Ketiganya sudah berada di dalam mall yang sebenarnya tujuan Aisyah adalah untuk membeli kado buat pernikahannya Pramana, yaitu putranya Paman Lukman sahabat dari sang ayah.
"Kamu mau membeli apa dek? sebagai kado buat Pramana?" tanya Aisyah kepada sang adik Anisa.
"Apa ya Kak? aku bingung!" Anisa sembari menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.
Aisyah hanya menatap datar pada sang adik.
"Lagian tidak begitu kenal dan Nggak tahu harus ngasih kado laki-laki itu seperti apa?" tambahnya Anisa.
"Emangnya sayang mau beli apa?" tanya Azis pada sang istri.
"Kalau aku sih ... mau membeli peralatan tidur!" jawabnya Aisyah mengedarkan pandangan ke arah toko bagian dalam yang dia datangi.
"Anisa bingung mau ngasih apa? lagian Anisa nggak terlalu kenal kan sama orangnya?" timpal Anisa sambil celingukan.
"Kalau menurut Mas, seandainya Nisa bingung, beli saja seperti apa itu? em ... tasbih, Alquran kecil atau baju koko bukankah dia juga keluaran pesantren!" sarannya Azis kepada Anisa.
Anisa menatap pada sang kakak Aisyah, yang menggerakkan matanya tanda setuju dengan apa yang disarankan sang suami.
Lalu Anisa membulatkan bibirnya. "Kalau jam tangan. Gimana? dan aku sepertinya ada di rumah, hadiah dari seseorang dan jam itu cocok buat dipakai laki-laki!" ujarnya Anisa.
"Ya sudah, kalau Nisa berniat mau ngasih itu. Ya sudah jadi Kakak saja yang belanja! Anisa nggak usah, kan sudah ada di rumah!" ucap sang kakak sembari berjalan membawa langkahnya ke dalam counter.
Aisyah membeli peralatan tidur dan langsung minta dibungkus dengan sangat rapi.
"Anisa, seandainya nanti bayinya sudah lahir. Anisa mau meneruskan hidup seperti apa?" selidik Azis sembari berdiri melihat sang istri yang sedang belanja.
"Entah, Mas. Aku nggak tahu! aku belum bisa berpikir ke sana kepalaku mumet, pusing." Jawabnya Anisa sembari menggeleng kan kepalanya kasar.
"Kata Kak Aisyah seandainya nanti anak itu sudah lahir dan kondisinya Anisa tidak ada yang menikahi, bayi itu akan kami rawat dan Anisa bisa meneruskan hidup dengan normal kembali. Bukankah Anisa mau bekerja?" sambungnya Azis kembali.
"Aku belum berpikir ke sana, Mas aku belum bisa. Untuk saat ini pikiran ku masih kacau, Mas. Gak tahu ke depannya mau gimana!" lagi-lagi Anisa menggeleng.
"Kalau begitu Anisa Harus berpikir lebih jernih lagi ya? anak itu sebuah anugerah! yang terkadang banyak orang yang sangat mengharapkan kehadirannya, namun tidak juga Allah memberikan. Anak sebuah titipan yang harus kita jaga sebaik mungkin." Tambahnya Azis.
"Benar, Mas. Banyak pasangan suami istri yang sangat mendambakan kehadiran seorang anak, tetapi tidak kunjung juga Allah berikan! tapi aku yang tidak bersuami apalagi menginginkan anak kenapa harus Allah titipkan di rahimku?" suara Anisa lirih sembari menundukkan kepalanya.
"Itu takdir. Nisa, dan mungkin Allah mempercayai kalau Anisa akan menjadi seorang ibu yang baik untuk janin yang Allah titipkan padamu--"
"Tapi, Mas ... aku ini kan tidak ada suami dan itu semua kecelakaan Bagaimana aku bisa?" memotong perkataan Azis.
"Sesungguhnya Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk umatnya dan Allah nggak akan memberi cobaan kepada umatnya bila dia tidak mampu. Nisa pasti mampu menghadapi nya, Nisa pasti kuat dan bisa menjaga dan merawatnya. Menjadi Ibu yang baik untuknya kelak!" ujarnya Azis kembali.
"Kata Mas Azis benar, Nisa ... mungkin Allah menunjuk Nisa untuk bisa menjaga dan merawat bayi itu. Wanita banyak yang menginginkan anak, tidak juga mempunyai nya. Jadi apa yang kita dapat! itu yang seharusnya kita syukuri walaupun terkadang itu terasa pahit dan berat." lirih Aisyah pada sang adik.
Anisa hanya terdiam dan menggerakkan kedua manik matanya serta melihat ke arah sang kakak dan suaminya.
"Dan kami berdua, hanya bisa mengingatkan dan menasehati yang sesungguhnya. Kami berdua pun masih belajar untuk hidup lebih baik dan butuh nasehat-nasehat dari orang yang lebih berpengalaman. Dan hasil akhirnya gimana? kami pun menyerahkannya kepada Anisa sendiri." Tambah nya Aisyah
"Tapi. Tapi alangkah baiknya sih kalau Anisa mendapatkan pria yang bersedia menikahi Anisa secepat mungkin. Yang nantinya gimana-gimana, pikirkan lagi nanti!" ucap Azis sembari sedikit menggoyangkan bahunya.
"Jadi intinya Anisa harus mencari suami gitu?" Anisa menatap keduanya penantian.
"Iya itu benar. Iya yang mau menikahi Anisa. Setidaknya untuk menutupi kehamilan Anisa. sebenarnya kakak benar-benar geram, marah kesal sama orang yang sudah menodai kamu. Kenapa dia nggak mau mengakui dan menikahi kamu biarpun barang sebentar. tapi emang sih amit-amit. Ngapain menikah sebentar?" Aisyah berapa kali mengucap amit-amit.
"Pernikahan sesuatu yang sakral yang suci dan Tidak sepantasnya dipermainkan. Tapi itu bagi orang yang berakal, jika orang itu tidak berakal ya ... dengan mudahnya mempermainkan sebuah pernikahan!" ucapnya Azis sambil berjalan karena kebetulan sang istri pun sudah selesai belanjanya.
Kemudian mereka pun masuk ke sebuah restoran untuk sekedar makan bakso di sana.
"Huuh ... kata Kak Aisyah dan Mas, aku harus mencari pria yang mau menikahi ku. Emang gampang gitu? ya mungkin bisa aja dengan mudahnya mendapatkan laki-laki yang mau menikahi ku, tapi gimana dengan rumah tangga aku? sementara menikah itu bukan cuma menyatukan dua kepala dua hati dua sifat yang berbeda--"
"Itu benar Nisa, menikah itu menyatukan dua orang dua yang berbeda prinsip. Dua pemikiran, dua hati yang berbeda. Tetapi masalahnya termasuk darurat, dalam arti sangat mendesak!" ujar dari Azis sembari menikmati makan baksonya.
Anisa terdiam sambil mengaduk-aduk baksonya dan menambahkan kecap juga saos.
"Sudah, kita hentikan dulu obrolan nya, biar nanti malam sama Ayah kita sambung lagi. Sekarang kita nikmati saja makan baksonya. Biar bisa cepat pulang juga! kasihan sama anak-anak!" Aisyah menyudahi obrolannya, dengan segera menikmati makanan yang sudah dipesan.
Selesai makan, Aisyah pun membeli oleh-oleh buat kedua putra dan putrinya yang tadi meminta oleh-oleh. Beberapa saat kemudian mereka pun Kembali pulang dengan membawa kado yang lumayan besar.
Tidak lama di perjalanan. Motor yang di bawa oleh Azis pun memasuki pekarangan rumah tempat tinggal mereka.
Dan disambut oleh anak-anak yang minta oleh-oleh sama bundanya. Dengan saling menjerit menjadikan suasana rumah menjadi riuh dan ramai.
Membuat Anisa menutup kedua telinganya dengan tangan. "Aduh ... jangan terlalu ribut dong ... kepala tante pusing nih!"
"Tante-Tante, Tante itu pusing karena sakit. Jadi istirahat saja jangan kemana-mana!" sahutnya keponakan yang cowok.
"Hooh, Tante ini katanya sakit tapi keluyuran terus!" timpal ponakan yang cewek yaitu Fika.
"Iih kalian itu tidak tahu apa-apa, tahu?" tambahnya Anisa sambil mengayunkan kaki berjalan menuju kamarnya.
Sebenarnya dia suka dengan anak-anak, tapi entah kenapa di saat ini dia terlalu sensi terhadap anak-anak ....
Mohon dukungannya ya? like komen subscribe bintang dan lainnya. Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Neulis Saja
satu motor bertiga gak kebayang kaya cabe2an 🤣
2023-09-30
2
Ummi Alfa
Semoga aja emang ada laki2 yang mau menutupi aib Anisa secara tulus.
Anisa jadi sensi ke anak2 mungkin dia mengingat dalam rahimnya pun saat ini tumbuh calon anaknya tapi dari hasil yanh tidak dia inginkan dan dibayangkan sama sekali.
Nezt Thor.....tetep semangat!!
2023-06-03
1
maulana ya_manna
masih nyimak thor
2023-05-14
1