Matahari bersinar terik, membuat udara terasa gerah dan panas.
Pada cuaca seperti ini, biasanya Rooney hanya akan diam di ruangan dan mengipasi dirinya sendiri untuk melawan hawa panas.
Tapi tidak untuk hari ini.
Ada satu mata pelajaran yang mewajibkan para pelajar untuk keluar kelas.
Pelajaran Olahraga.
Pelajaran ini bisa disenangi atau dibenci para pelajar tergantung jam pelajarannya.
Para murid yang mendapat jam pagi atau sore akan bersukacita karena cuaca yang tidak terlalu panas.
Sedangkan para murid yang mendapat jam siang akan membenci pelajaran ini karena dianggap terlalu melelahkan.
Dengan keberuntungannya yang buruk, kelas Rooney mendapat jam siang untuk pelajaran olahraga.
Haahhhhh.... Sial sekali aku, harus olahraga di siang yang panas seperti ini. Tapi kenapa anak kecil suka sekali bermain siang-siang yah? Terkadang aku tidak mengerti dengan pikiranku dulu. Rooney terus mengeluh dalam hatinya.
Baru sebentar di lapangan saja, Rooney sudah berkeringat hebat, padahal mereka baru mulai pemanasan.
Rooney memang tidak terlalu suka olahraga, dia cenderung menghindarinya sehingga fisiknya bisa dibilang lumayan lemah. Dia memaksakan dirinya untuk tetap ikut hanya untuk mendapat nilai pelajaran olahraga saja, selebihnya dia tidak pernah berusaha keras untuk mendapat nilai tambahan.
"Panas yah Ron." Ucap Roy disebelah Rooney.
"I-iya, benar. Panas sekali."
Sudah lewat 2 minggu semenjak Roy dan teman- temannya ikut makan bersama dengan Rooney. Walau tidak setiap hari, tapi bisa dibilang mereka cukup sering makan bersama. Dan entah sejak kapan, Roy memanggil Rooney dengan nama panggilan.
Ron, singkatan dari Rooney. Bukan nama yang buruk bagi Rooney, sehingga dia tidak keberatan untuk dipanggil seperti itu. Setidaknya itu membuat Rooney merasa lebih dengan Roy.
"Asli dah, panas banget hari ini. Pengen pulang saja gua."
"Sabar Zi, jangan bolos terus, sudah kebanyakan bolos elu."
Yah walaupun sepertinya memang Roy itu sering menyingkat nama temannya. Entah karena kebiasaan, atau dia merasa lebih efektif untuk menyingkat nama teman-temannya.
"Semuanya perhatian!" Guru olahraga berteriak untuk menarik perhatian semua murid.
Murid-murid yang sedari tadi mengeluh, terpaksa menghentikan keluhannya, dan menyeret tubuh malas mereka untuk mendengar ucapan guru olahraga
"Hari ini kita belajar tentang bulu tangkis yah. Dan kita akan praktek tanding saja dengan cara berpasangan. Jadi hari ini kita bakal praktek permainan bulu tangkis ganda. Buat nentuin pasangannya, kalian sendiri saja nentuin, terserah kalian saja, bapak tidak ikut campur. Ayo, cari dari sekarang biar materinya selesai dalam satu minggu."
"Baik pak." Para murid menjawab dengan kurang semangat.
Rooney berpikiran untuk sekelompok dengan Roy, dia pun berbalik ke arah Roy untuk mengajak satu kelompok. Namun...
"Len, lu sekelompok sama gua yah."
"Yoi."
Roy sudah duluan membuat kelompok dengan temannya, meninggalkan Rooney sendirian. Rooney tidak bisa protes walau begitu, karena dia sendiri memang belum terlalu akrab dengan Roy dan tidak bisa memaksa Roy untuk selalu menemaninya.
Roy yang sadar bahwa Rooney mau mengajaknya berpasangan, langsung meminta maaf.
"Maaf yah Ron, gua sudah biasa pasangan sama Alen kalo pelajaran olahraga. Jadinya gak bisa bareng sama elu. Maaf yah."
Mau bagaimana lagi. Pikir Rooney pasrah menerima keadaan.
"Ti-Tidak apa-apa. A-Aku masih bisa berpasangan dengan yang lain."
"Ok, tapi sekali lagi, maaf yah Ron."
Rooney pun pergi untuk mencari orang yang mau berpasangan dengannya, atau begitulah niat awalnya.
"Oh iya, aku kan tidak punya teman." Celetuk Rooney setelah sadar dengan kenyataan setelah beberapa saat berjalan.
Bersama dengan Roy beberapa minggu ini, membuat Rooney lupa dengan realita bahwa dia adalah seorang introvert yang tidak punya teman.
Ditambah satu fakta lagi yang dia lupa, kelasnya memiliki murid berjumlah ganjil. Anak-anak lain yang mirip dengan Rooney setidaknya saling berteman dan mengenal, sedangkan Rooney sendirian. Sehingga pada situasi dimana harus saling berpasangan, biasanya Rooney akan berpasangan dengan guru olahraga atau bahkan sendirian.
"Ini menyakitkan sekaligus menyebalkan dalam satu waktu."
Rooney berpikir untuk memberitahu gurunya kalau dia tidak memiliki pasangan untuk olahraga.
Namun, gurunya memberitakan suatu pengumuman yang membuat Rooney tidak perlu repot-repot memberitahukan masalahnya.
"Oh iya, kebetulan sekali sekarang jumlah kalian genap karena ada yang sakit."
Ada yang sakit? Apakah ini keberuntungan bagiku?
Kemudian gurunya bertanya, siapa yang masih belum memiliki pasangan, Rooney pun mengangkat tangannya, dan orang lain yang juga belum memiliki pasangan, mengangkat tangannya juga.
"Nah, pas sekali, tinggal kalian berdua saja. Ayo langsung mulai biar bisa selesai sekarang."
Rooney melihat orang yang akan berpasangan dengannya untuk pelajaran ini. Dan betapa terkejutnya dia.
Orang yang berpasangan dengan Rooney adalah anak laki-laki bernama Sukmiaji, atau yang kerap dipanggil Aji.
Sukmiaji adalah ketua kelas Rooney, dia terkenal sebagai ketua kelas yang kompeten karena selalu menyelesaikan tugas dengan baik tanpa terlambat. Tidak hanya itu, Aji juga terkenal sebagai siswa yang pintar, berbeda dengan Roy yang hanya pintar di kelas saja, Aji merupakan peringkat 1 di angkatannya, bahkan banyak rumor yang mengatakan bahwa dia mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran.
Pintar, atletis, dan cukup tampan bagi beberapa siswi. Dia sama seperti Roy, yang membedakan mereka berdua adalah, Aji terkenal sebagai siswa teladan yang tidak pernah membuat ulah, berbeda dengan Roy yang pintar namun sering membuat ulah karena bercandaannya yang keterlaluan.
Bagi Rooney, Aji merupakan Roy dengan level yang lebih tinggi. Karena itulah, fakta bahwa Aji belum memiliki pasangan untuk pelajaran ini, membuat Rooney terkejut.
Bukannya dia jago olahraga juga? Kenapa tidak ada yang mau dengannya. Renung Rooney dalam-dalam sampai tidak memperhatikan sekelilingnya.
Puk
Seseorang menepuk pundak Rooney yang kemudian disusul dengan sebuah ajakan.
"Hei, ayo ambil raketnya."
"Ahhhh!" Rooney berteriak karena kaget, dia melihat siapa yang baru saja menepuk pundaknya.
Orang yang menepuk pundaknya adalah Aji dengan tampang terkejut setelah mendengar teriakan Rooney.
"Kamu kenapa? Seperti habis melihat hantu saja." Tanya Aji dengan ekspresi keheranan melihat respon Rooney.
Rooney membeku untuk beberapa detik, dia gagal merespon pertanyaan Aji hingga membuat Aji mengulang pertanyaannya.
"Hei, kamu kenapa? Memangnya aku ini preman sampai kau ketakutan begitu?"
Barulah Rooney bisa merespon setelah ditanya ulang, "Ah, a-a-aku ti-tidak apa-apa. A-Adapapa, eh maksudnya ada apa?" Tanya Rooney dengan gagap.
"Kamu yang ada apa? Kenapa seperti itu? Sedang ada masalah? Kulihat kau sering bergaul dengan Roy, apa mereka mengganggumu sampai seperti ini?"
"Ti-Tidak! Mereka tidak pernah menggangguku, a-aku hanya kaget karena tiba-tiba kau datang." Jawab Rooney dengan tegas.
"Owh begitu, maaf yah karena asal nyapa."
"Ah iya, tidak apa-apa. Jadi ada apa tadi?"
"Tadi aku mengajakmu untuk mengambil raket, karena sudah mau mulai."
"Oh iya, ayo langsung ambil."
Mereka berdua langsung mengambil raket dengan buru-buru agar bisa mendapat raket yang bagus. Namun sialnya, mereka berakhir mendapat raket dengan banyak senar yang sudah putus.
Kenapa gini amat nasibku.
...****************...
Peraturan tanding cukup sederhana, pertama- tama akan ada pengundian untuk menentukan lawan tanding dengan menggunakan cara memilih kertas yang terlipat. Tim yang mendapat angka yang sama akan menjadi lawan tanding.
Pertandingannya akan dilakukan sebanyak 3 kali, lawan berikutnya akan diundi lagi. Nilai pelajaran kali ini akan ditentukan dari jumlah kemenangan. Pasangan yang menang 3 kali akan mendapat nilai 100, menang 2 kali mendapat 85, menang 1 kali mendapat 70 (pas di nilai KKM).
Pasangan yang tidak menang sekali pun akan mendapat nilai 0 dan harus remedial membuat makalah tentang bulu tangkis minimal 40 halaman.
Hukumannya lumayan sadis, tapi sepertinya tidak semelelahkan bermain untuk menang. Pikir Rooney.
Merasakan cuaca panas saja sudah membuat Rooney menyerah, dia memang tidak suka olahraga karena baginya terlalu melelahkan. Tapi sepertinya, Aji tidak berpikir seperti itu.
Melihat dari sorot matanya saja, Rooney bisa tahu bahwa Aji sangat termotivasi untuk bisa menang. Sangat bertolak belakang dengan Rooney yang ingin menyerah.
Undian untuk menentukan lawan pun dimulai.
"Biar aku saja." Aji mengajukan dirinya untuk mengambil undian.
Rooney tidak mengatakan apa pun dan hanya mengangguk menerima keputusan.
Guru olahraga menyodorkan kertas terlipat yang berisi angka random.
Semuanya asal memilih kecuali 1 orang, ya, orang itu adalah Aji. Disaat yang lain asal mengambil kertas yang mana pun, Aji justru memandang kertas yang tersisa dengan ekspresi serius seolah-olah sedang memilih sesuatu yang akan menentukan hidup dan matinya.
"Hmmm.... Mmmmmmmm....." Aji bergumul dengan dirinya sendiri hingga mengeluarkan suara yang aneh.
Asing bagi Rooney melihat seseorang yang sangat serius terhadap hal sepele seperti memilih kertas undian. Toh, pada dasarnya itu adalah hal yang memerlukan keberuntungan.
"Dia lagi-lagi seperti itu, menakutkan."
"Benar, kenapa dia tidak bisa biasa saja sih? Harus yah hal seperti ini sampai seserius itu."
Eh?
Rooney mendengar beberapa orang yang berbisik di belakangnya. Entah siapa yang mereka maksud, tapi entah mengapa Rooney merasa mereka sedang membicarakan Aji.
Apa yang sebenarnya terjadi? Pikir Rooney, karena jarang terlibat dengan kegiatan kelas, Rooney kurang mengetahui masalah diantara anak-anak dikelasnya.
Mungkin saja, image Aji dimata Rooney dan anak- anak dikelasnya, sangat berbeda.
"Ayo cepat pilih! Jangan lama-lama kamu." Guru olahraga mulai menekan Aji agar segera memilih diantara kertas yang tersisa.
"Sebentar pak, saya mau milih dengan serius."
"Tidak usah terlalu serius, lagipula cuma sisa 3 kertas saja. Buruan kamu, tuh lihat! Ada yang belum milih karena kamu kelamaan." Tunjuk guru olahraga ke belakang Aji, ada beberapa anak yang mau mengambil undian, tapi tertahan karena Aji yang mengeluarkan aura yang tidak mengenakkan.
Akhirnya setelah didesak berkali-kali, Aji mengambil kertas undian, dan mendapat nomor 5.
Namun sialnya, orang selain Aji dan Rooney yang mendapat nomor 5 adalah Anis dan Thomas.
Mereka berdua adalah pasangan yang menjadi Runner-up pada kompetisi bulu tangkis ganda campuran tingkat kota. Tentu saja kemampuan mereka berdua tidak perlu dipertanyakan lagi.
Habislah sudah. Pikir Rooney dengan pasrah.
Namun, Aji tidak berpikir seperti Rooney. Sorot matanya masih berapi-api, penuh dengan hasrat kemenangan yang membara.
Hal ini sangat membingungkan bagi Rooney, dia tahu bahwa Aji cukup atletis, tapi menjadi atletis bukan berarti bisa ahli pada olahraga manapun. Lawan mereka adalah pasangan ahli dalam bulu tangkis, bukan orang yang bisa dikalahkan dengan modal semangat dan fisik yang kuat.
Sehingga tentu saja, ketika pertandingan Rooney dan Aji melawan Anis dan Thomas, Rooney dan Aji dibabat habis. Skor akhir 21-10.
Pertandingan diberikan batas waktu sebanyak 7 menit agar tidak terlalu membuang banyak waktu. Dan dalam waktu 7 menit itu, tim Rooney dikalahkan hingga skor penuh 21 poin.
Hasil akhir bisa menjadi lebih buruk lagi seandainya tidak ada Aji, meski berhadapan dengan tim Runner-up kejuaraan tingkat kota. Aji tidak gentar melawan mereka berdua, dia jatuh bangun untuk menyelamatkan Shuttlecock yang akan jatuh.
Sayangnya Rooney tidak memiliki semangat seperti Aji, berkali-kali Rooney gagal menyelamatkan Shuttlecock yang akan jatuh dan berakhir kebobolan poin.
Rooney menjadi bersalah melihat Aji yang sampai kotor karena pasir dan debu setelah jatuh bangun untuk melakukan penyelamatan.
"Ma-Maaf, ka-karena aku, ki-kita ka-kalah." Ucap Rooney kepada Aji.
Aji mengelap dagunya yang kotor sambil meminum air, kemudian menjawab, "Tidak masalah, masih ada 2 pertandingan lagi." Jawabnya dengan sorot mata yang masih semangat. Bahkan setelah dikalahkan dengan telak seperti ini, Aji masih tampak semangat.
Lagi-lagi, ada apa dengan orang ini? Pikir Rooney dengan penuh keheranan.
-Pengundian ke-dua.
Rooney mengajukan dirinya, "A-Aku saja yang ambil."
Aji mengangguk tanpa protes.
Rooney pun maju dengan ketakutan, dia terus berharap semoga bisa mendapat lawan yang mudah kali ini.
Tanpa berpikir lama, Rooney mengambil kertas undian dan membukanya.
1, angka yang sama dengan pasangan Anis dan Thomas.
Tidakkkkkkkkkkkk!!!! Rooney berteriak dalam hatinya, menolak kenyataan yang ada.
Anis dan Thomas terlihat tertawa karena mendapat lawan yang sudah mereka bantai sebelumnya.
"Ma-Maaf..." Rooney meminta maaf kepada Aji.
Tapi Aji tidak tampak marah, dia tetap semangat meski mendapat lawan yang sama dengan yang sudah mengalahkannya secara telak.
"Tidak perlu minta maaf, siapa pun lawannya, aku akan menghadapi mereka tanpa takut."
Rooney masih belum terbiasa melihat Aji yang terus optimis dan semangat seperti ini, seakan- akan dia tidak mengenal kata "Menyerah" atau "Seadanya"
-Pertandingan dimulai.
Sama seperti sebelumnya, Aji berada di depan, sementara Rooney di belakang.
Pertandingan dimulai dengan servis dari tim Anis dan Thomas karena sebelumnya tim Rooney dan Aji yang mulai.
Servis biasa dilakukan oleh Anis, Shuttlecock terlempar ringan ke daerah Rooney. Dengan mudah, Rooney memukul balik dengan ringan.
Sayangnya pukulan Rooney malah terlalu ringan dan memberikan kesempatan Anis untuk Smash.
Pak
Anis melakukan Smash kencang yang membuat Shuttlecock menukik tajam ke daerah Aji. Dengan segenap tenaga, Aji melempar seluruh tubuhnya untuk mencegah shuttlecock jatuh.
Puk
Shuttlecock terpantul balik dari raket Aji dan kembali ke arah Anis, dengan mudah Anis memukulnya balik.
Aji masih terjatuh dan belum berada pada posisi siap, Rooney bisa saja maju dan menyelamatkan Shuttlecock yang akan jatuh itu.
Namun, Rooney masih kurang motivasi, dia malah diam saja tanpa bergerak dan membiarkan Shuttlecock jatuh di daerah mereka.
1 poin direbut oleh tim Anis dan Thomas dengan mudahnya.
"Ukhhh..." Aji terlihat menderita karena kehilangan poin
Sementara Rooney hanya menghela napas panjang, "Hhahhhhhh...."
Pertandingan pun berjalan dengan mengerikan, tidak jauh beda dengan pertandingan sebelumnya.
Tim Anis dan Thomas berbeda dengan tim Rooney dan Aji yang tidak kompak. Anis dan Thomas saling mengisi kekurangan, ketika Anis tidak siap, Thomas akan mengisi posisinya untuk mencegah Shuttlecock jatuh di area mereka.
Berbeda dengan tim Rooney dan Aji, Rooney kurang motivasi walau merasa bersalah dengan kekalahan pertama. Rooney bergerak dengan malas untuk mengejar Shuttlecock yang akan jatuh, berbeda dengan Aji yang tanpa menyerah, berusaha sekuat tenaga untuk mencegah Shuttlecock jatuh di area mereka, sekaligus berusaha mendapatkan poin
Kurangnya kerja sama diantara mereka, membuat poin mereka tertinggal jauh, tidak cukup dengan usaha Aji saja.
Berkali-kali Smash Aji digagalkan oleh mereka, sementara Anis dan Thomas mendapatkan poin, Rooney dan Aji terus kehilangan poin.
Poin sementara, Anis dan Thomas 20, Aji dan Rooney 7. Di mata yang lain, sudah jelas mereka sudah kalah. Rooney pun memilih untuk menyerah saja.
Toh, satu kali mereka dapat poin, kami akan kalah.
Tapi Aji tidak begitu, sorot matanya masih tampak semangat, tidak terlihat tanda-tanda menyerah pada matanya, walau tubuhnya sudah kotor oleh debu dan pasir setelah jatuh bangun berkali-kali.
"Fuhhhhh...." Aji menghembuskan napas panjang dan sedang bersiap memberi serangan balasan.
Puk
Anis memukul pelan Shuttlecock dan terlempar ke area Aji dengan pelan. Melihat adanya kesempatan, Aji langsung melompat dan melakukan Smash yang kencang.
Pak!
Shuttlecock terpukul balik ke area Anis, tak sempat memukul balik, Shuttlecock pun jatuh, Tim Rooney dan Aji mendapat poin tambahan dan sekarang menjadi 8 poin, poin genap.
"Bagus!" Aji berteriak senang meski mendapat 1 poin saja.
Bagi Rooney, ini bukanlah hal yang patut untuk disenangi, karena mereka sendiri sudah kalah jika melihat jarak poin mereka.
Kenapa dia sesenang itu? Jarak poin masih jauh sekali tahu.
Servis dimulai kembali dan tim Anis dan Thomas.
Anis melakukan servis kencang yang membuat Shuttlecock terbang tinggi ke atas dan akan jatuh ke area Rooney
Rooney melihat ke arah Shuttlecock, tapi matahari yang bersinar terik membuatnya sulit melihat. Merasa tidak akan bisa memukulnya, Rooney memilih diam untuk menyerah.
Toh, kami sudah kalah, buat apa berusaha keras lagi.
Namun, Aji masih belum menyerah. Seolah-olah hidupnya bergantung pada pertandingan ini, Aji melemparkan seluruh tubuhnya ke arah jatuhnya Shuttlecock yang berada jauh di belakang.
Srraakkkk....
Aji berseluncur di tanah sambil menjulurkan raketnya ke depan sebagai usaha terakhir untuk mencegah Shuttlecock itu untuk jatuh.
Tuk
Sayangnya... Dia gagal.
Shuttlecock jatuh dan mengakhiri pertandingan.
Prittttt
Peluit dibunyikan sebagai tanda berakhirnya pertandingan.
Tuh kan, sudah kuduga kami akan kalah.
Rooney merasa bersalah pada Aji yang sudah berusaha keras, tapi baginya pertandingan ini sudah tidak ada harapan sehingga sia-sia untuk berusaha lagi.
Namun, Aji masih belum menyerah.
Plak!
Aji memukul pipinya sendiri dan memberikan kata-kata penyemangat untuk dirinya, "Tidak apa-apa, masih ada sisa satu pertandingan. Aku pasti menang."
Rooney masih belum bisa paham dengan Aji, kenapa dirinya seserius itu? Rooney yang belum pernah berusaha keras sepanjang hidupnya hanya bisa melihatnya dengan heran.
Rooney pun bersiap untuk pertandingan terakhir.
Namun, bel pelajaran berbunyi yang menandakan pelajaran olahraga berakhir.
Beberapa kecewa, beberapa senang karena tidak perlu berdiri di bawah matahari yang panas lagi.
"Baiklah! Karena pelajarannya sudah habis, sisanya akan dilanjut minggu depan yah." Ucap guru olahraga.
"Pak, minggu depan kita libur. Ada rapat."
"Oh iyakah? Yasudah, jadikan itu kesempatan bagi kalian untuk latihan. Terutama yang belum menang satu kali pun. Yasudah, silahkan ke kelas."
"Horeeee..." Semuanya berteriak senang.
Bagi Rooney, 2 minggu hanyalah penantian untuk kekalahannya saja.
2 minggu... Toh aku akan kalah, kenapa tidak langsung saja sih?
Sementara Rooney berpikir pesimis, rekannya berpikir sebaliknya.
-Jam pulang sekolah.
Rooney bersiap untuk pulang, tapi Aji mendadak datang dan mencegah Rooney untuk berdiri dari kursinya.
"Ayo kita latihan."
"Hah?"
"Ayo sekarang latihan, ada waktu 2 minggu. Jika latihan dengan benar, pasti kita akan menang." Tanpa peringatan, Aji mengajak Rooney untuk latihan.
Rooney tidak berpikir dirinya akan menang sehingga mencari alasan untuk menolaknya, "Ma-Maaf, hari ini aku harus langsung pulang"
Ucap Rooney berbohong.
Tapi Aji tidak menyerah untuk mengajak Rooney, "Kalau begitu kapan kau luang? Besok? Lusa? Sabtu? Minggu? Bilang saja, akan kukosongkan waktuku juga." Ucap Aji dengan memaksa.
Rooney merasa terbebani dengan ajakan Aji, dia pun menundukkan matanya untuk menghindari sorot mata Aji dan langsung kabur, "Ma-Maaf."
"Hei! Tunggu!"
Rooney mengabaikan perkataan Aji dan langsung kabur ke rumahnya.
Maaf, tapi aku bukan orang yang mau berusaha keras sepertimu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments