Lima hari setelah wawancara berlalu, pengumuman yang dinanti-nanti calon peserta pelatihan pun muncul. Sayang sekali, saingan Wijaya tidak lolos dan masuk dalam daftar tunggu, waiting list. Malam itu, Ia berharap setidaknya satu atau dua orang mengundurkan diri dari jurusan desain grafis. Karena dilihatnya, nama Wijaya lolos di nomor urut dua belas, di bawah nama Niki Keita.
Di waktu yang sama, satu jam dari tempat wawancara, lokasi huni Niki saat ini berada di lantai dua, bangunan tertinggi di kawasan itu. Atap yang terkena rintik hujan sangat jelas derasnya hingga Niki harus menutup telinga dengan bantal agar tidurnya lebih nyenyak. Semesta kala itu menyeramkan di malamnya Niki. Kilat menyambar, gemuruh bersahutan di langit.
Pukul tiga pagi, dua orang lelaki sibuk memposisikan diri di sebelah kanannya dalam sebuah barisan. Lelaki yang lebih pendek ingin bertukar tempat dengan lelaki yang jauh lebih tinggi di barisan depan. Mereka pun bertukar, dan sosok yang berdiri di samping Niki saat itu mengenakan sepatu bertali putih, berwarna merah.
Niki melirik pada bayangan yang terpantul di sebelah bayangannya. Seorang laki-laki tinggi memberinya naung dari sengatan mentari yang terasa nyata di lengan kirinya. Ia pun penasaran dengan sosok itu. Perlahan, Ia mendongak sampai ke batas bahu, posturnya tegap. Ia lalu meneruskan hingga ke batas jakun, lehernya jenjang. Sedikit lagi sampai ke batas wajah, sayang sekali semesta malah memburamkan rupanya.
Tiba-tiba, peluit ditiup dan semua orang mulai berlari. Ia berlari di sebelah lelaki misterius tadi. Lagi, Niki masih penasaran dengan wajahnya. Namun sayang, kali ini tali sepatunya lepas dan membuatnya tertinggal di belakang. Dua kali, Ia kecewa lagi. Sambil memasang kembali tali sepatunya, Ia berharap lelaki itu akan muncul lagi.
Namun kali ini yang muncul bukan manusia, melainkan kunang-kunang berpendar hijau diam sebentar di bahu kirinya. Tak lama, kunang-kunang mungil itu terbang ke sosok laki-laki yang sedang berlari di hadapan Niki, Si Tuan Sepatu Merah akhirnya muncul kembali.
Harapannya tak jadi sirna. Ia mendekati sosok itu dan mengetuk pelan bahunya agar menoleh dan mereka bisa bertatapan. Namun sayang, usaha ketiganya untuk melihat rupa lagi-lagi gagal karena laki-laki itu mengulurkan tangannya terlebih dahulu dan berkata, “Ayok, bareng.”
“Lagi! Mimpi itu lagi!”
Tuan sepatu merah mampir untuk yang kesekian kalinya. Niki segera mencari sweet pills, buku diary berwarna cokelat yang sampulnya penuh ukiran bunga anyelir. Kertasnya cokelat tanpa garis dan terdapat lipatan di beberapa halaman. Ia membuat tanda khusus untuk mimpi tentang Tuan Sepatu Merah.
Jarinya membuka halaman dengan tanda khusus yang serupa. Dimulai dari akhir tahun 2020 hingga malam ini, Maret 2022. Dan secara kebetulan, mimpi yang barusan pernah terjadi di tanggal 22 Desember 2020 dan 23 Maret 2021. Sangat sama, dengan kejadian yang lagi-lagi membuatnya bertanya-tanya siapa sosok misterius itu.
Halaman baru yang kosong itu ia beri tanda warna merah muda, artinya Episode Satu. Totalnya ada tujuh kejadian tentang lelaki itu. Merah muda, biru, kuning, oranye, hijau, merah, dan ungu. ‘Sepatu merah, siapa tuanmu?’ kutipnya di setiap ujung halaman.
Setiap episode memiliki latar tempat yang berbeda. Ruangan penuh komputer, gudang yang terbengkalai, festival di taman kota, bioskop, halaman rental mobil, dan terakhir di minimarket merah. Tentunya, di malam-malam yang berbeda antara dua tahun itu. Hanya saja, lokasi lari pagi barusan sudah berulang tiga kali, sedangkan mimpi yang lain berulang dua kali saja.
Bagi Niki, semesta sedang memberinya teka-teki. Perihal sosok tersebut harus Ia temui atau akan Ia temui Ia tidak tahu sama sekali. Ia pun sadar, mimpi yang berulang bukan sesuatu yang biasa. Bahkan kedua temannya, Oxel dan Mila, waktu itu pernah mengaku bahwa tidak semua orang mengalami hal yang dialami Niki. Entah takdir atau peringatan untuk Niki, malam ini masih menjadi misteri yang ketiga kalinya Niki ceritakan ke dua orang kawannya.
Setelah melewati pagi buta yang menyeramkan, sore itu Oxel mengajak Mila dan Niki untuk mengerjakan pesanan bucket bunga di kostnya. Niki tidak ikut merangkai, tangannya tidak selihai Oxel dan Mila kalau urusan tata menata. Ia disana untuk memotret hasilnya saja lalu diunggah ke akun sosial media mereka.
Suasana sore yang tenang setelah hujan. Dua kawan Niki sedang menata bucket penuh kedamaian. Sedangkan Niki yang tidak tahu harus melakukan apa berulang kali melirik Oxel dan Mila bergantian.
“Jadi…”
Satu kata pemecah keheningan. Mila segera menghentikan aktivitasnya, “Kali ini yang mana?” tanya Mila serius.
“Episode satu, yang lari pagi.” jawab Niki tidak kalah serius.
“Tunggu, itu lagi? Bukannya sudah ya pas ujian praktikum kimia organik tahun lalu?”
Mereka berdua sepakat akan membantu Niki memecahkan misteri ini, terutama Mila. Pasalnya Niki bukan seseorang yang seimajinatif itu untuk mengarang cerita. Ia adalah kawan mereka yang paling logis, satu-satunya mahasiswa kimia yang berhasil mengkhatamkan buku kimia organik fessenden sebanyak dua jilid di angkatannya. Ia terlalu masuk akal untuk pengalaman yang tidak masuk akal, bahkan di luar nalar. Semesta tampaknya salah memilih manusia kali ini, seharusnya Mila jangan Niki.
Sedangkan Oxel membantunya karena ada kesamaan kejadian antara dirinya dan kekasihnya. Kekasih Oxel menceritakan mimpi tentang wanita yang mengajaknya ke rumah kayu tua yang kebetulan, kata Oxel lokasi itu persis suasana rumahnya di seberang. Dan saat ini, Oxel pun penasaran apakah Niki akan bertemu dengan sosok dalam mimpinya itu dan menceritakan mimpi ini kelak kepada Tuan Sepatu Merah.
"Kamu yakin pindah kost?” pertanyaan Mila menghentikan tangan Oxel yang sedang merangkai susunan bunga. Ia adalah satu-satunya orang yang tidak tahu apa yang baru saja Niki lakukan. Matanya melirik ke arah Mila penuh tanda tanya.
“Temen lu ikut pelatihan kerja di Banjarbaru.” Mila menjelaskan. Ia bahkan menceritakan dengan rinci apa yang Niki alami saat wawancara beberapa hari yang lalu.
“Terus skripsimu gimana?!” Oxel menyentak, rasanya Ia ingin menjitak Niki di jidat.
"Tenang, tinggal dikit kok.” Niki terlanjur membuat keputusan untuk mengikuti kegiatan pelatihan kerja ini. Karena skripsinya yang tak kunjung selesai dan namanya terlanjur terlampir di nomor urut sebelas peserta yang lolos pelatihan kerja, Ia memilih untuk menenangkan pikirannya sambil melakukan aktifitas lain.
"Kamu pikir abis ikut pelatihan ini langsung selesai gitu aja? Abang aku kemarin ikut pelatihan kerja tata boga deket rumah sebulan, habis itu magang tiga bulan. Disuruh buat laporan pula. Banyak tugasnya."
Untuk kedua kalinya, Oxel menceritakan pengalaman abang kandungnya sendiri selama mengikuti pelatihan kerja. Pertama kali Niki mendengarnya ketika Ia membaca informasi tentang pelatihan itu. Kemudian, Ia memutuskan untuk mengerjakan tes tertulisnya. Oxel tidak menyangka Niki menyimak itu semua, dan Niki pun juga tidak percaya Ia lolos semua tahapan hingga akhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Setia R
kayaknya kk bahasa Inggris nya fasih banget, 👍👍👍
2023-09-21
1
Setia R
dua bunga bermekaran untukmu!
2023-09-21
1
Setia R
hujan-hujan haus ya kak?😀😀😀😀
2023-09-21
1