Aku Dan Kamu Di Bawah Hujan
Dari balik jendela kamar, seseorang tengah menaruh seluruh atensinya pada jutaan rintik hujan yang jatuh dengan tidak sabaran. Sejujurnya, ia penasaran dengan tujuan jutaan air itu yang dengan senang hati membasahi bumi. Tak ada imbalan apapun yang didapat awan setelah berhasil menumpahkan. Langit sedang bersedih, namun ia melihat ada banyak anak kecil dengan tawanya menari-nari di bawah hujan. Tidak bisakah mereka memahami betapa sedihnya langit yang hanya bisa menumpahkan air hujan setelah ia menampungnya sekian lama? Paling tidak, hanya dengan bersimpati. Lantas muncul sebuah sunggingan miris akibat pemikirannya tersebut, bersamaan dengan dengusan yang menimbulkan embun di kaca jendela sejemang. Suhu ruangan terasa begitu rendah, kendati terdapat penghangat ruangan juga tak mampu mengalahkan dinginnya yang terasa sampai ke tulang.
"Manusia memang nggak punya simpati," adalah kalimat yang keluar dari mulut Dirga dengan tubuh yang bangkit dari tempatnya duduk. Dia meraih mantel cokelatnya sebelum mematahkan kenop pintu dan membawa diri keluar dari bilik tersebut.
Suhu yang rendah seperti ini bisa membuatnya dimarahi oleh sang ibu jika tak mengenakan pakaian tebal yang hangat. Kedua tungkainya secara sadar dibawa menuju ruang tamu dan tangannya yang menyambar kunci mobil di atas nakas begitu saja. Secara kebetulan, terdapat suara ketukan yang menghadirkan rasa kebingungan dalam benaknya. Di luar hujan, seseorang baru saja mengetuk pintu rumah, bahkan tak mampu ia dengar suara derap langkah lantaran bisingnya suara hujan berserta angin kencang. Tangan berurat miliknya segera membuka dan melihat siapa sosok yang bertamu kala hujan yang bahkan mampu menutupi jarak pandang. Namun, ketika pintu jati berwarna putih itu terbuka, menampilkan sosok perempuan yang mengulurkan sebuah kotak dengan plastik pelindung. Wanita itu terlihat seperti kurir yang mengantar paket.
Ah, Dirga tak memiliki banyak konversasi bersama kurir tersebut, dia hanya menerima paket atas nama ibunya sebelum kurir itu pergi meninggalkan rumahnya. Tangannya yang lain menutup pintu tersebut, membawa masuk paket ibunya. Hanya selang beberapa detik sampai sang ibu kedapatan menuruni tiap anak tangga guna menghampiri putra semata wayangnya yang duduk di sofa seraya menatap paket. Sofa ruang tamu memantul lembut kala wanita paruh baya tersebut meletakkan bantalan duduknya tepat sebelah sang putra dengan senyuman hangat khas seorang ibu. Kedua maniknya turut membawa dirinya untuk melihat objek di depan mata. Pun membuat kedua alis itu terangkat diwaktu yang bersamaan. Iya, sang ibu cukup terkejut dengan kedatangan paketnya yang datang lebih awal dari estimasi. Tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, kedua tangan lembut itu mengambil kotak di depan keduanya guna membuka bungkus.
"Ibu beli mantel buat kamu," ucap sang ibu.
Obsidian Dirga mengikuti pergerakan tangan sang ibu yang tengah membentangkan mantel berwarna abu-abu gelap yang dibeli untuk laki-laki itu. Tak ada satu katapun yang mampu ia ucapkan setelah menerima mantel untuk kesekian kalinya dari sang ibu. Nafasnya terbuang begitu saja, menampilkan senyuman tipis setelahnya. Perlahan ia menurunkan tangan sang ibu yang dengan bangga memamerkan mantel pilihannya. Setiap musim hujan, ibunya pasti akan membelikannya mantel baru, bahkan jika mantel lama masih terlihat bagus sekalipun. Ini sudah terjadi sejak lima tahun lamanya disaat ia kehilangan kekasihnya akibat kecelakaan. Kejadian itu terjadi di musim yang sama seperti saat ini, dimana semua jalanan akan licin saat dilalui. Namun, bukan alasan itu saja yang membuatnya diperlakukan sebaik mungkin oleh sang ibu, ada hal lain yang justru membuatnya merasa melukai harga dirinya. Tak ingin melukai hati ibunya yang begitu tulus, Dirga menganggukkan kepalanya, lantas kedua tangannya turut bergerak menurunkan mantel yang dibentang sebelum membantunya untuk dilipat.
Ia bungkam, kedua tangannya hanya terus bergerak melipat mantel baru itu, hanya saja tepukan lembut pada salah satu pundaknya telah berhasil memecahkan atensinya. Kepalanya menoleh pada sosok sang ibu yang mendadak memasang air muka begitu tegang, seakan bisa membaca apa yang selanjutnya akan terjadi. Dengan sedikit kesulitan menelan ludah serta setengah keberaniannya yang tersisa, pun suara wanita paruh baya itu terlontarkan pada akhirnya, mengajukan sebuah pertanyaan yang bahkan tidak ingin mendengar jawaban putranya—sang ibu memiliki kekhawatiran sendiri.
"Kamu nggak berniat pergi, kan? Di luar hujan deras," tanya sang ibu dengan suara getir.
Gerakan tangan Dirga kontan terhenti begitu saja, lipatan mantelnya belum sempurna, namun suara sang ibu merangsek masuk ke dalam rungunya. Akhirnya Dirga menyadari, kenapa selama lima tahun belakangan ini sang ibu selalu membelikan mantel baru padanya. Itu karena setiap musim hujan, Dirga selalu datang ke lokasi kecelakaan serta makam kekasihnya dan pulang dengan keadaan basah kuyup, yang mana menjadikannya demam untuk beberapa hari.
"Aku tetep bakal pergi. Cuma sebentar, ibu," jawabnya.
Entah bagaimana caranya untuk menghentikan Dirga agar tidak pergi, helaan nafas pasrah keluar begitu saja sebelum membawa diri pergi meninggalkan putranya seorang diri di ruang tamu. Memang tahun-tahun sebelumnya, sang ibu tak pernah mencegah Dirga, tetapi karena Dirga selalu pulang dalam keadaan yang mengerikan, menjadikan sang ibu tak ingin jika putranya melakukan hal yang dilakukannya tiap tahun. Sedangkan Dirga segera bangkit dan pergi meninggalkan rumahnya—seperti tujuannya sejak awal. Tak peduli seberapa derasnya hujan, laki-laki itu tetap akan mendatangi dua tempat itu. Lagipula, hanya itu yang menjadi kenangan untuknya, kendati kenangan buruk yang ia dapati.
Mobil sedan berwarna putih itu memecah jalanan kota, melaju dengan kecepatan sedang guna mengurangi resiko yang akan ditanggungnya. Bahkan disaat-saat seperti ini, bayangan kekasihnya masih terasa kuat, seakan terdapat sosok lain di dalam mobil ini. Diam-diam seluruh jemarinya menggenggam kuat roda setir saat Dirga mencoba untuk menyadarkan diri yang terus terhanyut dalam angan kekasihnya. Hingga detik ini, sulit untuknya melupakan sosok tersebut. Wanita itu adalah yang terlama menjalin hubungan dengan Dirga dibalik sebutan 'laki-laki pembawa sial' yang tersemat pada Dirga. Dia pikir julukan itu telah musnah, tapi ternyata malah membawa kematian untuk seseorang yang tidak bersalah. Dirinya tak akan menampik jika lelah dengan semuanya, lebih memilih untuk menjauh dari lingkungan sosial, membatasi orang-orang yang berinteraksi dengannya, serta menutup hatinya untuk semua wanita. Bukan karena kekasihnya yang telah tiada, tetapi pribadi itu tak ingin ada korban wanita lagi yang disebabkan oleh dirinya.
Lokasi kecelakaan ini menjadi tempat yang setiap hari selalu dia hindari, pun lebih memilih untuk melewati jalur yang lebih jauh untuk sampai di tempatnya bekerja. Dirga menghentikan mobilnya di bahu jalan, dari dalam mobil sorot tatapnya terarah pada jalanan basah dan licin yang menjadi tempat di mana mobil kekasihnya tergelincir hingga berguling. Jalanan memang kosong, tetapi dibalik pupil yang bergetar itu terdapat bayangan yang kembali mereka ulang kejadian berdasarkan informasi dari polisi yang melakukan rekonstruksi. Dirga terpejam dalam beberapa detik, kepalanya sedikit tertunduk bersamaan dengan helaan nafas yang terbuang panjang. Sudah cukup mengandalkan bayangannya untuk mereka ulang kejadian lima tahun lalu, kini dirinya berniat untuk menuju tempat kedua.
Salah satu tangannya telah menggerakkan persneling, kakinya bersiap untuk menginjak pedal gas. Akan tetapi suara benturan baru saja terdengar di rungunya, Dirga menoleh cepat dan mendapati seorang pengendara mengalami kecelakaan di tempat yang sama dengan kejadian kekasihnya. Detik itu juga tangannya melorot dari roda setir saat melihat seorang wanita yang menjadi korban kecelakaan tersebut. Tangannya bergetar hebat, kepalanya mendadak pening, serta tubuh yang terasa begitu lunglai menatap wanita tersebut dari dalam mobil tanpa bisa bergerak cepat guna membantunya. "Kutukan itu masih belum hilang," batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Nabila Aulia
👍🏻
2024-03-24
1
NANA LIHONG
awal yang menarik ...
😍😍
semangat terus kak
jangan lupa mampir di novel ku ya kak 🤗🤗
2023-07-30
1
Tetik Saputri
semangat kak
2023-06-18
1