Jam telah berlalu, masa-masa padat terjadi di SMA Gloriacastra saat seluruh peserta didik bergerak pulang ke rumah masing-masing. Tapi tidak dengan 5 siswa-siswi yang berkumpul di parkiran.
"Jalan Artera nomor 3 sebelah barat pemakaman. Itu rumah Kayla." Ucap Aldo.
"Tunggu apa lagi, ayo kita ke sana." Perintah Rev memberikan helm full face pada gadis berponi di sebelah.
Clara mengambil helm itu, memasangnya di kepala lalu naik ke belakang motor Rev. Motor Rev melesat lebih dulu, di susul Steven dari belakang, kemudian Aldo yang berketepatan membonceng Angkasa karena pemuda itu tak membawa motor ke sekolah. 3 motor ninja menguasai jalanan kota, bersama-sama menuju tempat tinggal pemilik nama kedua tercatat di dalam buku misterius.
Sebuah gang kecil sebelah barat pemakaman umum menjadi tempat mereka menghentikan kendaraan. Aktivitas di gang tersebut terlihat longgar, kendaraan pun tak ada yang berlalu lalang.
"Bener di sini rumah Kayla?" Sang ketua OSIS membuka helm, mata mautnya memperhatikan seksama gang kecil di hadapan.
"Dari penelusuran itu, memang di sini. Kalian lihat itu, rumah cat kuning. Itu rumah Kayla." Tunjuk Aldo pada sebuah rumah berlantai 2 tapi berukuran minimalis terletak di urutan ketiga dari depan gang, tepatnya di sisi Utara yang menghadap ke selatan.
Mata 5 orang memandang penuh khidmat, pergerakan di rumah tersebut tidak tertangkap. Tetapi, mata mereka melihat warung makan mini di sebelah rumah Kayla terletak, terlihat jika ada beberapa orang singgah di sana untuk sekedar makan.
"Do, cari tau yang mana ibu dan ayah Kayla." Tanpa mengubah pandangan, Rev memberikan perintah.
Sebuah laptop dalam tas di ambil, di atas motor tangan Aldo mengutak-atik laptop dengan kecepatan tinggi.
"Nama ayah Kayla, Kendar Sutomo, dia seorang perampok yang kini telah mendekam di penjara usai merampok Alfamart 1 tahun lalu, sedangkan ibunya namanya Mina Sumitra, seorang penjual makanan di sebelah rumahnya. Jadi benar warung itu milik ibunya Kayla." Aldo kembali menatap warung yang di pijak beberapa orang.
"Gimana caranya kita ke sana, tanpa ketahuan orang tuanya atau membuat orang-orang di sana curiga. Semua orang akan tau kalau kita murid di SMA Gloriacastra dari seragam yang kita kenakan?" Steven berpikir keras, target telah berada di depan, tapi kesulitan kini menghantam.
Rev mengeluarkan jaket hitam berserta dengan masker hitam."Nih."
Tercengang tak berkedip, jaket dan masker terulur pada pemuda yang diam tak bersuara."A-apa maksud lo? Kenapa lo ngasih ini ke gue?"
"Lo yang masuk, pura-pura makan di sana sambil sesekali mengorek informasi tentang Kayla." Balas Rev.
"Kenapa harus gue? Kenapa gak yang lain aja?" Wajah pemuda notabene-nya seorang artis tersembunyi gelagapan, serangan attack keluar, pasalnya pemuda itu tak pernah terlibat interaksi dengan manusia di sekeliling.
"Lepasin jas lo, dan ganti dengan ini." Perintah Rev tak mempedulikan kalau pemuda itu keberatan.
"Rev, gue gak bisa." Cicit Angkasa.
Hal yang di takut-takutkan Angkasa pun terjadi, walaupun banyak keunggulan yang di ketahui orang-orang, tapi dia juga memiliki kekurangan yang tidak di ketahui orang-orang.
"Lo bisa, udah sana. Cari tau cepet, sebelum kita kehilangan jejak target." Desak Rev.
Gelisah menempel kuat di wajah Angkasa, ragu-ragu ia lepaskan jas SMA Gloriacastra, lalu kemudian mengenakan jaket serta masker pemberian Rev.
"Struktur organisasi ini belum di bentuk loh Rev. Gue kalau berhubungan dengan hal ini, gue gak bisa." Ujar Angkasa.
"Iya gue tau, untuk sementara lo aja dulu. Kita usung semuanya nanti." Tukas Rev.
Kepala Angkasa menghadap ke sebelah barat, jantung berdetak lebih cepat dari biasanya, tangannya basah oleh peluh dingin yang datang di tengah hari sedang panas.
"Semangat brother, jangan kembali kalau gak dapet apapun." 2 tepukan di bahu Aldo layangkan di pundak Angkasa di sertai senyum penuh ejekan melihat ketertekanan menjerat pemuda itu.
Perkataan itu tak Angkasa idahkan, ia mengumpulkan keberanian untuk melakukan tugas sebagai salah satu anggota gank pemberantas hal tak benar di sekolah. Perlahan kaki terbalut sepatu putih melangkah, di belakang 3 orang itu tertawa cekikikan lantaran berhasil menumbalkan Angkasa.
"Sialan mereka, kenapa gue yang kena segala. Udah tau ini pr paling berat yang gak pernah gue bisa, malah sekarang nyerang gue. Tapi gue harus bisa tepis rasa takut itu. Itung-itung ini adalah jalan bagi gue belajar tidak takut dengan manusia." Batin Angkasa melangkah sambil menguatkan pendirian.
"Ada-ada aja, masa gitu doang dia gak bisa? Hal gampang itu men." Heran Aldo tak berhenti menertawai pemuda berjalan menjauhi lokasi titik berhenti.
"Dia berasal dari ibu kota, kemungkinan dia jarang berbaur mangkanya susah berinteraksi." Opini Rev.
"Dia juga bukan berasal dari sini, wajar apabila dia kesulitan dengan kota asing yang menjadi tempatnya hidup." Sanggah Steven menambah.
Wajah Clara menggembung, tangan bersedekap di dada."Kalian ini tega bener ngerjain Angkasa. Udah tau dia masih baru, malah di jadikan kambing hitam. Sepatutnya itu lo yang maju, kan di sini lo yang paling tau tentang Kayla."
Tawa nyaring itu usai, mata mengerling tajam menghantam gadis memerah layaknya bom.
"Dih apaan? Gak mau gue, lagian biar dia bisa bereksplorasi dengan dunia baru di kota Bandung. Lo jangan berisik, udah nikmati aja, gak usah banyak ceng-cong." Sasar Aldo tak terima di salahkan.
"Tapi lo udah keterlaluan." Pekikan keras menusuk ke telinga. Kedua tangan Aldo menutup telinga kala serangan dahsyat datang tanpa di duga-duga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Yeyet Faranova
duh tambah orang ternyata tambah banyak alibi ya...
2024-02-21
0
Ekayadi
penisirin aku...bingung
2024-01-20
0
Dtyas Aldric
kok Aldo ngomong x gtu ... aduh .. menerka2 dech gue 🥺
2023-07-25
1