharap kau bahagia bersamanya," gumamnya pelan sembari menghapus air di ujung matanya.
Di sebuah cafe, terlihat Justin dan Clara tengah melakukan dinner romantis. Sendari tadi tak henti-hentinya Clara menatap Justin yang tersenyum padanya. Ia tak menyadari jika Justin tengah melamun dalam keadaan tersenyum.
Kenapa aku terus memikirkan Emeli ya? ntah kenapa rasanya aku selalu rindu dengan gadis itu. Rasanya waktuku seperti hambar jika tak ada dirinya. batin Justin lalu sadar dari lamunannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Indrawati Nda
belom sadar kmu jusss
2023-10-18
0