5 Tahun Kemudian.
Dara menarik kopernya keluar dari Bandara dengan tergesa - gesa, masuk ke dalam taxi memberikan alamat sebuah sekolah. Hari ini putrinya melakukan pentas seni di taman kanak - kanak.
Brakk!
Dara menutup pintu taxi dengan keras saat turun, tak menghiraukan pelototan si sopir taxi.
"Ohhh God! Tolong jangan sampai telat!"
"Dar...!! Daraaaa!!! Gue disini!" teriak sahabat nya sejak SMA, Alan.
"Dimana anak gue? Udah naik panggung nya?" panik Dara, pasalnya putrinya yang berusia 5 tahun sudah mewanti - wanti dari jauh hari agar dia hadir kalau tidak ikatan Ibu dan anak akan terancam. Itu lah ucapan dari seorang gadis cilik yang bisa membuat Dara si cewek bar - bar kelimpungan. Hanya satu yang paling dia takuti di dunia ini, kemarahan sang putri dan kehilangan anaknya itu.
"Belum, gih cepet masuk! Sini koper loe." Alan mengambil koper dari tangan Dara.
"Sorry dan thanks. Gue ngerepotin loe lagi, Lan." Ujar Dara seraya berlari menuju ruang pentas.
"Its Oke lah. Gue udah bilang, kita sudah seperti saudara jangan nggak enakan sama gue!" sahut Alan.
"Si Dimas katanya mau dateng jaga anak gue, tuh cunguk satu dari dulu omongan nya susah dipegang. Untung ada loe, nasippp." Gerutu Dara, ia langsung menutup mulutnya saat sampai di kerumunan para orang tua murid di bawah panggung.
"Permisi," ujar Dara melewati bangku - bangku untuk ke tempat duduknya paling depan.
Dara segera duduk saat menemukan tempat duduknya, lalu melambai pada putrinya yang masih berada di belakang panggung menunggu giliran untuk naik.
Annabel, sang putri membalas lambaian sang Mama. Senyuman terukir di bibir mungilnya yang dipoles lip gloss berwarna merah terang make up pementasan.
"I love u, honey..." Dara menyatukan jari jempol dan jari telunjuk membentuk saranghae.
Senyuman semakin lebar di bibir Abel panggilan gadis cilik itu. Wajah Abel sangat ceria meskipun sejak kecil hanya ada dia dan sang Mama.
Mc acara memanggil grup Abel naik ke panggung, gadis kecil itu menari bersama teman - teman satu grup nya.
Setelah acara pentas selesai, Dara membawa Abel ke dalam mobil Alan.
"Paman Alan, apa tarianku hebat?" tanya Abel.
"Luar biasa, ini hadiah dari Paman Alan dan Paman Dimas juga pacar Paman." Alan memberikan sebuah kado ke tangan Abel.
"Abel buka ya, Mah."
"Boleh," jawab Dara.
"Lan, jalan. Gue gerah pengen mandi air dingin," pinta Dara, itu sebenarnya adalah mobil Dara tapi karena sudah beberapa hari ia titipkan putrinya di penjagaan pacar Alan yang adalah teman satu kantor nya jadi dibawa Alan mengantar Abel ke sekolah.
"Oke."
Mobil pun pergi dari pelataran parkir menuju rumah sederhana milik Dara.
Setelah sampai di depan rumah, Dara turun seraya menggandeng tangan putrinya menuju pintu. Memasukkan kunci dan pintu terbuka.
"Gue pergi ya! ini kunci mobil loe!" pamit Alan, dia melempar kunci mobil melayang di udara dan ditangkap oleh Dara.
"Sekali lagi thanks, entar gue telepon Sabrina!" sahut Dara meneriakkan nama pacar Alan.
"Sipp! Bye, dadah keponakan Paman. Emuachhh!" Alan mengecup dari jauh.
"Xixixi... bye Paman Alan. Love u, Paman." Abel memberikan kiss dengan sebelah tangan begitu menggemaskan.
Alan tersenyum lebar seraya melambai tangan lalu berbalik pergi.
"Kenapa bukan Mama aja yang jadi pacar Paman Alan? Abel 'kan jadi bisa punya Papa." Ujar Abel dengan bibir cemberut.
"Paman Alan dan Mama sudah berteman dari zaman Mama sekolah, nggak ada rasa diantara kami. Abel ngerti 'kan? Seperti Abel suka sama teman sekelas Abel, jadi harus ada rasa suka diantara keduanya agar bisa bersama."
Gadis cilik itu mengangguk, lalu tersenyum. "Abel sayang Mama."
"Love you more, sweetheart."
Dara bahagia dengan keadaan sekarang, tak ingin ada siapapun dari masa lalu yang mengusik hidup mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Annabel ini sejenis dgn si Churkei bukan..? btw.. Abel ini putrinya kakak Dara kan.. ?
2024-04-04
0
Welda Arsy❤
ada flasback nya nggak thortt...kok smpe dara punya anak.
jd penasaran
2024-02-20
3
Sirom
Abel anaknya deris gasih😢
2024-02-14
3