Jakarta Di Hari Ini

Jakarta Di Hari Ini

Jakarta

Coba kita bayangkan seperti apa wajah Jakarta itu. Banjir, itu sudah biasa. Macet, itu cerita lama. Koruptor, semua orang sudah bosan mendengarnya. Atau ibu kota Republik Indonesia, jangan ditanya lagi karena itu adalah hal yang umum bahkan sudah ada di dalam buku pelajaran anak kelas dua SD. Ada gambarnya pula.

Pada dasarnya, Jakarta hanya sebuah tempat yang terpilih sebagai wilayah khusus Ibu kota pemerintahan. Tapi hal terpenting adalah di dalamnya menjadi tujuan berkumpulnya seluruh umat manusia dari berbagai belahan nusantara. Bahkan tidak hanya sebatas manusia, begitu pula mahluk gaib yang kepalanya hilang dan mencarinya melalui pesan SMS pun ada di Ibu kota ini. Tidak perlu heran atau pun takjub, karena semua kejadian itu sangatlah wajar, sewajarnya manusia bernafas untuk hidup.

Wajah dari Jakarta adalah para penduduk yang hidup di dalamnya, bermacam manusia dengan sifat dan karakter masing-masing, menjadi hal unik yang selalu ada di setiap sudut kota Jakarta.

Jika kita lihat di sekitar. contohnya saja seperti seorang anak keturunan dari Nusa tenggara hidup di Jakarta dengan membuka warung makan tegal atau cukup tenar dikenal sebagai warteg. Itu sudah menjadi hal unik untuk di ceritakan, tentang mereka yang memulai sebuah bisnis karena terinspirasi dengan tempe orek nya.

Itu semua hanya sedikit kisah dari para perantau sebagai dongeng untuk anak-anak mereka agar lelap tidur, dan membuat mereka tidak memiliki niat menjadi perantau hanya karena tergiur melihat penampilan dari orang lain.

Sebab, ketika melihat tetangga mereka baru mudik dengan menggunakan lusinan pakaian serba minim, sobek kiri kanan, kurang bahan, pamer aurat. Lebel harganya pun belum di copot, 10.000 untuk kaos tipis sobek di bahu, wajah-wajah mereka penuh bedak, gincu merah merona, dan mengkilap seperti kena minyak solar, mana kala dia katakan.

"Ini fashion anak kota zaman sekarang, kau tidak akan pernah tahu apa itu Fashion... Sana cepat kau beri makan kambing mu saja."

"Jangan salah, kambingku juga tahu fashion, kemarin dia minta di pakein Skin care dan salep kalpanak katanya supaya kulitnya mulus." Balasnya.

Jika di usut tentang kehidupan mereka di Jakarta sana. Berlagak sok kaya, sok trendy, sok cantik padahal orang-orang seperti itu hanya sebatas tukang jual rokok keliling yang menawarkan barang dengan rayuan mesra.

Ada juga bujang norak yang bergaya seperti penyanyi rock, celana sobek-sobek, bertindik, tato sepanjang lengan, dan gaya rambut model Elvis Presley Sukaesih.

Dia berkata.... "Mana tahu kau soal musik, di kota Jakarta sana, tidak ada itu namanya rebana, khosidah atau apalah, gua kumpulnya sama anak-anak Rock, metal, pop, gambus, orkes dan paling top itu Tan Dji Door." Spektakuler benar apa yang dia katakan.

Pada kenyataannya dia hanya juru gitar antar bus Kopaja dan angkot-angkot kalideres-senen, alias pengamen. Menggunakan stater pack kaus oblong kusam, murahan dan dekil. Tanpa orang lain tahu dia membeli pakaian baru murah dari pasar pagi sebelum mudik ke kampung, agar bisa disombongkan.

Dan satu orang lagi bergaya layaknya pegawai kantoran yang menggunakan jas dan dasi. Dia hanya seles untuk menawarkan sebuah produk makanan dari hasil biji bunga matahari yang di sebut kuaci.

Penuh wibawa, bergaya tegas ibarat capres naik podium disambut tepuk tangan para pendukung...."Jangan salah ibu, bapak, kakak-kakak, adik-adik om-om dan tante-tante. Ini adalah produk makanan paling fantastis yang pernah ada di muka bumi. Lihat komposisinya Air, Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, Kalsium, Zat besi....kalian tahu zat besi itu apa ?."

Mereka hanya menggeleng karena memang tidak tahu dan lainnya merasa takjub akan komposisi kandungan nutrisi di bungkus kuaci.

Dia pun menjawab...."Lima karung kalian makan, bisa jadi iron man."

Merayu pelanggan dari supermarket hingga warung pinggir jalan, tapi karena produknya tidak laku yang membuat karir mereka berakhir, dari selesman kuwaci menjadi kenek kopaja.

*******

Di tempat lain yang jauh....

Askar Alfarizi, lahir disebuah desa kecil jauh dari perkotaan, wilayah antah berantah di tanah orang-orang pecinta teh poci dan tahu Aci yang bernama desa Pakulaut kabupaten Tegal.

Rumah-rumah sederhana berdiri sejajar samping jalan yang hanya berlapis aspal dan batu kerikil. Tidak ada hal istimewa dari desa pakulaut ini. Semuanya tampak sama dengan desa pelosok lainnya. Jalanan yang hanya di lewati kerbau, kambing atau barisan pawai bebek seperti model di atas Catwalk.

Jarang sekali terlihat ada kendaraan melintas. Walau pun ada, itu hanya sebatas mobil pick up butut yang datang berkunjung untuk membawa hasil panen atau ternak dari desa pakulaut untuk di jual ke kota setiap sebulan sekali.

Udara yang segar tanpa terkontaminasi karbon monoksida atau pun kebisingan kelakson motor yang berebut jalan, membuat masyarakat desa pakulaut tidak pernah mengeluh tentang polusi udara dan pencemaran lingkungan.

Masyarakat desa hanya mempermasalahkan hal kecil, seperti kerbau mereka kawin dengan kerbau tetangga, yang dimana akan jadi masalah adalah sengketa kepemilikan hak asuh dari peranakan kerbau itu.

Sang pemilik kerbau jantan akan berargumen.... " Jika kerbau kau tidak kecentilan, tidak mungkin kerbauku akan selingkuh dengan kerbau punyamu ."

Balas pemilik kerbau betina.... "Tapi kerbau kau itu kegatelan, masa setiap malam menyelinap masuk tanpa permisi ke kandang kerbauku, dasar tidak tahu adat ."

Pak RT menjawab... "Mana ada kerbau yang punya adat, kalau punya, mereka pasti pakai celana dan antri di depan toilet saat buang hajat." dengan bergumam dan memalingkan wajahnya.

Walau kejadian itu begitu kacau, saling mengatakan argumen satu persatu, saling menjelekkan kerbau dan saling mengejek nama bapak mereka, tapi itu adalah hal wajar, seperti halnya orang buang hajat di pagi hari.

Tidak ada yang adu pukul, tidak ada kericuhan, apa lagi tawuran antar tetangga. Semua akan berakhir dengan kesepakatan bersama, memang tidak terlalu menegangkan, apa lagi mengharukan. Hanya saja itu tidak membuat kehidupan Askar di desa pakulaut menyenangkan.

Apa yang diharapkan ?, Desa Pakulaut tidak memiliki fasilitas mewah seperti halnya perkotaan, tidak ada gedung tinggi atau pun menara pemancar sinyal. Untuk Askar menjalani kehidupan sebagai anak kampung berbekal ilmu agama islam dari ustad Tonali yang tidak pernah lepas mengaji sehari sekali, hanya bisa termenung membayangkan seperti apa tinggal di kota.

Sejak kecil matang dirinya persiapkan masa depan, dia berkhayal kalau suatu hari nanti pergi ke kota dan berkerja di sebuah perusahaan besar dengan gaji yang cukup untuk membeli mobil. Itu yang Askar bayangkan. Sebuah mimpi sederhana saat usianya baru 12 tahun, masa dimana keinginan hati mulai tumbuh dan ingin segera beranjak dewasa.

Bangun jam 4 subuh untuk mandi dan solat, mempersiapkan segala keperluan yang akan Askar bawa ke sekolah. Sebelum sarapan dia pula menyempatkan diri untuk memberi makan kambing peliharaan keluarga.

Tidak terlalu berat bagi Askar, jika dibandingkan dengan beberapa teman lain yang harus membantu ibu mereka untuk berjualan dan mengangkut barang bawaan 5 kilometer dari pasar. Bahkan Narmo salah satu temannya sejak kecil, dia selalu datang terlambat. Bukan karena malas atau pun tidak bisa bangun pagi, tapi karena Narmo harus berkeliling desa untuk menitipkan jualan kripik ke pedagang lain.

Itu Narmo lakukan sewaktu subuh dan belum berakhir saat bel masuk pelajaran sekolah. Setiap guru memaklumi, mana kala dagangan terlambat dia kirim, mengharuskan Narmo bawa ke kelas selagi jam pelajaran sudah di mulai. Tanpa perlu merasa repot, terkadang pula semua kripiknya habis dibeli oleh teman-teman lain.

Meski rutinitas seperti itu bukan hal aneh bagi anak desa, Askar tidak berani membayangkan jika harus berada di posisi Narmo. Tak jarang pula beberapa teman yang harus putus sekolah sebelum menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Berkerja sebagai tukang kebun di kota, mereka lakukan demi membantu orang tua dan menyekolahkan adik-adiknya.

Askar menaruh hormat kepada mereka yang masih berjuang untuk terus bersekolah sebagai tekad mengubah hidup dari garis miskin tujuh turunan yang mengalir di urat nadi keluarga.

Terpopuler

Comments

HAMBA ALLAH

HAMBA ALLAH

ya ellah bang buat novel baru aja..?
tar berantakan lagi karena harus bikin novel inilah itulah mending fokus aja dulu saran aku buat nyelesain 1 novel nya

2023-05-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!