Setelah istirahat pertama berakhir. Sekarang tiba giliran kelas unggulan mengambil nilai untuk pelajaran olahraga di lapangan. Ragam macam permainan di jalani anak-anak yang gemar berolahraga di pimpin guru penjaskes.
Tak lama kemudian pengambilan nilaipun selesai.
Angkasa berjalan seorang diri dengan keadaan masih memakai pakaian olahraga dengan campuran dua warna yaitu biru dan putih, melihat kanan dan kiri sembari mencari arah menuju suatu tempat untuk mengisi perut. Di istirahat kedua kali ini akan lelaki itu gunakan untuk mengisi energi yang berkurang.
Di pertengahan jalan Angkasa jumpai dia, Clara Ayuda Pratama, gadis berponi itu melangkah seorang diri dengan lesu. Angkasa hampiri gadis merupakan teman satu bangku. "Lo mau kemana? Kok sendirian, di mana teman lo itu?"
Wajah lesu itu mendongak."Dia gak mau gue ajak ke kantin."
"Ya udah bareng gue aja. Kebetulan dari tadi gue mau ke sana."
Terbit senyum lebar di wajah gadis berparas cantik itu."Ayo, ikut gue."
Kantin sekolah di singgahi dua sejoli, duduk di meja yang sama. Memesan makanan untuk mengganjal perut yang sudah keroncongan. Makanan tersaji itu perlahan ludes masuk ke dalam lambung.
"Bosen nih, tapi gue gak tau mau kemana." Keluh Angkasa memang sangat tak suka dengan keramaian.
Mata hazel menatap lawan bicara."Gue mau ke perpus. Lo mau ikut?"
Angkasa mengangguk setuju, dari pada melangkah tanpa tujuan lebih baik mengikuti Clara yang jelas tau seluk beluk sekolah SMA Gloriacastra.
"Ayo buruan." Bangkit dari duduk, Angkasa membuntuti Clara. Terbilang masih kesulitan untuk berinteraksi dan bergerak di SMA terbesar se kota Bandung. Banyak tempat belum di ketahui, dari pada tersesat lebih baik mengikuti kemana Clara pergi. Clara adalah satu-satunya orang yang bisa Angkasa jadikan partner dalam komunikasi.
"Iiih kok mau ya sama cowok culun dan malu-maluin kayak dia." Penghinaan luput dari gadis dengan rambut panjang bergelombang dan bibir manis tapi pedas. Tatapan jijik terpampang jelas di mata indah Aprilia Zherico Antares.
Langkah Clara terhenti, lirikan tajam mengarah pada trio ondel-ondel tertawa puas saat berhasil menghina tanpa batas.
"Maksud lo apa!" Naik pitam seorang Clara Ayuda Pratama. Sindiran itu telah membangkitkan singa yang tertidur pulas.
Tawa April terhenti, membalas dengan tatapan tak kalah tajam.
"Eh lo jangan nyolot ya, kita-kita ini bilang apa adanya!" Terpancing emosi April.
"Bisa gak sih kalian jangan suka nyinyirin orang!" Muak Clara.
Sikap buruk trio ondel-ondel telah lama membuat kesal dan mood hancur. Perkataan tak memikirkan dampak akan terjadi banyak menyakiti hati orang-orang. Tak hanya Clara, ada banyak pula anak yang menjadi sasaran empuk dari penilaian mereka.
"Enggak bisa, kita memang gak bisa diem. Eh btw kalian cocok tau, sama-sama culun hahaha." Cela Shena, lalu pergi meninggalkan mereka bersama teman-temannya.
Tangan Clara terkepal kuat, wajah merah bak udang rebus. Di tertawakan dalam maksud penghinaan menimbulkan gelora amarah melalap habis jiwa. Tatapan tajam Clara menghunus punggung 3 gadis si tukang nyinyir hidup lagi tertawa di atas kekesalan menguat.
"Iiiiiih berhenti looooo!" Gereget Clara ingin rasanya merobek mulut trio ondel-ondel yang sudah membuat naik darah.
"Udah-udah. Gak usah ladenin orang kayak mereka, mereka itu gak pantes di ladenin." Cegah Angkasa mengusap lembut punggung gadis yang hati lagi panas membara.
Clara menatap mata elang di samping."Tapi mereka secara gak langsung udah hina lo, gue gak terima mereka main hina orang sembarangan. Gue harus balas mereka, pokoknya mereka harus habis di tangan gue!"
Tubuh terlanjur murka, hati tergores akan penuturan keluar dari mulut pedas menusuk ke jantung.
"Clara, please dengerin gue. Lo jangan bikin masalah, gue gak apa-apa, gue gak masukin ke hati ucapan mereka, jadi lo gak perlu memperpanjang masalah." Menahan niat Clara sekuat tenaga, menerangkan dengan lembut, Angkasa tidak ingin Clara kena masalah karena masalah sepele.
Hembusan nafas berat keluar, kemudian menarik nafas dalam-dalam lalu dengan pelan-pelan membuangnya, tangan Clara bergerak mengusap wajah secara kasar. Walau sedikit emosi mulai mereda.
"Baiklah, gue akan lepasin mereka, tapi awas aja kalau sampai mereka keterlaluan lagi. Gue gak akan segan-segan bikin mereka menderita!" Ancam Clara menatap nanar punggung tiga gadis hampir tak kelihatan.
"Ayo kita pergi, tadi bilangnya mau ke perpus bukan?" Angkasa mengingat kembali tujuan awal terjeda gara-gara bedebah suka mencari masalah.
Clara mengangguk, kaki kembali melangkah menuju perpustakaan.
Setibanya di sana. Manik mata Angkasa menatap perpustakaan yang sepi, seorangpun tak ada yang singgah. Lirikan mata berganti pada gadis tampak biasa saja dengan suasana perpustakaan yang hening mencekam.
"Ayo masuk." Ajak Clara.
Ragu-ragu Angkasa melangkah memasuki perpustakaan sepi dan sunyi, di sana hanya ada mereka berdua, satupun manusia tak terlihat di mata. Angkasa tak banyak bicara, memendam semua pertanyaan memuncak di kepala dalam dada.
Angkasa menatap penjuru ruangan dengan teliti, banyak penampakan terlihat di mata. Ludah pahit ia telan, makhluk halus penunggu perpus begitu menyeramkan, terdiri dari anak kecil yang botak tak memiliki rambut, sampai seorang nenek-nenek dengan tongkat kayu di tangan. Ragam macam penghuni tak kasat mata perpus amat-amat menyeramkan. Tatapan sosok-sosok itu memusat pada Angkasa yang di rasa baru kehadirannya mereka rasakan.
"Pantesan perpus ini sepi, rupa-rupanya ada mereka di sini." Batin Angkasa.
Aneh tapi nyata, gadis yang membawa Angkasa ke perpustakaan seolah biasa dengan suasana dan keadaan menyeramkan di timbulkan oleh perpustakaan. Terlihat Clara di sibukkan mencari buku yang di inginkan, sementara Angkasa diam di tempat, bingung harus melakukan apa.
Bruukkkk!
Pandangan Angkasa teralih tatkala sebuah buku jatuh ke lantai. Kaki melangkah menghampiri, mengambil buku tergeletak.
"Eh ini bukunya jatuh." Menyodorkan buku pada seorang gadis sebaya dengannya. Wajah gadis itu pucat pasi, seragam putih berlapis jas dengan rok kotak-kotak berwarna hitam menatap sekilas Angkasa lalu menghilang tanpa aba-aba.
"Loh kok pergi, bukunya juga gak di bawa, apa udah gak penting lagi buku ini." Tercenung pemuda introvert menatapi buku dengan judul (Love Story) di tangan.
Mengernyitkan dahi kebingungan, Angkasa masih mematung di tempat.
"L-lo bisa lihat mereka?" Keterkejutan menghampiri Clara, interaksi antara Angkasa dan makhluk astral menghantam jiwa.
Kepala Angkasa memutar ke belakang menatap gadis terkejut dengan hebat, kemudian mengangguk dalam kepanikan melanda, baru kali ini kelebihan terpendam di ketahui karena kecerobohan.
"Matilah, kenapa gue ceroboh. Bagaimana kalau dia nyebarin ini semua. Gue akan kena masalah besar." Batin Angkasa menegang.
Clara terkesiap, tak pernah menyangka kalau Angkasa adalah anak indigo. Sedetik kemudian senyum lebar mengemban di wajah cantik.
"Sama dong kalau gitu, gue juga bisa lihat makhluk-makhluk kayak mereka, kita bisa jadi teman." Kegembiraan muncul di wajah Clara, menemukan teman satu frekuensi paling mengesankan ketimbang memiliki ribuan teman yang ujung-ujungnya tak bisa saling menyempurnakan.
"Lo juga bisa lihat mereka?" Terperangah Angkasa bercampur senang luar biasa.
Kepala Clara mengangguk cepat, ukiran senyum manis merekah."Iya, gue juga bisa lihat mereka. Mangkanya gue betah di sini."
"Gadis aneh, kenapa dia malah ingin berdekatan dengan makhluk halus, biasanya anak indigo memilih untuk menjauh dari yang namanya hantu. Tapi dia, sungguh gue gak bisa berkata-kata lagi." Batin Angkasa tak habis pikir.
Clara melangkah ke bangku untuk duduk dan mulai membaca setelah menemukan buku yang pas. Sementara Angkasa malah berjalan melihat-lihat isi perpustakaan, di penjuru tempat pasti ada makhluk halus yang menempati, namun itu semua tidak membuat Angkasa gentar.
Sesuatu tiba-tiba menarik perhatian, meraih buku terletak di paling atas, penasaran dengan buku tampak lebih tua dari pada buku-buku lain. Ukiran kuno berwarna gold dengan sampul buku berwarna hitam memberikan kesan mewah namun menyeramkan.
Terlihat Angkasa kesusahan mencapai buku yang paling mencuri perhatian karena letaknya yang memang tinggi dan susah di jangkau.
"Akhirnya dapat juga." Senyum tipis terukir di bibir kala buku di inginkan berada di genggaman, pelan-pelan tangan membersihkan buku penuh dengan debu. Angkasa mengerutkan alis ketika menyadari buku itu tidak memiliki judul tak seperti buku-buku pada umumnya.
"Buku apa ini, misterius banget?" Menilang-nilang dengan kerutan di dahi.
Angkasa membawa buku itu mendekati Clara, mengambil duduk di sebelahnya lalu mulai membuka halaman demi halaman tertera di buku tersebut. Setiap halaman mampu membuat mulut Angkasa ternganga.
"Sa, lo baca buku apaan? Serius banget kayaknya!" Melihat Angkasa fokus dan larut dalam bacaan membuat Clara penasaran buku apa yang di baca pemuda itu sampai tak berkedip.
"Gak tau, buku ini gak ada judulnya."
Alis Clara bertaut, terlontar kata 'hah' di mulut."Kok bisa ada buku yang gak ada judulnya. Lo dapat buku ini dari mana?"
"Dari almari paling pojok, gue tadi ambil buku ini di sana."
"Apa isinya, kok kayaknya seru banget?"
Angkasa mengangkat kepala menatap seksama pemilik mata hazel."Buku ini menceritakan tentang pembunuhan sadis gitu. Akan ada banyak orang yang mau di lenyapin. Tapi yang di ceritain masih satu orang, mungkin habis ini target-target yang lain akan di bunuh juga."
"Ceritanya tragis, serem tapi kriminal, lo tau kan maksud gue?"
Dengan mulut ternganga Clara mengangguk. Termenung memikirkan ragam kata barusan masuk ke gendang telinga.
"Kok gue baru dengar ada buku kayak gitu di sini. Biasanya yang ada di sini hanya buku-buku tentang pelajaran ataupun buku cerita-cerita kuno. Gak pernah gue dengar cerita pembunuhan kayak yang lo bilang." Gelenyar aneh satu demi satu menghampiri, hal berbau darah, kriminalitas tidak pernah di dengar sebelumnya, Clara susah percaya jika kisah-kisah tragis akan ada di perpustakaan sekolah.
"Gue baru nemu buku ini di sini, alasan dia ada di sini gue gak tau. Karena gue penasaran ya udah gue baca aja. Dan ternyata isinya beginian." Sanggah Angkasa.
Dalam diam Clara mengerti, otak membayangkan hal mengerikan apa yang teringkas dalam buku di pegang kuat oleh Angkasa."Nanti kalau lo udah selesai baca, pinjamkan ke gue. Gue mau baca juga."
Acungan jempol mengarah tanda setuju. Dengan penuh khidmat Angkasa membaca buku mengandung misteri dan kriminalitas.
...TBC...
...Ig: makhluk_angkas4...
...Tiktok: Makhlukangkas4...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Try Arya Virgiawan
p
2024-03-22
0
Yeyet Faranova
lanjuut
2024-02-20
0