Untuk merayakan kepulangan nya dari dinas dan pentas seni Abel yang sukses, Dara membawa putrinya itu ke sebuah Restoran yang agak mahal untuk pertama kalinya. Selama ini gaji nya sebagai staff pemasaran di salah satu Perusahaan memang lumayan besar, tetapi tidak cukup banyak untuk hidup mewah.
"Putri Mama seneng?"
"Abel happy, Mah. Makanan nya juga enak," sahut Abel penuh ceria.
Dara mengelus sayang pucuk kepala Abel, tiba - tiba tangan nya yang sedang mengelus terdiam. Deris!
Langkah Deris Sagantara terhenti, tak jauh darinya perempuan yang pernah memasuki hatinya cinta pertamanya sedang duduk di salah satu meja dengan seorang anak kecil perempuan. Anak kecil, sebesar itu? pikirnya.
"Sayang, ada apa?" tanya Feli sang kekasih yang baru setahun ini berhubungan, anak teman Ayahnya hasil perjodohan karena Deris terus terbayang Dara dan selama ini tak pernah mempunyai pacar seolah masih menunggu Dara kembali padanya.
Seketika ingatan Deris mengingat malam itu, malam badai hujan ketika mereka bersama di sebuah kamar hotel setelah berpacaran beberapa bulan. Namun, tiba - tiba esoknya Dara menghilang dan tak ada kabar. Kini di depan nya gadis itu sedang tersenyum mengelus kepala anak kecil, kening Deris mengernyit.
"Nggak apa-apa, ayo duduk." Ajak Deris menarik lembut lengan Feli agar duduk di meja mereka.
Tak lama pesanan datang, tangan Deris sibuk memasukkan makanan ke dalam mulut tapi tatapan matanya terus melirik ke arah meja Dara.
Hal yang sama terjadi di meja Dara, sejak kedatangan lelaki itu di dalam Restoran mata Dara tak hentinya melirik wajah Deris. Penampilan Deris yang 5 tahun lalu urakan dengan rambut berwarna merah terang, kini rambutnya berwarna hitam kecoklatan tertata rapi. Wajah remaja kekanakan lelaki itu kini telah terganti menjadi wajah yang maskulin dan tegas. Begitu tampan!
"Helo, Dara! Sadar! Loe yang mutusin ninggalin dia!" gerutunya merutuki dirinya sendiri.
Degh! Mata keduanya beradu, saling menatap dalam dengan perasaan kacau.
"Oii gue datang," Alan datang membuyarkan tatapan Dara pada Deris, Sabrina tak ikut datang karena pacar Alan itu mempunyai agenda acaranya sendiri, party bersama teman-teman nya. Meskipun begitu Sabrina wanita baik, bahkan bersedia menjaga Abel jika Dara sedang sibuk ke luar kota.
"Telat, makanan udah mau abis," ujar Dara.
Alan cengar cengir lalu duduk di kursi kosong di samping Abel, mencubit gemas pipi si gadis cilik. "Uchh, Abel makin hari makin cantik. Paman semakin jatuh cinta deh sama Abel."
Abel cekikikan mendengar gombalan sang Paman, akhirnya ketiganya tertawa lepas.
Deris merasa ulu hatinya sakit melihat kemesraan dan kebahagian di meja Dara, gelak tawa terdengar begitu menyakitkan baginya, ternyata luka ditinggal pergi Dara masih bersarang di hatinya.
"Aku ke toilet dulu ya, Fel." Ujar Deris pamit tak menunggu jawaban langsung berdiri dan berjalan menuju toilet.
Begitu pun Dara, "Titip Abel, gue ke toilet dulu."
"Oke." Jawab Alan.
Dara sengaja mengikuti Deris ke toilet, hanya ingin mengetes lelaki itu apa masih mau menyapanya. Juga melepaskan rindu yang tiba-tiba hadir kembali. Masa pacaran dia dan Deris memang terbilang cepat dan singkat tapi tak elak tetap membekas di setiap nafas.
"Dara..." panggil Deris, seolah lelaki di masa lalu Dara itu memang sengaja menunggunya seakan tau Dara akan mengikutinya.
"Haii Der, apa kabar? Long time no see," cicit Dara tak percaya diri.
"Kamu menikah dengan Alan? Itu anak kalian?" tanya Deris langsung.
"Ya, itu anak kami." Bohong Dara.
"Jadi saat itu kamu meninggalkan ku tanpa kabar karena memilih Alan?" lanjut Deris tak ingin menahan keingintahuan nya.
"Hum, iya. Aku hamil waktu itu sama Alan." Bohong Dara kembali.
"Itu alasan kamu menolak tidur denganku di hotel malam itu, malam terakhir kita bertemu? Kamu bahkan berlari pergi meninggalkan ku di kamar hotel tanpa bicara apapun tanpa penjelasan apapun. Esoknya aku datang ke sekolahmu, tapi sekolah mengatakan kamu ijin dan setelah itu kamu keluar dari sekolah dan menghilang. Aku bertanya pada Alan, tapi lelaki itu tak menjawab. Sekarang aku tau alasanmu keluar dari sekolah karena kamu hamil, meskipun banyak hal yang tidak aku mengerti. Jika kamu mengatakan sudah tidur dengan Alan, aku pasti mengerti. Tapi kenapa kamu menghilang tanpa kabar, membuatku merasa sesak--" Deris menghentikan ucapan nya, tak ingin Dara mengetahui hatinya masih tercuri oleh wanita itu.
"Der, maaf. Meskipun aku tau ini terlambat, aku akan mengucapkan perpisahan sekarang. Jangan menengok lagi masa lalu kita, selamat tinggal," Dara tak ingin berlama bersama Deris, tak ingin lelaki itu mengulik kehidupannya. Membiarkan masa lalu tetap menjadi masa lalu.
"Bang Deris," Deris ingin menarik lengan Dara agar tak pergi, tapi suara kekasihnya mengurungkan niatnya dan membiarkan Dara berjalan pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Erni Kusumawati
he ada gtu cewek modelan Dara hbs dipake malah kabur.. langka bin ajaib ini
2024-06-02
0
Sandisalbiah
Hadeh.. jd penasaran.. kisah di balik kalimat *5 tahun kemudian*
2024-04-04
0
Evy
ceritanya masih samar2.masa iya..kalo pernah melakukan cinta satu malam bisa lupa..
2024-02-28
2