Makan siang hari ini terasa lebih baik karena Aida sedikit menunjukkan perubahan walau ini adalah hari ketiga bagiku mengobservasi Aida. Setelah makan siang aku menjalani sisa hariku seperti biasa dan tidak terkecuali dengan Aida, dia masih bersikap seperti biasanya. Aku biasa menangani banyak pasien dengan keluhan yang berbeda - beda namun saat ini jujur saja perhatianku lebih tertuju pada Aida sehingga aku sering kali hanya duduk dan mengawasinya. Sampai makan malam pun di hari itu semua berjalan seperti biasanya hingga akhirnya kami pun memutuskan untuk tidur, namun aku merasa sangat tidak puas dan hati ku berkata
"INI TIDAK BENAR!!. Ayolah ini sudah hari ketiga dan tidak ada perkembangan apapun? Dokter macam apa aku ini?". Lalu aku melihat sebuah kalender di meja kerjaku dan menyadari bahwa besok adalah hari Rabu dimana biasanya aku mulai berkeliling untuk menemui pasienku yang tidak dapat datang langsung ke Klinik ku dan seketika aku tersadar sesuatu
"Apa aku sudah merawatnya dengan benar? aku bahkan tidak memberikannya pakaian dan handuk untuk membersihkan dirinya" ucapku dalam hati, aku segera beranjak dari kasur dan menuju lemari untuk mengambil handuk dan pakaian
"Sial, aku adalah seorang bujang ,dimana aku bisa dapatkan pakaian wanita disini?" pikirku, mataku langsung tertuju pada sebuah kemeja hitam lengan panjang yang ada dalam lemari.
Aku mengambilnya dan memastikan bahwa kemeja itu tidak menerawang ketika terkena cahaya dan kemudian menyatukannya bersamaan dengan handuk yang lebih dulu aku siapkan, aku juga mengambil salah satu parfum ku serta sebuah sisir. Aku rasa baju ini jauh lebih layak jika dikenakan oleh Aida, terlebih model baju itu juga akan menutupi bekas luka ditubuh Aida, jujur saja hatiku masih teriris melihat bekas luka itu.
"Semua sudah siap sepertinya, besok hanya tinggal membelikannya baju yang lebih layak" Ucapku saat itu dan kemudian aku membiarkan malamku berlalu begitu saja dengan tidur dan berharap akan mimpi indah.
Hari Rabu pukul empat pagi, rutinitas ku dimulai lebih awal dari biasanya. Aku segera bersiap menuju dapur untuk mempersiapkan sarapan, namun ketika aku baru keluar dari kamar aku melihat Aida baru keluar dari kamar mandi.
"Selamat Pagi... maaf aku menggunakan kamar mandi mu tanpa ijin tuan..." Ucapnya saat itu
Benar yang dikatakan Aida, dia memang terbiasa bangun jam empat pagi. seharusnya gadis seumuran dia masih menikmati tidurnya ditemani mimpi yang menjadi bunga tidur bagi mereka, sungguh malang nasib Aida.
"Tunggu disana" Kataku sembari kembali masuk kedalam kamar lalu mengambil barang yang telah aku persiapkan semalam dan memberikan barang itu kepadanya, Aida hanya menatap ku tanpa sepatah kata pun.
"Maaf aku melupakan suatu hal yang penting, aku ingin kamu membersihkan dirimu dan menggunakan pakaian ini. kemeja ini sengaja aku pilih karena aku tidak bisa memberikan pakaian yang lebih baik saat ini namun aku memiliki rencana untuk menuju kota dan membelikan mu beberapa pakaian hari ini. Jadi bergegaslah" ucapku penuh semangat
"Kamu ingin aku ikut denganmu menuju kota?" sedikit terheran Aida bertanya
"Tentu, aku tidak pandai memilih pakaian untuk wanita jadi aku harap kamu mau ikut denganku" jawabku
"Tidak kah akan jadi masalah bagimu jika aku pergi keluar bersamamu?" Tanyanya kembali.
Aida lebih banyak berbicara denganku hari ini walau dengan intonasi dan tatapan mata yang masih sama namun ini cukup memudahkan ku untuk mengajaknya berinteraksi kedepannya. Dan aku tidak lagi kesulitan untuk berbicara dengannya, perlahan aku mulai membaca dapat kebiasaan Aida dan menerka bagaimana dia dulu diperlakukan jahat oleh orang jahat itu.
"Tidak ada masalah apapun, aku hanya ingin kamu bergegas karena aku juga akan mengajakmu berkeliling kota hari ini" jawabku
"Baik, aku mengerti..." Ucap Aida sembari kembali masuk kedalam kamar mandi.
Aku segera menuju dapur dan mempersiapkan kembali pancake yang kemarin aku buatkan untuknya, sebagai menu sarapan kali ini aku juga menambahkan susu hangat disebuah gelas dan segera aku sajikan. Aku kemudian berjalan menuju ruang keluarga dan seperti dugaan Aida sudah berada disana sambil membawa handuk dan pakaian lamanya, aku segera mendekati nya dan mengelus kepalanya
"Bagus, ayo kita sarapan" ucapku lalu mengambil pakaian dan handuk itu kemudian membawanya ke jemuran yang berada di samping rumahku dan menaruh pakaian nya pada keranjang baju kotor. Aku kembali masuk kedalam rumah dan segera menuju ruang makan, Disana Aida kembali hanya menatap Pancake nya lalu melihatku
"Pancake dan susu hangat seperti kemarin? Apa kamu marah padaku tuan?" tanyanya.
Apa yang membuat Aida berfikir aku sedang marah hanya karena sebuah hidangan yang sama? aku belum pernah menangani pasien seperti Aida dan hal itu cukup membuatku kebingungan.
"Untuk apa aku marah padamu?" Tanyaku kembali
"Aku melihatmu membuang pancake kemarin dan aku merasa bersalah atas itu lalu saat ini kamu membuatkan ku pancake yang sama. Aku rasa kamu ingin membuatku mengingat kesalahanku kemarin. Aku minta maaf" Ucapnya lirih
"Tidak, aku marah bukan karena pancake nya namun aku marah pada orang yang telah membuatmu seperti ini. Lupakan saja, ayo kita nikmati pancake ini dan kali ini aku ingin mendengarkan pendapatmu" aku langsung memulai menyantap pancake itu dan Aida mengikuti ku menyantapnya.
"Ini.. Lezat, manis dan lembut..." Ucapnya saat pertama kali memakannya
"Benarkah? Apa kamu suka?" Tanyaku
"Aku... suka..." Jawabnya singkat dan sedikit terbata, aku melihat sorot matanya yang menyiratkan ada ke khawatiran
Terlalu banyak ketakutan yang bisa aku rasakan dari sikap yang Aida tunjukkan kepadaku, tidak heran jika mengingat lukanya begitu banyak. Hal itu pasti ganjaran dari kesalahan yang Aida lakukan, sungguh mereka tidak lebih dari iblis yang begitu kejam dan pengecut yang menggunakan kekerasan kepada anak dibawah umur.
"Jika suka, kenapa kamu tidak tersenyum?" Pancingku saat itu, aku ingin sekali melihatnya tersenyum untuk pertama kali
"Maaf, aku tidak bisa. bukan berarti aku tidak menyukai pancake ini, namun majikan ku yang dulu akan menyiksaku saat aku mengeluarkan ekspresi apapun. aku baik baik saja dengan itu saat ini" Ucapnya lirih
"Baiklah... aku tidak akan memaksamu, tapi kamu bisa berekspresi apapun yang kamu inginkan dirumah ini" Ucapku spontan saat itu, kami lalu meneruskan makan tanpa ada pembicaraan lagi. Aku hanya ingin menunjukkan secara perlahan kepada Aida jika aku tidak sama dengan majikannya terdahulu, walau aku tahu itu membutuhkan waktu yang cukup lama pastinya namun aku akan bersabar menikmati setiap prosesnya.
Beberapa saat melakukan persiapan, aku pun telah siap dengan membawa koper peralatan dokterku. Jam menunjukkan pukul 8 saat itu "Tepat waktu" pikirku, aku keluar dari kamar dan melihat Aida sudah menungguku di tempat biasa dia berdiri dan aku mendekatinya sambil mengelus kepalanya
"Ayo kita berangkat" ucapku, Aida hanya mengangguk dan membuntuti ku.
Oh iya.... aku selalu mengelus kepala Aida agar memberikan rasa nyaman dan aman kepadanya, mengenalkannya sebuah sentuhan lembut yang tidak menyakitkan dan bukan karena dia telah melakukan sebuah kesalahan.
Untuk menuju ke kota aku harus melewati jalan yang sedikit menurun dan dikelilingi oleh pepohonan yang rindang, tiang tiang lampu yang menerangi jalan jika malam tiba serta suara suara dari serangga yang membuat pagi itu terasa sangat damai. Udara sejuk yang menyentuh kulit terasa menyegarkan di desa kecil ini, itulah alasan aku bahagia berada disini.
"Bisa kamu nikmati pagi ini Aida? Udara segar ini harus kamu hirup dalam dalam" ucapku sambil tersenyum menatap matanya, Aida hanya terdiam menatapku.
10 menit berlalu kami pun telah sampai di kota, aku langsung menuju kesebuah toko pakaian. Saat kami masuk kami langsung disambut dengan suara yang hangat "Selamat pagi Dokter Andrews". Adalah Charlotta pemilik suara hangat dan ramah itu, dia adalah pemilik toko pakaian yang sedang kami kunjungi dan dia juga salah satu teman baikku di kota ini.
"Pagi Charlotta" Balasku hangat
"Angin apa yang membawamu kemari Dokter? apa kamu ingin menemui ku?" tanyanya, Terlihat tatapan mata Charlotta memperhatikan Aida. Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya melihatku membawa seorang gadis dengan beberapa bekas luka yang cukup memprihatinkan.
"Aku ingin membeli beberapa pakaian, aku harap kamu dapat membantuku memilihkan beberapa pakaian untuk anak ini" Ucapku sembari mendekatkan Aida dengan Charlotta.
"Baik.... dengan kemampuanku gadis ini pasti akan terlihat manis, tunggulah! aku harap kamu tidak bosan" dengan nada sedikit menggoda dia pun berlalu bersama Aida.
Cukup lama aku menunggu kemudian perhatianku teralihkan pada sosok gadis dengan gaun berlengan pendek berwarna merah muda, Rambut yang biasanya terurai kini terlihat terikat dengan hiasan pita berwarna senada. "Aku harap kamu suka dengan model rambut ponytail" Ucap Charlotta, wajahnya menyiratkan sebuah tanda tanya besar dan keheranan pada diri Aida karena baju yang dia pilihkan membuat bekas lukanya semakin terlihat jelas.
"Ya, dia terlihat semakin menawan, tidak salah aku membawanya kesini" pujianku membuatnya sedikit tersenyum walau sepertinya dia masih menyimpan pertanyaan.
"Apa kamu menyukainya Aida?" Tanyaku pada Aida
"Benarkah aku boleh mendapatkannya?" Tanya Aida
"Tentu, aku memang membawamu kemari untuk baju itu" tegas ku
"Aku tidak mengerti mengapa ini penting untukmu, tapi terima kasih" Ucapnya tanpa ekspresi apapun, Aku Pun segera menuju kasir bersama Charlotta dengan beberapa pakaian yang sudah Charlotta pilihkan untuk Aida. Di meja kasir itu Charlotta seperti sedang mengintrogasi ku
Sesuai dugaan, membawa Aida pastilah akan menimbulkan banyak pertanyaan dan kecurigaan yang akan ditujukan padaku. Tapi aku sudah mempersiapkan semuanya dengan baik ketika memutuskan untuk membawa Aida menuju Kota.
"Apa yang kamu lakukan padanya?" Tanyanya dengan nada yang sinis
"Tidak seperti yang kamu pikirkan, dia salah satu pasienku saat ini. dia dibawa kemari oleh temanku untuk mendapatkan perawatan" Jawabku
"Aku tidak sengaja membuka tirai saat dia berganti pakaian, sekilas aku melihat bekas luka yang sangat besar hampir di seluruh tubuhnya dan itu sangat menyakitkan. aku hampir pingsan melihatnya" ucapnya, tiba tiba dia menggenggam erat tanganku di atas meja kasir itu
"Apa yang sebenarnya terjadi Dokter Andrews? Itu terlihat tidak normal bagiku" Tanyanya, Aku mengalihkan pandanganku kearah Aida
Aku memang belum melihat seluruhnya luka pada Aida, namun penjelasan Charlotta cukup meyakinkanku jika apa yang belum aku lihat jauh lebih parah dari apa yang aku duga. Aida... Gadis itu tidak hanya hadiah yang indah namun dia juga kuat, entah kekuatan apa yang membuatnya bertahan dengan kenyataan yang telah dialaminya namun secara nalar kebanyakan anak dibawah umur mendapatkan siksaan seperti Aida banyak yang sudah meregang nyawa.
"Aku pun tidak tahu, tapi saat ini aku hanya fokus mengembalikan kesehatan mentalnya. aku harap kamu dapat membantuku" Ucapku saat itu dan langsung mengalihkan pandanganku untuk memandang Charlotta
"Jika senggang datanglah ke Klinik dan aku akan ceritakan yang aku tahu" Ucapku lagi
"ooh tentu, apakah ini undangan makan malam?" Charlotta kembali menggodaku, aku hanya membalasnya dengan tersenyum dan beranjak dari toko itu
"Terima kasih, selamat datang kembali" Ucap Charlotta sebelum aku dan Aida meninggalkan toko miliknya
Baru beberapa langkah kami meninggalkan toko pakaian, langkah Aida terhenti. Aku berbalik dan menatap mata Aida dan untuk kali ini Aida tidak menatapku, kepalanya tertunduk memperhatikan pakaian yang dia kenakan. "Ada apa? ada yang tidak nyaman?" Tanyaku
"Mengapa ini penting untukmu? Aku tidak masalah dengan pakaianku yang dulu, apa ini bisa membuatmu bahagia?" tanyanya penuh rasa heran
"ya, aku senang melihatmu mengenakan pakaian itu. Kamu terlihat manis dengan pakaian itu" Sedikit tersenyum kukatakan itu
"Te... terima.... Kasih.... aku sangat senang...." Tiba tiba Aida mengatakannya dengan tersipu malu. Untuk kedua kalinya aku melihat ekspresi yang berbeda lagi dari raut wajah Aida, sebuah senyum manis yang terlihat dari bibirnya yang tipis. Aku sangat bahagia saat itu sampai langsung menggandeng tangannya agar berjalan di sampingku beriringan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments